ALONA (e) 15

133 27 1
                                    

"Jangan menyalahkan orang lain, saat dirimu sendiri yang berbuat salah!"

ALONA (e)

Sena keluar dari salah satu bilik toilet. Keadaannya jauh lebih baik daripada kejadian beberapa waktu lalu.

Ia melangkahkan kakinya ke arah wastafel, mencuci tangan dan membasuh wajahnya. Ia memperhatikan wajahnya di cermin, lalu mengusap air yang masih tersisa di wajahnya dengan tissue.

Sena membuka tasnya dan mulai mengoleskan makeup di wajahnya agar terlihat lebih fresh.

Senyumnya tercetak setelah selesai dengan makeup-nya.

"Ana!" gumam Sena pelan dengan sorot dendam di matanya.

Ia pun segera keluar dari toilet dan mencari keberadaan Leo.

Ia harus memastikan dirinya dan hubungannya dengan Adam masih aman tanpa sepengetahuan Leo.

Sena berjalan cepat menuju kelas Leo. Saat sudah berada di kelas Leo, Sena tidak melihat keberadaan pacarnya itu.

Ia pun menghampiri Reno. "Ren, kamu tau Leo ke mana?" tanya Sena.

"Nggak tau, dia tadi 'kan pergi duluan dari kantin," sahut Reno kembali fokus ke ponselnya.

"Ada masalah apa sama Leo?" tanya Reno tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Nggak ada! Cuma kangen aja." Sena terkekeh dengan ucapannya.

"Yaudah, aku balik ke kelas dulu. Kalau Leo udah balik ke kelas kasih tau aku."

"Oke, Sena," ujar Reno.

Sena pun keluar dari kelas Leo. Saat berjalan beberapa langkah, Sena melihat Ana yang baru masuk ke kelas. Sena pun mendekati Ana dan menghalangi jalan Ana.

Ana pun mendongakkan kepalanya saat ada seseorang yang menganggu jalannya.

Setelah melihat siapa penganggunya, Ana kembali fokus ke ponsel nya lagi. Seakan tidak melihat objek di depannya.

"Hai, Ana." Senyum tercetak di bibir Sena.

"Aku tau kamu iri dengan hubungan aku dan Leo. Kamu mau hubungan aku sama dia hancur 'kan? Tapi itu nggak akan terjadi. Aku juga tau kamu yang udah kasih tau kejadian waktu itu ke Leo. Jangan harap aku diam aja, aku akan buat perhitungan sama kamu Ana!" ujar Sena penuh ancaman.

Ana masih diam memperhatikan ponselnya tanpa menjawab ucapan Sena.

Karena Ana masih diam saja, Sena pun menabrak bahu Ana kuat dan pergi keluar dari kelas Ana.

Sedangkan Ana yang disenggol bahunya masih berdiri di tempat tanpa tergerak sedikitpun. Senggolan di bahunya tidak berpengaruh apapun terhadap dirinya.

Setelah Sena pergi, Ana kemudian melanjutkan langkahnya ke tempat duduk miliknya yang terletak di belakang.

Ia menaruh tas dan melepas earphone nya, karena sudah ada dosen yang memasuki kelas. Padahal ia masih senang mendengarkan lagu dari ponselnya tadi.

ALONA (e) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang