"Arez, bisa Papa masuk?"

Teriakan itu berasal dari papanya yang berada di luar kamar. Sepertinya beliau ingin membicarakan sesuatu dengannya, hingga menyusulnya ke kamar.

"Iya, Pa."

Ceklek!

Jerry -Papa Arez- menghampiri putranya yang tengah duduk di balkon kamarnya. Sebuah senyum tergurat di wajahnya yang mulai mengeriput.

"Ada apa, Pa?"

Jerry duduk di depan Arez sambil menghela napas pelan. "Kamu masih di Indonesia? Kapan balik ke Sydney?"

"Rencana Arez masih seminggu lagi, Pa."

"Kamu kesini cuman ngantar pacar kamu balik ke Indo?" tanya Jerry.

Arez menggeleng. "Enggak kok, Pa. Sekalian kunjungi Papa juga."

"Tapi tujuan utama kamu, nganterin pacar kamu, kan?"

Arez menyunggingkan senyum tipis. "Sekalian, Pa."

"Cantik, gak?"

"Cantik."

"Kapan-kapan ajak makan malam disini. Papa juga mau kenalan sama calon mantu," canda Jerry.

"Hahahaha, iya Pa. Kapan-kapan Arez ajak main ke rumah."

Drrrttt .... Drrrttt ....

Ponsel Arez yang berada di atas meja berdering, membuat pandangan Jerry dan Arez tertuju pada ponsel hitam itu. Nama " Aiy <3" muncul di layar ponselnya.

Jerry tersenyum melihat nama itu. Matanya bergantian menatap ponsel dan putranya. "Pacar kamu?"

"Iya, Pa." Arez mematikan nada deringnya dan membalikkan layar ponselnya.

"Kok gak diangkat?"

"Biarin aja, Pa." Arez mengalihkan pandangannya pada hal lain, menghindari tatapan Jerry.

"Kamu lagi berantem, ya?" tebak Jerry.

"Enggak kok, Pa. Kita gak berantem."

"Terus?"

Arez menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal sama sekali. "Ya ... gitu, Pa. Arez lagi males aja."

"Pasti ada alasannya, kan?"

Arez menghela napas berat. "Iya, Pa. Arez rasa, dia masih ada rasa sama mantannya."

"Kamu tau dari mana?"

"Kelihatan, Pa. Dia belum bisa terima sama masa lalunya. Dia dulu di khianatin sama mantannya, dia dulu di bohongi, dan sampai sekarang dia masih belum bisa terima. Kalau dia udah gak ada rasa sama sekali, pasti dia bakal biasa aja ketemu mantan. Kan udah dilupain, kenapa harus di ingat-ingat lagi gitu," jelas Arez.

Jerry menepuk pelan pundak Arez. "Kamu harus bisa terima, Rez. Perasaan itu gak bisa dengan mudahnya beralih. Perasaan itu bukan sesuatu yang mudah untuk dihilangkan, Rez."

"Tapi udah bertahun-tahun lho, Pa. Masa masih gak bisa lupa juga?"

"Cara orang melupakan itu berbeda-beda. Jangka waktu yang dia perlukan juga berbeda-beda. Caranya juga berbeda-beda. Kamu harus terima itu. Kalau kamu beneran sayang dengan dia, kamu harus berusaha. Berani jatuh cinta, berarti harus berani tersakiti. Paham kan, Rez?"

Arez mengangguk pelan. "Paham, Pa."

"Kamu harus percaya sama dia. Pondasi dalam hubungan itu kejujuran, kepercayaan dan mengalah. Kalian harus memilik ketiganya. Kamu, kalau dia egois, kamu harus mengalah. Egois kalau dibalas dengan egois, yang ada hancur."

A: Antara (Seq SEPATU) #AlisonSeries2Where stories live. Discover now