Bagian 252 (Waspada Tikungan)

753 164 32
                                    

.

.

Memperjuangkan cinta itu ibarat kompetisi Moto GP. Kalau kamu ditikung di tikungan terakhir menjelang finish, maka kamu END!!

.

.

***

Gito menatapnya dengan mata malas. "Hm, begitu? Jadi setelah sekian lama, akhirnya ada progress, yaitu kamu menitipkan yoghurt untuk Erika? Hm ... terus, aku harus bilang 'wow,' gitu ya?"

Yoga menghela napas. "Jangan sinis gitu dong, To."

Mereka sedang makan siang bersama di sebuah food court sebuah pusat perbelanjaan.

Gito tampak tak memperdulikan reaksi temannya. "Terus kamu mengaku bernama Tama. Nama itu bahkan terdengar seperti nama kucing di Jepang."

Yoga mengernyitkan dahi. "Kucing di Jepang?"

"Oh, kamu kurang gaul rupanya. Nih kutunjukkan ... ," Gito merogoh ponselnya dan menunjukkan sebuah foto kucing.

 ," Gito merogoh ponselnya dan menunjukkan sebuah foto kucing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih! Kucing ini namanya Tama. Kucing yang dinobatkan sebagai kepala stasiun kereta di Jepang. Tapi Tama sudah mati. Mereka mengganti posisinya dengan kucing yang lain," jelas Gito.

Yoga mengambil ponsel Gito. "Oh ... lucunyaa. Ah, tapi Erikaku masih lebih lucu," kata Yoga dengan tidak realistisnya.

Gito membalas komentar itu dengan helaan napas. "Ya ya. Terserah. Cinta memang buta. Lantas kapan Erika manusia bisa kamu sebut 'Erikaku'?"

Pertanyaan itu membuat Yoga tersipu malu. Dia menutupi gugupnya dengan meneguk jus jeruk di atas meja.

"Enggak tahu," jawab Yoga singkat. Jawaban yang membuat temannya kesal.

Gito menggigit kerupuk di atas menu gado-gado yang dipesannya. Krauss! "Ah masa bodo lah. Aku sudah lelah. Ingat baik-baik ya! Kalau sampai kamu ditikung orang lagi, jangan berani-beraninya datang merengek padaku!"

Yoga melotot. "Di-ditikung?"

Gito mengangguk mantap. "Ya! Ditikung! Memperjuangkan cinta itu ibarat kompetisi Moto GP. Tikungan adalah titik yang krusial. Kalau kamu tidak waspada, kamu bisa ditikung. Dan kalau kamu ditikung di tikungan terakhir menjelang finish, maka kamu END!!," jelas Gito penuh emosi sambil memberi isyarat garis di leher seolah ditikung berarti sama dengan gantung diri.

Glek! Kekuatiran tergambar di muka Yoga, tapi dia kemudian membuang muka. Berusaha meredam kecemasannya. Berpikir bahwa dia akan terus bertahan dengan situasi ini sampai dia melihat tanda yang mendesaknya untuk maju. Selama tanda itu belum ada, dia akan menahan diri.

Itu yang dia pikirkan. Sampai suatu saat, sesuatu yang besar terjadi dan membuatnya ragu dengan pikirannya sendiri.

***

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang