Bagian 265 (Pertemuan)

1.1K 199 68
                                    

.

.

YA TUHAAN!! AKU KESEL SAMA DIA, TAPI SAYANG!! AKU SAYANG TAPI KESEEL!!! ##@&**

.

.

***

Setelah baterai ponselnya agak terisi, Yunan menyalakan alat komunikasinya. Layar yang tadinya gelap, kini menyala dengan cahaya putih, menerangi wajahnya. Erika dan Raesha masih tertidur lelap.

Tak lama, notifikasi berdatangan. Alisnya berkerut melihat nama Yoga.

Om Yoga telepon? Delapan kali?

Yunan spontan menutup mulutnya. Wah gawat, pikirnya. Sepertinya dia sudah membuat yang namanya Tama itu khawatir.

Yunan membuka aplikasi chat. Aneh, pikirnya. Kenapa balasan chat-nya ke Om Yoga, sampai sekarang masih pending?

SMS masuk.

Yunaaaannn!!! Kenapa pesanku yang banyak sekali itu tidak juga kamu terima?? Kuota internetmu habis atau gimana??

Mata Yunan memicing. Dia segera mengecek kuotanya. Nol kilo byte. Yunan menghela napas. Pantas saja pesannya pending.

Tririririri ... triririri!! Ponselnya berbunyi. Telepon masuk dari Om Yoga. Dia segera mengangkatnya.

"A-assalamualaikum ... ," sapanya gugup, khawatir kena semprot.

"WA ALAIKUM SALAM!! MASYAALLAAAHHH!!! AKHIRNYAAA KAMU BISA DITELEPON! SUSAHNYA MAU TELEPON KAMU!"

Yunan meringis mendengar suara tinggi Yoga. Tapi ini belum seberapa dibanding Mbah Putri.

"I-iya, maaf Om. Tadi Hapeku sempat mati. Ini baru bisa dinyalakan, masih di-charge. Kuota internetku juga ternyata habis,"

"PANTESAN!! DI MANA KALIAN SEKARANG??"

Yunan merasa geli mendengar cara Yoga bertanya. Penuh tuntutan. Macam dia suami Erika saja. "Masih di tol. Ibuku ngantuk berat. Jadi kami menepikan mobil dan Ibu memutuskan tidur dulu sampai agak segar."

Yoga terdiam. Suaranya berubah lembut. " ... Ibumu sedang tidur? Dia kelelahan, kan? Kenapa sih dia ngotot sekali harus ke Bogor malam-malam? Bikin panik orang-orang!"

Yunan nyaris tertawa. Orang-orang?? Om aja kali yang panik.

"Mana ku tahu, Om. Kenapa Om tidak tanya langsung? Mau kubangunkan Ibuku biar bisa tanya langsung?," Yunan cekikikan setelah menanyakan itu.

"Ja-jangan. Biarkan dia istirahat. Hh ... Ya Allah ... aku stress sekali. Aku akan meneleponmu setiap lima belas menit. Untuk mengecek kapan kalian mulai jalan lagi dari tol."

"Oke, Om," jawab Yunan singkat. Sambungan telepon dimatikan.

Yunan menghela napas. Luar biasa efek perjalanan ke Bogor, pikirnya. Bagaimana kalau Erika ke Papua? Pasti reaksi Yoga lebih heboh dari ini.

.

.

Setengah jam kemudian, akhirnya Erika terbangun. Dia menguap dan mengucek mata.

"Sudah segar belum Bu?," tanya Yunan sambil tersenyum.

"Ah iya. Alhamdulillah. Enakan. Cuci muka sebentar deh," dia meraih air putih botolan di belakang kursi, membasahi tisu dan diusap ke wajahnya.

"Ayo deh. Kita berangkat pulang. Bismillah," Erika memutar kunci mobil, namun tak ada suara apapun.

"Eh ... ??" Erika mencoba men-starter mobil sekali lagi. Gagal. Mereka berdua bertatapan.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang