ALONA (e) 8

170 30 4
                                    

"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Yang aku tahu sekarang hanyalah rasa nyaman."

Zayen Leo Ahram

Pukul 06.20 pagi.

Ana sudah siap dengan seragam kuliahnya, ia segera memakai sepatu dan mengenakan tasnya di salah satu bahunya. Sekali lagi ia melihat pantulan bayangannya di dalam cermin, memastikan penampilannya sudah baik. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyuman walaupun sangat tipis.

Seandainya senyum itu diperlihatkan untuk semua orang.

"Mama," seru Ana saat berjalan menuju ruang makan. Terlihat Geana yang masih sibuk menyiapkan sarapan.

"Pagi, Mama." Ia mengecup pipi mamanya singkat dan segera duduk di kursi.

"Pagi Sayang, wah, anak Mama cantik banget sih," ucap Geana sambil tersenyum lebar.

Seandainya keluarga Ana lengkap.

"Ayo sarapan, Mama udah masakin makanan kesukaan Ana," ujar Geana lalu menyendokkan nasi goreng ke dalam piring Ana.

"Makasih, Ma."

"Masakan Mama emang the best pokoknya, ini enak banget," ujar Ana saat sudah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Pastinya dong Sayang, Mama seneng kalau Ana suka."

Dentingan sendok dan garpu menemani sarapan mereka berdua, sesekali candaan saling mereka berdua lontarkan disela-sela makan.

"Yaudah Ma, Ana berangkat dulu ya." Ana berdiri saat sudah menyelesaikan sarapannya kemudian mencium tangan dan pipi Geana.

"Iya Sayang, hati-hati ya!" Geana mencium pipi Ana lembut.

"Iya Ma, Assalamualaikum," ucap Ana sambil melambaikan tangan.

"Waalaikumsallam." Geana tersenyum melihat anak satu-satunya itu.

...

"Aduh! Ana telat lagi, Pak Rudi pasti udah masuk kelas," gerutu Ana saat berlarian menaiki tangga.

Sebenarnya Ana tidak telat, tapi karena ada suatu hal yang harus Ana lakukan. Jadi, berakhirlah seperti ini.

Saat Ana akan menaiki tangga di lantai dua dengan terburu-buru, kaki yang terbalut sepatu tingginya itu salah memijak tangga, hingga Ana harus terhuyung ke belakang.

"Aaa ...." Ana memejamkan matanya tidak ingin melihat apa yang akan terjadi padanya sebentar lagi.

1 detik

2 detik

3 detik

"Eh, kok nggak jatuh?" gumamnya pelan saat tidak merasakan sakit sedikitpun.

Perlahan ia membuka mata, matanya langsung membulat melihat seseorang yang sudah menolongnya.

"Makasih."

Ana pun segera menjauhkan dirinya dari orang yang menolongnya tadi. Tidak baik jika sampai dilihat orang lain, terutama pacarnya, apalagi jika harus berurusan dengan dia.

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now