SELF HARM ... AGAIN?

31 7 0
                                    

Arsha memasuki kamarnya dan membanting barang apa saja yang bisa menjadi pelampiasan kemarahannya. Bagaimana bisa orang tuanya memutuskan begitu saja tanpa persetujuannya? Apakah mereka yang akan menjalani rumah tangga?

"Kenapa gue gak dibiarkan buat memilih, sih? Udah dewasa tapi berasa masih bocil," kesal Arsha.

Arsha duduk di pinggir kasurnya dan meremas rambutnya keras. "Gue gak cinta sama Elina. Gue cuma mau Aiy, bukan Elina."

Arsha mengulurkan tangannya untuk membuka laci nakas. Dia mengambil sebuah benda yang selalu dia gunakan untuk pelampiasan kemarahannya. Apalagi jika bukan cutter?

Arsha mengeluarkan ujung cutter itu dan mulai menggoreskannya di tangannya. Lagi-lagi, darah bercucuran dari pergelangannya. Arsha mengukir sesuatu yang tidak dia mengerti. Ukiran kemarahan. Seperti itulah Arsha menyebutnya.

Setelah puas, Arsha mencampakkan cutter dan berjalan menuju kamar mandi. Untuk apa? Lebih menyiksa diri dengan menuangkan sabun ke luka yang terbuka itu. Begitulah Arsha.

🌱🌱🌱🌱🌱

Aiy memasuki kamarnya sambil memijat bahunya. Hari ini dia cukup lelah. Lumayan banyak pasien tadi. Namun semua terasa berkurang ketika melihat keluarganya telah tiba di rumah dengan selamat.

Aiy meletakkan tasnya di atas meja dan naik ke kasur. Merebahkan dirinya di sana untuk mengurangi penat.

Aiy memijat-mijat bahunya dan memiringkan tubuhnya ke arah nakas. Matanya menangkap sebuah kotak jam berwarna biru beludru.

Perlahan Aiy mulai merubah posisinya menjadi duduk dan meraih kotak itu. Kening Aiy berkerut bingung sambil mengamatinya.

"Kenapa ini masih ada di sini, bukannya udah gue singkirin, ya?"

Aiy membuka kotak itu dan mengambil isinya. Sebuah jam indah dengan ukiran namanya. Jika kalian mengingatnya, itu adalah kado ulang tahun Arsha untuknya ketika berumur 17 tahun. Sudah sangat lama namun ternyata Aiy masih menyimpannya.

Aiy mengamati jam itu dan pikirannya terputar pada ulang tahunnya lima tahun lalu. Di mana Arsha tiba-tiba datang dengan rambut warna-warni dan menyanyi untuknya di atas panggung.

Senyum Aiy sedikit mengembang. Aiy terus mengingat masa itu saat Aiy menyanyikan lagu 'Bentuk Cinta' dari Eclat dengan rambutnya yang kocak. Kejutan itu sangat berarti buat Aiy. Bagaimana Arsha begitu niat hingga mencat rambutnya lalu memberikannya hadiah sebagus ini.

Bisakah Aiy mengatakan bahwa dia merindukan kisahnya itu? Kisah bersama seseorang yang dulu sangat dia cintai, mungkin hingga sekarang. Meski kini ada Arez yang mengisi kehidupannya, tapi sepertinya Arsha masih menetap di hatinya.

Aiy kira dia sudah melupakan Arsha sepenuhnya namun ternyata dia salah. Kenangan itu tidak bisa dia lupakan. Seburuk apapun perpisahan, pasti ada kisah bahagia sebelumnya.

Aiy melirik ponselnya sejenak. Ingin rasanya Aiy menghubungi Arsha. Kejadian manis mereka ketika di Bali terputar di benaknya. Bohong jika Aiy bilang dia tidak merindukan lelaki ini.

"Apa gue telpon aja, ya." Aiy menimang-nimang ponselnya ragu.

Drrrttt ... drrrttt ... drrrttt!

Ponsel di tangannya berdering. Aiy melirik ponselnya dan bibirnya pun mengukir senyum. Siapa yang menelpon?

"Panjang umur banget, nih, anak. Baru aja mau nelpon," kata Aiy.

Buru-buru Aiy mengangkat panggilannya itu lalu menempelkan ponsel ke telinganya. "Halo, Sha?"

"Ay, ini gue Elina."

A: Antara (Seq SEPATU) #AlisonSeries2Where stories live. Discover now