ARSHA BERBEDA

103 20 39
                                    

Tok ... Tok ... Tok ...!

Sebuah suara ketukan pintu membuat Sean yang tengah sibuk memeriksa berkas-berkasnya kini mengalihkan pandangannya pada benda itu sejenak.

"Masuk!" teriak Sean dari dalam kamarnya.

Seorang wanita cantik datang padanya lalu duduk di sofa, tepat di samping Sean. Siapa lagi jika bukan adiknya, Aiy.

Aiy mengintip berkas-berkas yang sedang di periksa kakaknya. "Ngapain, Kak?" tanya Aiy.

Sean melirik adiknya sejenak lalu berdecak. "Renang," jawabnya asal.

"Lo renang, ya? Bukannya kerja?"

"Lo udah tau gue kerja, kenapa masih nanya Maemunah?" kesal Sean.

"Udah lama gue gak gangguin lo," kata Aiy dengan cengirannya.

"Serah lo. Mau ngapain kesini?"

Aiy langsung teringat akan tujuannya ke kamar Sean. Dengan gerakan cepat, Aiy langsung menidurkan kepalanya di paha Sean. Mengambil ujung rambutnya lalu memain-mainkannya.

Sean hanya menoleh sejenak pada Aiy lalu kembali melanjutkan pekerjannya. "Lo manja banget, Ay. Udah dewasa, manja lo gak ilang-ilang."

"Biarin. Gue manja kan sama lo, bukan sama orang lain."

"Iya terserah lo."

"Kak, gue mau cerita. Lo mau dengerin gue, gak?" tanya Aiy sambil menatap wajah tampan Sean dari bawah.

"Enggak."

Aiy memukul dada Sean gemas. "Ishh, lo kok parah banget, sih? Nyebelin."

Sean terkekeh saat melihat wajah kesal Aiy. Sudah lama sekali dia tidak melihat Aiy kesal, dan sekarang Sean sangat senang. "Gue becanda. Cerita aja."

Aiy menarik napas sejenak sebelum memulai ceritanya. "Semalem gue ketemu Arsha di kamar lama lo. Ngapain dia disini?"

"Arsha? Dia emang sering kesini kalau kerjaannya udah selesai. Dia kan cita-cita pengen jadi pilot sama kaya gue, tapi berakhir harus nerusin perusahaan Papanya, sama kaya gue. Lo tau kan, kamar gue udah kaya gudang pesawat. Semua yang ada di kamar itu semuanya mengenai dunia penerbangan. Jadi dia sering kesitu untuk lihat-lihat," jelas Sean.

"Gitu, ya?"

Sean mengangguk pelan. "Kenapa lo nanya-nanya? Lo gak ada niatan balikan sama Arsha, kan?" curiga Sean.

"Enggak, lah. Gue udah punya Arez. Lagian gue udah gak ada perasaan apa-apa lagi sama Arsha," kata Aiy cepat.

"Alah, gak percaya gue."

"Iya, Kak. Bagi gue, masa lalu itu gak perlu di ungkit. Masa lalu lebih baik di lupakan, dan masa lalu gak perlu di ulang. Lagian kalau gue balikan sama dia, sama aja kaya gue baca buku yang sama dua kali. Udah tau akhirnya gimana," pungkas Aiy.

Sean menutup semua berkas-berkasnya dan meletakkannya di atas meja. Sean menatap Aiy lekat dan berujar pelan. "Ay, gue mau nanya sama lo. Apa sesuatu yang pengen lo ulang dalam hidup lo, sampai saat ini?"

Aiy berpikir sejenak. "Soal kepergian Papi. Gue bukan menolak takdir, tapi gue mau waktu detik-detik Papi akan pergi, gue ada di sampingnya hingga Papi kembali ke tanah. Itu yang gue mau."

"Lo tadi bilang, bagi lo masa lalu lebih baik di lupakan dan gak perlu di ulang. Lalu kenapa lo masih mau mengulang kejadian itu?"

Aiy terdiam tak mampu menjawab. Seperti pepatah 'menjilat ludah sendiri', maka seperti itulah posisi Aiy saat ini.

A: Antara (Seq SEPATU) #AlisonSeries2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang