Bagian 312 (Calon Mertua)

804 126 29
                                    

.

.

Terkadang yang diperlukan orang dewasa untuk melupakan permasalahan, adalah dengan mengalihkan perhatian.

.

.

***

Malam hari di halaman kediaman Danadyaksa ...

Pencahayaan di taman temaram kekuningan. Lampu sorot menyala di beberapa titik, tersebar di tepian taman, menyembul di atas permukaan tanah, mengarah ke semak, tanaman hias dan pepohonan.

Dua lampu sorot tambahan menyala. CTEKK!! Lampu dari kanan-kiri seketika menyala dari seberang beberapa orang yang tengah berdiri berkerumun di dekat taman khusus mawar putih.

"Oke. Cukup!" kata Yoga setengah berteriak pada dua orang pria berseragam serba hitam yang masing-masing memegang sebuah lampu sorot ke arah tuan muda mereka yang sepertinya sedang mengajak tamu istimewanya, seorang remaja laki-laki dan seorang anak perempuan yang imut.

"Err ... apa ini tidak terlalu berlebihan, om?" tanya Yunan ragu.

Yoga tersenyum tipis. "Enggak. Ini penting, soalnya kita akan memetik bunga mawar di malam hari. Lampu taman tidak begitu terang. Kalau tidak ada lampu tambahan, bisa-bisa tangan kita kena duri mawar," jelas Yoga mantap.

"Aah ... benar juga," sahut Yunan seraya menganggukkan kepala.

Seorang pelayan wanita menuruni anak tangga lalu berjalan cepat ke arah mereka.

"Ada sarung tangannya?" tanya Yoga pada wanita muda berambut pendek itu.

"Ada, tuan. Yang ukuran anak juga ada. Silakan, tuan muda," ucap sang pelayan menyerahkan tiga pasang sarung tangan putih sambil membungkuk hormat. Di rumah Danadyaksa memang tidak ada anak kecil, tapi terkadang keponakan Yoga datang berkunjung dan bermain memetik bunga di taman. Itu mengapa mereka menyimpan sarung tangan anak dan bahkan jas hujan, topi serta sepatu bot anak.

"Gunting?" tanya Yoga setelah menerima sarung tangan.

"Iya. Saya bawakan juga. Sebentar, tuan." Wanita itu merogoh kantung di rok hitamnya dan menyerahkan tiga buah gunting pada Yoga.

"Terima kasih," ucap Yoga, lalu memberikan sarung tangan pada Yunan dan Raesha. "Cepat pakai," titahnya singkat.

"O-oh ... iya," sahut Yunan, menerima sarung tangan yang dioper Yoga.

"Keranjang buat taruh bunga-bunganya mana?" tanya Yoga sekali lagi pada sang pelayan, seolah di otaknya sudah ada daftar benda-benda yang diperlukan untuk kegiatan memetik bunga mawar.

"Ada. Sedang dibawakan, tuan," jawab pelayan itu dengan tangan terarah ke lobi depan. Tampak seorang pelayan laki-laki bergegas membawakan tiga buah keranjang rotan di kedua tangannya.

"Ini keranjangnya, tuan muda," ujar lelaki berusia kepala dua itu dengan napas agak naik-turun karena baru saja setengah berlari.

Tadi memang sepanjang mereka berjalan di koridor, Yunan sempat melihat Yoga memberi instruksi pada pelayan dengan suara kecil. Tak lama, beberapa pelayan nampak kocar-kacir. Ternyata untuk mencari benda-benda ini.

Yunan menyarungkan tangannya, dengan pikiran sibuk membatin.

Apa persiapan ini tidak terlalu berlebihan, untuk sebuah sesi memetik bunga mawar di halaman rumah?

Remaja itu menghela napas. Ya sudahlah, pikirnya. Mungkin memang seperti ini S.O.P (Standard Operation Procedure) kalau mau memetik bunga di kediaman megah Danadyaksa.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang