Bagian 361 (Gantung)

476 113 48
                                    

.

.

"Berarti, dengan kata lain ... kamu 'digantungin'?"

.

.

***

Yunan sedang duduk di meja makan, setelah sebelumnya menyiapkan sarapan, saat ibunya datang dengan wajah murung.

"Sarapan, Bu," kata Yunan.

"Ya. Ayo makan," sahut Erika membuat lengkungan senyum di bibirnya.

Senyum itu dipaksakan, Yunan tahu. Erika tentunya masih merasa tidak nyaman dan sedang berjuang untuk menerima kenyataan. Kalau menuruti mood, kemungkinan besar Erika lebih memilih tidur seharian. Tapi sayangnya ia tak bisa seenaknya. Banyak tugas-tugas kesehariannya sebagai ibu dan staf kantor, yang tetap harus dikerjakannya. Life goes on.

Sebelum duduk di kursi makan, Erika memasukkan isi tas kantung yang dibawanya, ke dalam kulkas.

"Apa itu?" tanya Yunan terdengar tidak suka.

"Yoghurt dan cokelat, dari Yoga," jawab Erika. Lagi, pikiran itu muncul. Apa Yoga memberikan yoghurt dan cokelat untuk wanita itu juga? Apa dia masih gadis? Cantik? Lebih cantik darinya? Single, cantik dan masih gadis, sudah tentu menjadi nilai lebih ketimbang dirinya. Pantas saja Yoga sempat bimbang menikahinya.

Kesadaran Erika buru-buru menelan kegetiran itu. Ia tidak mau kedapatan menangis di depan anak-anak.

"Mana? Rae mau lihat cokelatnya!" teriak Raesha bersemangat, berlari ke arah kulkas.

"Waah! Kayaknya enak!" Mata Raesha berbinar senang. "Rae mau!"

"Iya nanti kita makan bareng-bareng sama Kak Yunan juga," kata Erika sambil memasukkan yoghurt di rak kulkas yang kosong.

"Aku gak usah. Buat Ibu sama Raesha aja," kata Yunan tegas.

Berbeda dengan Raesha yang bersorak senang karena jatah cokelatnya jadi lebih banyak, Erika diam saja, paham bahwa Yunan tidak sudi makan apa pun pemberian dari Yoga.

Erika membawa rangkaian mawar putih dan menempatkannya di sebuah vas kaca.

Yunan melihat dari sudut mata.

Lelaki gombal itu masih saja merayu ibunya dengan gaya lama, lewat bunga. Bunga tidak menggambarkan apa pun. Memangnya bunga itu bisa menyembuhkan luka hati ibunya?

Mereka sarapan bertiga. Menu pagi ini mi goreng telur dengan daun bawang dan taburan keju di atasnya.

"Apa katanya?" Yunan memulai percakapan. 'Nya' yang dimaksud Yunan, pasti adalah pria itu, sang pembuat masalah, Yoga Pratama.

"Oh ... dia bilang minta maaf. Dia ... melamar ibu lagi," jawab Erika dengan tatapan tertunduk ke piringnya.

Yunan berhenti makan. "Terus, Ibu jawab apa?"

"Ibu bilang perlu waktu untuk tenang. Menikah dengannya sekarang, sepertinya Ibu belum sanggup melupakan ... ," ucap Erika menggantung, berjuang menelan kesedihannya.

Hening. Yunan dan Erika seperti kehilangan selera makan. Hanya Raesha yang masih lahap makannya. Bocah cilik itu sudah mulai pintar makan sendiri tanpa disuapi.

Membahas pria itu di meja makan, ternyata bukan ide yang bagus, pikir Yunan.

"Seandainya Ibu berpikir untuk putus hubungan dengannya, aku setuju saja," kata Yunan memaksakan menelan sesuap nasi setelahnya. Ia tidak mau makanannya sisa dan terbuang cuma karena mood-nya dirusak Om Yoga.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang