Epilog

192 11 4
                                    

"Kisah ini telah usai, bahkan sebelum dimulai."

ALONA (e)

Seorang gadis dengan baju crop top longgar berwarna putih, dipadukan celana pendek high waist sebatas paha, kini nampak duduk sendiri di sudut cafe.

Seorang gadis dengan baju crop top longgar berwarna putih, dipadukan celana pendek high waist sebatas paha, kini nampak duduk sendiri di sudut cafe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Sumber: google)

Sesekali ia melirik ponselnya, lalu beralih menatap pintu cafe yang terbuka. Berharap orang yang ditunggunya segera datang.

Sebenarnya bukan kesalahan mereka yang belum datang saat ini, tapi Ana yang datang 30 menit lebih awal dari perjanjian yang disepakati mereka.

Ana mengaduk-aduk minuman yang ada di depannya, merasa bosan akhirnya gadis itu mengeluarkan earphone dari tas kecilnya, lalu memasangkannya di kedua telinga. Ia menyambungkan kabel earphone ke ponselnya, jari-jarinya bergerak mencari lagu yang bagus. Setelah dapat ia meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian menikmati minuman dan lagu yang ia dengar.

Sesekali gadis itu juga ikut bersenandung pelan, mengikuti lirik lagu yang didengarnya.

Sejenak, ia jadi teringat tentang lelaki itu. Lelaki yang tidak pernah ia temui hampir satu tahun ini.

"Hey." Sebuah sapaan dan tepukan pelan di bahu menyapa Ana saat seseorang datang mendekatinya.

Ana tersentak, "Ngagetin aja," gerutu Ana, tangannya kini melepas kedua earphone dari telinganya.

Orang yang menyapanya tadi langsung mengambil kursi di samping Ana.

"Makanya jangan melamun, disapa pelan aja udah kaget kayak gitu," ujar Putra.

Ya, Putra adalah salah satu dari sekian mahasiswa di Korea University yang menjadi teman Ana saat ini. Ia juga sama seperti Ana, mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Jadi wajar jika keduanya cukup nyambung dalam berteman.

Satu tahun bukanlah waktu yang singkat, dan satu tahun itu pula segala keadaan pasti bisa berubah. Begitu juga karakter dan sifat Ana.

Sedangkan Ana, gadis itu mendengus kasar mendengar ucapan Putra. Tapi, ia juga membenarkan ucapan lelaki itu.

"Yang lain lama banget," kesal Ana. Ia sudah cukup lama menunggu teman-temannya, dan baru Putra saja yang menampakkan batang hidungnya.

"Kayak nggak tau mereka aja," sahut Putra. "Emang tadi kamu datang jam berapa?" tanyanya.

"Jam sembilan," sahut Ana.

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now