Kening Arez berkerut menyiratkan kebingungannya. "Kamu hubungin dia?"

Aiy menggeleng dengan cepat. "Enggak, Rez. Tadi dia tiba-tiba dateng ke rumah, katanya mau ketemu aku. Tapi aku menghindar dari dia. Dianya maksa mau ketemu, dan dia maksa aku masuk ke mobilnya. Makanya aku kesini bareng dia," jelas Aiy.

Rahang Arez menegas, menandakan ketidaksukaannya pada Arsha. "Kamu gak di apa-apain? Dia lukain kamu? Dia kurang ajar sama kamu?" buru Arez.

Aiy menggeleng kembali. Dia tidak berani menatap mata Arez yang sudah menajam. Kilat kemarahan tampak sangat jelas di matanya.

"Besok-besok, kalau dia kaya gitu lagi kamu telpon aku. Kalau ada dia, menghindar, Ay. Jangan mau dipaksa sama dia," peringat Arez.

Aiy menganggukkan kepalanya dua kali. "Iya, Rez."

Arez menyelipkan anak rambut Aiy ke belakang telinga wanita itu. "Jauhi dia ya, Ay. Kamu milikku, dan gak akan ada yang bisa ambil kamu dari aku."

Arez mendekatkan bibirnya ke telinga Aiy. Aiy bisa merasakan hembusan napas Arez yang menerpa lembut kulitnya.

"Sekalipun itu masa lalu kamu," bisik Arez lembut namun terdengar sangat menakutkan.

🌱🌱🌱

Arsha menatap darah segar yang mengalir dari telapak tangannya. Tatapannya sangat tajam dan menakutkan. Lagi-lagi Arsha menyakiti dirinya sendiri hanya karena perasaan bersalahnya.

Aiy. Siapa lagi yang bisa membuat seorang Arsha seperti ini selain, Aiy. Wanita yang beberapa jam lalu dia paksa menaiki mobilnya, dia bentak, dan membuat wanita cantik itu sangat ketakutan.

Sebuah senyum yang sangat menakutkan terukir di bibir Arsha. "Lo bodoh, Sha. Bodoh! Bisa-bisanya lo buat Aiy ketakutan! Brengsek lo Arshaa!"

Ceklek!

"Sayang, ha-- ARSHAAA? APA YANG KAMU LAKUKAN?!"

Elina yang baru masuk ke ruangan Arsha, begitu terkejut melihat darah segar yang berceceran di lantai. "KAMU GILA?"

Elina menutup pintu ruangan Arsha dan buru-buru mendekati tunangannya itu. Elina mengambil cutter tajam dari tangan kanan Arsha dan mencampakkan benda itu ke lantai.

"Arsha ... apa yang kamu lakukan?" Butiran cairan bening mulai keluar dari air mata Elina. Elina sangat khawatir terhadap keadaan Arsha. Wanita itu memeriksa luka Arsha, dan mengambil kotak P3K di laci meja Arsha.

"Bodoh banget sih kamu, kenapa nyakitin diri? Hah?" tanya Elina sambil menggulung baju Arsha.

Arsha hanya diam memperhatikan Elina yang sudah sibuk membersihkan darah di tangannya. "Bukan urusan lo!"

Elina sedikit terkejut dengan jawaban yang Arsha berikan. Mungkin ini bukan sekali Arsha seperti itu. Arsha bisa tiba-tiba menjadi jutek kepada Elina di saat-saat tertentu, dan Elina sudah sedikit terbiasa dengan hal itu meskipun kadang sakit di perlakukan seperti itu.

"Kamu ada masalah?" tanya Elina lembut.

"Gue bilang bukan urusan lo!" teriak Arsha.

Elina menelan salivanya susah payah. Cairan bening semakin deras keluar dari matanya, namun seberusaha mungkin Elina tidak mengeluarkan isakan.

A: Antara (Seq SEPATU) #AlisonSeries2Where stories live. Discover now