Bagian 263 (Lebaran Pertama Tanpanya)

950 175 35
                                    

.

.

Sudah sampai mana? : Pertanyaan singkat namun terasa muatan cemasnya.

.

.

***

"Erika! Erika, bangun!!," suara Ibunya terdengar panik. Membuat Erika memaksa diri untuk membuka kelopak matanya.

"Uhm ... kenapa Bu?," tanya Erika dengan suara khas orang baru bangun tidur. Dia mengucek matanya.

"Cepat bangun! Sudah jam lima!!"

"HAHH?? JAM LIMA??" 'nyawa' Erika mendadak terkumpul menjadi satu. Dia bangkit dari kasur dan berlari ke luar kamar. Mencuci muka di kamar mandi.

"Kenapa aku tidak dibangunkan?," tanya Erika memelas, selepas urusannya tuntas di kamar mandi. Kacau rencananya hari ini.

"Maaf nak. Ibu tadi ketiduran. Yunan dari tadi bangun sebenarnya. Dia mengetuk pintu kamar Ibu, tapi Ibu tidak dengar sama sekali. Lalu Bapakmu masih tidur. Yunan mencoba mengetuk pintu kamarmu tapi kamu juga tidur pulas. Anak itu tidak berani masuk ke dalam kamar. Kamu tahu kan bagaimana Yunan?"

Pertanyaan yang tak perlu dijawab. Tentu saja. Yunan mana berani masuk ke kamar tanpa izin? Padahal mereka menganggapnya seperti anak dan cucu kandung sendiri. Tapi Yunan seperti membuat batas. Dia tak ingin lupa sedetik pun bahwa dirinya adalah anak angkat.

"Maaf Bu. Aku sudah coba ketuk pintu kamar, tapi ... ," anak itu mencoba menjelaskan saat mereka bertemu di bawah.

Erika menghela napas. Tak tega melihatnya. Tentu ini bukan salah Yunan. Ini salahnya karena tidur tanpa memasang alarm.

"Sudah. Tidak apa-apa, Yunan. Bukan salahmu. Ayo kita siap-siap ke Bogor. Sudah salat kan? Ibu akan bangunkan Raesha."

"Sudah salat, Bu," jawab Yunan singkat.

"Kamu serius tetap berangkat ke Bogor, Erika? Enggak kesorean? Nanti kalian terlalu malam pulang dari sananya," kata Yulia dengan ekspresi cemas.

"Iya Bu. Enggak enak sudah janji sama mereka. Biar sekalian lah. Besok soalnya rencananya mau ziarah ke makam Farhan," Erika menjawab sambil menyiapkan tas tangannya. Memastikan kunci mobil ada di sana.

"Biar kubawa turun Raesha," kata Yunan. Tanpa diminta, anak itu sudah menaiki tangga dengan sigap.

"Makasih Yunan. Awas hati-hati turun tangganya," seru Erika sambil merapikan posisi kerudungnya yang tadi dipakainya terburu-buru.

Tak lama, Raesha sudah di gendongan Yunan yang menuruni anak tangga perlahan.

Rae setengah sadar berujar, "Kita mau ke mana Kak?," tanya bocah itu.

"Kita mau jalan-jalan ke Bogor, sayang," jawab Yunan dengan suara lembut.

"Enggak pulang ke rumah? Di rumah Tama sama siapa?," tanya Raesha polos.

Yunan tersenyum geli. "Tama nanti main sama kucing tetangga."

"Sudah semua ya? Ayo kita pamit," Erika mengomandoi. "Bapak mana, Bu? Kami mau pamit dulu ya," Erika mencium punggung tangan Ibunya.

Yunan cium tangan Mbah putri. "Ayo Rae. Salim sama Mbah," kata Yunan mengajari Raesha norma kesopanan.

Raesha mengulurkan tangan dan mencium tangan Mbahnya. "Assalamualaikum Mbah."

Semua tertawa geli melihatnya. "Duh pinternya Raesha. Untung ada Yunan yang ngajarin ya," komentar Bapaknya Erika yang muncul dari arah kamarnya.

Erika cemberut. "Memangnya kalau aku yang ngajari kenapa ya?" Tanya Erika sambil mencium tangan Bapaknya.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang