ALONA (e) 3

331 74 234
                                    

"Seharusnya dirinya tidak perlu menolong orang itu, karena ia semakin menyusahkan."

Alona Ray Zeena

"Berarti Ana harus jalan kaki," gumam Ana pelan setelah turun dari angkot.

Ana sedikit ngeri melihat jalanan sepi di depannya, maklum saja hari sudah larut malam.

Ana berjalan menyusuri jalan kompleknya. Lampu yang menyinari setiap langkah Ana sangatlah redup. Udara dingin di malam hari begitu menusuk kulitnya. Padahal ia sudah memakai hoodie yang sangat tebal. Ana menyesal tidak menggunakan mobil saat kuliah, apalagi ia juga tidak bisa mengabari mama dan sopirnya-Pak Kisno untuk menjemputnya. Ingin memesan taxi juga ponselnya sudah lowbat.

Penderitaan Ana sepertinya sudah lengkap malam ini, bukan?

Dengan keberanian yang masih tersisa, Ana terus mempercepat jalannya. Ia ingin segera sampai di rumah.

Ana mengosok pelan kedua lengannya, berharap mengurangi rasa dingin di tubuhnya.

Bugh!

Bughh!

Agrhh!

Samar-samar Ana mendengar suara keributan. Entah keberanian darimana Ana mencari sumber suara itu.

Ana menyipitkan matanya, ia melihat ada beberapa orang yang berada di ujung bangunan tua di tepi jalan komplek. Kondisi bangunan itu sudah rusak karena tidak terpakai, membuat Ana bergidik ngeri. Nampaknya suara itu berasal dari sana.

"Lanjut jalan atau ke tempat itu?" gumam Ana pelan, berpikir untuk pergi atau mendatangi tempat itu.

Saat Ana sudah berniat untuk melanjutkan langkah menuju rumah, ia mendengar suara teriakan meminta pertolongan dari arah bangunan gelap tersebut.

Dan suara itu, Ana mengenalnya.

Entah kenapa nalurinya tergerak untuk menolong orang tersebut.

Ana segera berlari ke arah orang-orang berseragam hitam dan bermuka seram itu.

Ana memberanikan diri melawan mereka dengan ilmu bela diri yang dimilikinya.

Ya, ternyata tidak sia-sia Ana mempelajari olahraga tersebut.

Tidak mudah melawan tiga orang yang berdiri di hadapannya, mereka memiliki badan yang besar, sedangkan tubuh Ana terkesan sangat mungil walaupun tidak juga kecil.

"Ana nggak boleh nyerah!" ucap Ana memperingati diri sendiri, walaupun dirinya sudah kelelahan melawan mereka.

Dua lelaki di antara mereka sudah terjatuh dan kesakitan karena ulah Ana. Menyisakan satu orang lelaki lagi.

"Kali ini kamu akan kalah cantik!" ujar lelaki bermuka seram itu dengan senyum mengerikannya, membuat Ana semakin ingin memukul wajahnya.

"Oh ya? Seyakin itu?" ujar Ana dingin, tatapan tajam dan seringaian tercetak di bibir Ana, membuatnya terlihat berbeda.

Bughh!

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now