Bagian 264 (Lebaran Pertama Tanpanya)

985 179 54
                                    

.
.

Ketika berhubungan dengan wanita pujaannya, bahkan nada sambung telepon seakan mampu membuat jantungan seketika.

.
.

***

Lampu-lampu kendaraan berkelibatan. Mobil-mobil melaju kencang di jalanan bebas hambatan. Hening tanpa cakap di dalam mobil mereka, hanya terdengar putaran roda dan mesin mobil.

Yunan melirik ke samping. Ibunya menyetir dengan satu tangan. Tangan satunya diistirahatkan di pegangan pintu.

"Ibu masih ngantuk? Mau kunyalakan radio atau musik?," tanya Yunan.

Erika menggeleng pelan. "Enggak. Ngantuknya sudah lewat," jawabnya tersenyum. "Kamu pegal mangku Raesha? Adikmu bisa dipindah tidurnya di belakang."

"Enggak kok Bu. Biar saja Rae kupangku," jawab Yunan sambil mengelus rambut adiknya.

Erika termenung, lalu akhirnya bicara, memecah sepi. "Yunan ... "

"Ya?," anak itu menoleh padanya.

"Minggu depan insyaallah akan ada orang yang membawa mobil sedan Ayahmu," kata Erika.

Yunan terdiam meresapi makna kalimat itu. "Oh ... Ibu menjual mobil Ayah?"

"Ya. Sebenarnya sudah lama Ibu memasang iklan itu. Tapi selama ini belum ketemu pembeli yang cocok. Mereka selalu menawar di bawah harga pasaran. Kemarin akhirnya ada yang sepakat dengan harganya tanpa tawar menawar. Jadi Ibu pikir akan Ibu lepas saja mobil itu. Dari pada menuh-menuhin garasi. Ya kan?," tanya Erika sambil nyengir.

" ... Iya Bu," Yunan merespon singkat. Suasana kembali hening. Yunan paham bahwa menjual mobil almarhum Ayahnya berarti sesuatu yang lebih dari sekedar melapangkan garasi.

Itu artinya, keuangan keluarga mereka semakin sulit.

***

Setelah perjalanan panjang, akhirnya Erika, Yunan dan Raesha tiba di rumah orang tua Farhan.

Suasana Lebaran di hari kedua masih kental terasa. Mereka saling rangkul. Mata Nini meremang dan basah karena Lebaran kali ini memang berbeda. Putra sulungnya telah tiada. Mereka terharu Erika masih rela memboyong Yunan dan Raesha ke Bogor, selarut ini demi mereka berdua.

Walau Farhan sudah tak ada, menantu mereka masih menempatkan dirinya layaknya anak mereka sendiri. Seolah menggantikan posisi Farhan.

Seandainya Farhan bisa ditanya, Erika yakin almarhum suaminya itu akan lebih senang kalau Erika tetap menjalin silaturahmi dengan orang tuanya.

"Ya Allah Raesha ... kamu cepat sekali besarnya ya. Lesung pipit sama matanya persiiis kayak Ayahmu," kata Nini.

"Kata Kak Yunan, Ayah lagi bobok panjaaang di langit," cetus Raesha. Membuat orang-orang yang mendengarnya tersenyum dan sedih bersamaan.

"Raesha, ini ada sedikit hadiah lebaran dari Amang*," kata adik dari Farhan yang bernama Wahyu, sambil memberikan sesuatu di kepalan tangannya. Sesuatu itu kini berpindah ke tangan Raesha.

* Paman.

"Buat jajan permen," kata Wahyu sambil cengengesan.

"Rae, ayo bilang terima kasih sama Amang," kata Yunan.

"Makasih, Amang," kata Raesha sambil tersenyum.

"Duh manis manget sih kamu," ujar Amang Wahyu sembari mencubit pelan pipi Raesha. "Yang ini buat kamu, Yunan," Wahyu menyelipkan amplop putih yang dilipat ke dalam kantung kemeja Yunan.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang