Bagian 277 (Kecemasan Yunan)

1.3K 170 47
                                    

.

.

Terima saja semua nasehat mereka, meski tak semuanya terdengar bagus di telingamu.

Sebab orang hanya mampu mengeluarkan apa yang ada di dalam diri mereka, tidak lebih.

.

.

***

"Selamat datang!," sapa Roni refleks saat menyadari kedatangan seseorang di jam yang tak lazim orang datang. Pukul setengah empat sore, kurang lima menit.

"Assalamualaikum Mas Roni," sapa Yunan sopan.

"Wa alaikum salam. Wah wah. Anak baru ternyata. Kirain pelanggan," goda Roni sambil tersenyum.

"He he. Makasih Mas Roni. Berkat bantuan Mas juga, saya bisa diterima bekerja di sini. Saya akan berusaha bekerja sebaik-baiknya," kata Yunan dengan wajah tertunduk malu.

"Ah bukan karena saya. Bos mungkin melihat sesuatu yang lain pada dirimu. Mungkin beliau merasa kamu bisa dipercaya."

"Semoga saya bisa menjaga kepercayaan beliau," ucap Yunan dengan mata menyimpan harapan. Dia benar-benar berharap bisa menjaga amanat yang sudah diberikan padanya.

"Kamu sudah tahu di mana ruang loker?," tanya Roni.

Yunan menggelengkan kepala. "Belum Mas."

"Biar saya antar. Ayo newbie. Mumpung shift-ku belum selesai," ajak Roni sambil mengarahkannya ke koridor. Yunan mengikutinya sambil tertawa geli mendengar sebutan 'newbie' bagi dirinya.

Mereka berjalan di koridor yang diterangi lampu TL putih. Sesekali di persilangan koridor, cahaya sore masuk dari jendela. Di jam segini lampu sudah dinyalakan sebab cahaya dari luar dirasa terlalu remang. Suara mesin exhaust fan terdengar melatari langkah mereka. Sesekali mereka tersenyum pada staf divisi lain yang berselisipan jalan di koridor yang tak terlalu lebar itu.

Roni masuk lebih dulu ke sebuah ruangan tanpa pintu. Loker-loker berjejer hingga tingginya sedikit di atas kepala. Bersandar memenuhi sisi dinding. Di ruangan sebelahnya, ada sekat-sekat ruangan untuk berganti pakaian. Dipisah antara ruang ganti laki-laki dan perempuan.

Mereka berdiri di depan sisi loker yang terdekat dari akses masuk ruangan.

"Ini kunci lokermu. Bu Silvi menitipkannya pada saya," Roni menserahterimakan sebuah kunci bertuliskan angka '21.'

"Terima kasih," Yunan menerima kunci itu dengan sopan, lalu membuka sebuah loker bertuliskan angka dua puluh satu di sudut kanan atasnya. Terdengar suara kunci terbuka. Yunan membuka pintu loker. Setelan seragam atasan kemeja lengan pendek hitam dan celana panjang hitam, terlipat rapi di dalam loker.

"Silakan dicoba. Semoga ukurannya pas," kata Roni nyengir.

Tak lama, Yunan muncul dari ruang ganti dengan baju seragam resto berlogo BrunChicken di bagian kantung merahnya.

"Wah seragamnya terlihat keren kalau kamu yang pakai. Saya punya feeling, sepertinya jumlah pelanggan remaja putri bakal bertambah drastis," Roni cekikikan saat mengatakannya.

"Biasa saja kok. Bisa saja Mas Roni," ucap Yunan malu.

"Ayo ke counter. Kita mulai training-nya. Masih ada waktu setengah jam sebelum saya pulang," ajak Roni antusias. 

Lima menit kemudian, Yunan sudah sibuk dengan pelatihan dasar sebagai staf baru. Dia diajak berkeliling oleh Roni menyusuri area ruang kerja, gudang, akses belakang untuk servis, dapur, lalu ke area pelanggan, memastikan Yunan tahu di mana posisi toilet dan wastafel untuk cuci tangan. Setelah itu, mereka kembali ke meja kasir. Selain belajar tata cara menerima order hingga memproses transaksi, Yunan juga diajari cara menuang minuman dan es krim dari dispenser besar dengan beragam pilihan rasa.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang