Bagian 326 (Drama)

525 117 41
                                    

.

.

Dan GAK ADA yang boleh kasih tahu dia! Tidak sebelum akad!

.

.

***

Undangan itu berbentuk lingkaran, dengan cetakan gambar bola dunia di bagian depan. Bentukan benua-benua, dicetak timbul.

Dalam rangka peringatan Hari Bumi, kami mengundang Bapak/Ibu dari ananda Raesha, untuk hadir dalam acara drama yang akan diadakan oleh kelas kami.

Di bawahnya, ada keterangan alamat dan waktu.

"Imut banget undangannya," komentar Erika sambil membolak-balik lipatan kertas yang cukup tebal di tangannya.

Erika baru saja tiba di rumah ba'da Maghrib, dan Yunan langsung memberikan undangan acara drama Raesha.

"Iya, Bu. Agak jauh tempatnya, rasa-rasanya kalau naik angkot ... ," kata Yunan ragu.

"Ya bareng Ibulah. Masa' kita antar Rae ke sana naik angkot? Akhir pekan juga, 'kan? Anggap aja piknik," kata Erika santai seraya tersenyum pada Yunan, menyadari anak angkatnya itu hanya berusaha menjaga adab, tidak mau terkesan seolah menyuruh Erika menyetiri mobil untuk mengantar Raesha dan dirinya ke tempat drama berlangsung.

"Iya, Bu. Kupikir juga gitu. Sudah lama kita gak jalan-jalan bareng," ujar Yunan dengan ekspresi senang. Sebenarnya dia juga merasa agak jenuh. Tiap hari kegiatannya berkisar rumah-sekolah-rumah-sekolah. Ke majelis terasa bagai oase untuk kejenuhan. Tapi menonton adiknya main drama, pastinya akan jadi hiburan menarik.

"Oh ya. Tadi ada titipan surat dari Mbak Surti," imbuh Yunan menyerahkan sepucuk amplop putih berlogo sebuah bank pinjaman kredit.

Air muka kecut segera nampak di wajah Erika, meski wanita itu berusaha menutupinya dengan seulas senyum. "Makasih, Yunan," kata Erika menerima surat yang dipastikan adalah tagihan utang itu. Rasa mulas tetiba menghampiri perut Erika. Selalu begini belakangan. Baru lihat amplopnya saja, lambungnya bereaksi, plus debaran jantung yang makin cepat. Jelas beda rasanya dengan debaran jantung tiap Yoga mampir ke rumahnya.

Amplop tagihan itu dimasukkan Erika ke dalam tas. Hidup memang bagai roller-coaster. Baru saja melihat undangan acara drama pertamanya Raesha yang unyu-unyu, eh habis itu langsung lihat amplop tagihan utang.

"Mana nih tuan putri yang katanya bakal jadi pemeran utama??" tanya Erika antusias dengan tubuh berbalik menghadap Raesha yang tengah duduk mewarnai bukunya.

Yang ditanya tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi-gigi susunya yang rapi. "He he. Iya, Bu. Nanti aku jadi kucing," jelas Raesha malu-malu.

Erika mengusap-usap kepala putrinya hingga kuncir rambut Raesha bergoyang. "Waah pintarnya anak Ibu. Gampang dong kalau jadi kucing, tinggal tiru aja tuh Tama," kata Erika sambil menoleh ke kucing persia putih yang tengah sibuk makan dry food di pojokan.

"Aku emang niru Tama pas mau dipilih buat jadi kucingnya, Bu. Terus, aku minta Bu guru untuk kasih nama 'Tama' buat kucing tokoh utamanya!" celoteh Raesha bangga.

"Ho? Terus? Nama peranmu bener jadi 'Tama'?" tanya Erika.

Gadis ciliknya mengangguk antusias. "Iya! Nama kucing yang kuperanin jadi 'Tama'!"

Erika tertawa, sementara Yunan mendengkus geli. Nama peninggalan 'tipu-tipu'-nya Om Yoga Pra-Tama, akhirnya terpakai jadi nama seekor kucing di drama sekolah bocah.

Tetiba Erika jadi membayangkan calon suaminya. Sayang sekali Yoga tidak bisa ikut ke acara drama, pikir Erika. Andai saja Yoga ikut. Seru tuh kayaknya. Tama menonton Tama.

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now