Bagian 343 (Wanita Selain Erika?)

490 112 73
                                    

.

.

Sesuatu yang ganjil bercokol dalam kalbunya.

Penggalan rasa yang belum ia pahami.

.

.

***

Erika mengusap sisa air matanya dengan tisu. Yunan duduk di dekatnya, menatap layar ponsel milik Erika di tangannya.

Alis Yunan berkerut saat membaca balasan pesan dari om Yoga untuk ibunya.

Wa alaikum salam. Aku sudah makan siang.

Itu jelas jawaban yang sangat datar. Dia cukup mengenal Yoga, untuk tahu normalnya akan sebahagia apa Yoga tiap kali berkomunikasi dengan Erika, pujaan hatinya.

Tatapan Erika dan Yunan bertemu.

"Hm ... mungkin ... Om Yoga sedang sangat sibuk di kantor. Jadi Om Yoga hanya sempat membalas pesan Ibu dengan singkat," kata Yunan berusaha menghibur ibunya yang baru saja menangis hanya karena ditanya 'ada apa?'

Wanita kalau ditanya 'ada apa?', malah jadi nangis. Erika pun kemudian mengadukan beban pikirannya pada Yunan. Bahwa dia merasa Yoga acuh tak acuh padanya. Buktinya adalah balasan pesan dari Yoga tadi siang.

Erika mengangkat bahu. "Entahlah. Mungkin juga. Tapi, Ibu merasa ada yang aneh dengan sikapnya, tepatnya setelah kita pulang dari acara drama Raesha. Dia jadi agak ... dingin. Entahlah." Air mata Erika jatuh lagi ke pipi. Dia buru-buru menyekanya.

"Jangan dipikirkan, Bu. Mungkin ini semacam sindrom pra nikah?" ucap Yunan sambil tersenyum menggoda.

"Cits. Kamu ini ... ," gumam Erika membuang muka.

Yunan tertawa geli. "Biar aku yang potong buah pirnya," katanya sambil berdiri dari kursi  ruang makan.

"Duh maaf ya. Harusnya Ibu yang irisin buahnya. Malah jadi ngerepotin kamu." Erika mengatakannya sambil menyeka pipi yang basah.

"Ibu jangan nangis. Yang sedih kalau Ibu nangis bukan cuma Raesha. Aku juga," bisik Yunan sebelum melangkah ke dapur.

"Iya iya. Ini Ibu lagi keringin air mata." Tangan Erika kembali mengambil sehelai tisu tambahan.

"Rae! Sini, sayang!" teriak Yunan ke arah ruang tengah.

"Iya Kaaak!" sahut bocah cilik itu yang kemudian berlari ke ruang makan.

"Duduk sini di samping Ibu, Rae. Temani Ibu. Jangan main sendirian dong. Ajak Ibu juga," kata Yunan pada adiknya.

"Ibu kok nangis? Apa ada yang nakal sama Ibu?" tanya Raesha saat menyadari mata ibunya sembab.

"Nakal? Gak ada kok. Mata Ibu cuma kelilipan," sanggah Erika tersenyum pada putrinya.

"Ibu! Aku tadi habis gambar kucing!" celoteh Raesha sambil memamerkan sebuah halaman di buku gambarnya.

"Mana coba lihat." Erika mengamati hasil karya Raesha.

"Wah bagusnya. Ini induk kucing ya? Sama anaknya dua ekor?" tanya Erika menunjuk kertas gambar.

"Iya itu keluarga kucing," jawab Raesha.

"Bapak kucingnya mana? Kok gak digambar?" timpal Erika.

"Bapaknya lagi belanja ikan di pasar."

Hening sesaat, sebelum tawa pecah di ruangan itu karena jawaban Raesha.

Yunan tersenyum melihat tawa Erika. Ia lalu kembali mengiris buah.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang