Bagian 270 (Pertemuan)

1.2K 178 59
                                    

.

.

Jika Erika ada di sana, maka ke sanalah dia ingin pulang.

.

.

***

"Apa kabarmu, Yoga?," pertanyaan pertama Erika setelah mereka berdua lama saling canggung.

Mata mereka saling tatap. Ada keharuan yang nyata terasa. Belasan tahun berlalu tanpa mendengar pertanyaan itu terucap dari bibir Erika.

Apa kabar?

Hingga tak jarang Yoga berpikir, pertanyaan itu tak akan pernah didengarnya dari wanita yang paling dicintainya. Sejak insiden saat reuni tujuh tahun lalu, Yoga bahkan tak menyangka mereka akan bertemu lagi. Saat reuni, Erika tampak sakit hati setelah pernyataan Lynn yang menyindir Erika tentang kehamilan, hingga Yoga yakin Erika tak akan pernah muncul lagi dalam setiap pertemuan alumni SMA mereka. Dan benar, Erika memang tampak menghindar dari undangan-undangan acara alumni.

Bertahun-tahun tanpa Erika, memaksa Yoga untuk melupakan perasaannya. Tapi dia sadar, sosok Erika telah meninggalkan jejak yang terlalu pekat dan dalam untuk disingkirkan dari hatinya. Jauhnya jarak dan waktu, membuat Yoga percaya bahwa mereka tidak berjodoh. Hingga Allah membantunya mengobati luka hati, melalui rantaian kegiatan Suluk. Dia akhirnya mampu merelakan Erika sepenuhnya, kala menyadari betapa Allah telah mengganti posisi Erika dengan sesuatu yang jauh lebih besar dan agung : cinta Tuhannya dan manisnya iman. Suatu tingkatan kesadaran yang hanya diberikan kepada manusia yang dipilih-Nya.

"Aku ... kabarku baik alhamdulillah," jawab Yoga dengan menahan debar di hatinya.

Mereka sama-sama tersenyum. Erika menundukkan kepala. Masih merasa canggung. Setelah perpisahan sekian lama, wajar jika mereka kesulitan mencari topik pembicaraan.

"Gimana kabarmu, Erika?," tanya Yoga dengan suara lembut. Sebenarnya itu adalah pertanyaan yang tak perlu ditanyakan. Tentu saja dia tahu semua kabar Erika. Dia sebenarnya tak pernah jauh dari hidup Erika. Sejak mereka putus saat perpisahan SMA, Yoga sempat terpuruk dua tahun lamanya, sebelum pacaran selama dua tahun dengan Tania. Kandasnya hubungan dengan Tania, dipicu oleh perasaannya pada Erika. Tepatnya, saat Yoga melihat undangan pernikahan Erika dan Farhan selepas mereka sama-sama lulus kuliah. Farhan tidak bersedia menunggu lama. Buru-buru menghalalkan Erika selepas mereka lulus kuliah. Lelaki beruntung itu membuat Yoga iri setengah mati. Selepas putus dengan Tania, Yoga mengalami tahun-tahun terburuk dalam hidupnya. Masa kelam kala dia bergonta-ganti pasangan dengan wanita-wanita liar. Dan perjalanan yang diwarnai kemaksiatan itu akhirnya terhenti di penghujung hubungannya dengan Christy. Hubungan Yoga dengan Christy menyadarkan Yoga bahwa dirinya ternyata sangat lemah sebagai laki-laki. Yoga akhirnya memutuskan sendiri saja. Dalam kesendiriannya, sebuah undangan Majelis Zikir sampai padanya. Dan beberapa tahun kemudian, undangan itu mengantarkannya pada undangan yang lain : Suluk, yang mempertemukannya dengan Syeikh Abdullah. Lalu menyampaikannya pada seorang anak bernama Yunan Lham. Dan Yunan kini menyampaikannya kembali pada Erika.

Sungguh sebuah perjalanan panjang. Sangat panjang dan melelahkan. Tapi Yoga menyadari bahwa tak ada satu pun dari rantai peristiwa itu yang sia-sia. Tak ada yang sia-sia.

"Aku ... baik, alhamdulillah," jawab Erika dengan senyum canggung. Tatapan lembut Yoga membuatnya salah tingkah.

"Syukurlah ... Aku tidak pernah menyangka, aku akan kembali ke rumah ini," kata Yoga. Keduanya saling pandang. Dalam. Ada keharuan yang sama di dalamnya.

Erika menggigit bibir bawahnya. "Oh ... iya," ucapnya singkat. Bingung harus bereaksi apa. Dia sendiri juga tak pernah membayangkan dirinya dan Yoga akan duduk bersanding di teras rumah orang tuanya, di detik ini.

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now