ALONA (e) 39

80 9 0
                                    

"Ternyata dari awal Ana tidak pernah diharapkan."

Alona Ray Zeena

"Mama, tolong jelaskan semuanya ke Ana!" pinta Ana saat mendatangi kamar Geana.

Gadis itu sudah tidak sabar ingin mendengar semua penjelasan dari mamanya. Ana juga yakin, Geana mendengar pembicaraan antara Ana dan Ken tadi.

Geana menatap anaknya, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi terlalu ragu untuk memulainya.

"Ma," panggil Ana. Kini ia memilih duduk di samping mamanya di sofa panjang yang langsung menghadap balkon kamar Geana.

Geana meraih tangan Ana dan menggenggamnya, lalu berkata, "Maafin mama, An."

"Kenapa? Mama nggak ada salah sama Ana, 'kan?" tanya Ana, ia harap-harap cemas menunggu jawaban mamanya.

"Mama ... Mama salah, dari awal semuanya salah Mama. Mama udah menyembunyikan kebenaran dan membohongimu, An." Geana terisak, tubuhnya bergetar.

Ana langsung memeluk mamanya, ia tidak tau harus melakukan apa. Ia hanya perlu menenangkan mamanya untuk saat ini.

"Mama nggak perlu cerita sekarang," ujar Ana di tengah pelukannya. Sejenak, Ana ragu untuk meminta penjelasan Geana mengenai perkataan Ken tadi.

"Nggak! Mama akan ceritakan semuanya. Udah saatnya Ana tau yang sebenarnya," jawab Geana.

Geana menghela nafasnya pelan, tangannya tetap menggenggam tangan milik Ana. "Apapun yang nanti Mama ceritakan, Mama mohon Ana tidak membenci Mama setelah tau semuanya," ucap Geana penuh permintaan.

"Ana janji, Ana nggak akan membenci Mama. Mama adalah kesayangan Ana, mana mungkin Ana bisa benci, 'kan?" sahut Ana dengan bibir yang tersenyum, tangannya mengelus pelan tangan Geana yang ia genggam.

"Iya, Mama harap begitu," jawab Geana. Ia bahkan ragu mengucapkan kalimat itu, ia tidak yakin Ana tidak membencinya. Kalaupun Ana tidak membencinya, kemungkinan besar anaknya itu pasti kecewa padanya.

"Ma," panggil Ana yang melihat mamanya terdiam.

"Mama akan cerita, janji ke Mama untuk nggak benci sama Mama, An," pinta Geana.

Ana menganggukkan kepalanya, membalas permintaan mamanya tersebut.

Mana bisa Ana membenci orang yang sudah melahirkan Ana. Batin Ana.

"Kamu ingat kenapa Mama selalu melarangmu ke panti asuhan 'itu'?" tanya Geana mengawali percakapannya.

Ana menganggukkan kepalanya, ia sangat ingat bagaimana Geana marah mengetahui dirinya sering ke panti tersebut.

"Ibu Meri juga pastinya sudah memberitahumu tentang hal ini, 'kan?"

Ana membenarkan ucapan mamanya kembali.

"Sebenarnya Mama yang menyuruh Bu Meri melarang kamu ke sana. Bu Meri juga yang bilang ke Mama kalau kamu masih sering pergi ke sana. Mama melakukan semua ini bukan tanpa alasan. Mama melakukannya karena Mama nggak mau kehilangan kamu, An."

"Mama nggak akan pernah kehilangan Ana, Ma," sahut Ana meyakinkan mamanya.

"Mungkin sekarang, tapi belum tentu begitu setelah kamu mendengar semua cerita Mama."

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now