ALONA (e) 21

111 22 0
                                    

Pagi-pagi sekali Leo sudah siap dengan setelan seragam kuliahnya. Setelah memastikan dirinya tampan, ia pun meraih tasnya dan menuruni anak tangga. Ini adalah pertama kalinya ia berangkat sepagi ini ke kampus.

Ia berjalan menuju ruang makan. Di sana terlihat mamanya yang sedang sibuk menyiapkan makanan.

"Pagi, Ma," sapa Leo. Ia kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

"Tumben banget udah rapi? Biasanya juga belum bangun kalau nggak Mama bangunin!" Bukannya menjawab sapaan Leo. Lia malah melontarkan kalimat keheranan, karena tindakan Leo yang tidak biasa.

"Mama, anaknya sapa harus dijawab. Ini malah dikasih kalimat ejekan gitu."

"Oiya, Mama lupa!" Lia terkekeh. "Pagi, Sayang, tapi tadi itu bukan ejekan. Cuma heran aja lihat kamu yang nggak kayak biasanya. Tapi baguslah, Mama suka." Lia sudah selesai menyiapkan sarapan di atas meja. Bertepatan dengan Edwin yang menghampiri mereka.

"Tumben kamu udah rapi gini? Biasanya juga masih tidur!" Kalimat yang tidak ada bedanya dengan mamanya kembali didengar oleh Leo.

"Mama sama Papa kenapa sih, lihat anaknya ngelakuin hal yang bagus malah keheranan gitu? Seakan Leo ini nggak bisa berubah," kesal Leo dengan muka ditekuk.

"Baperan!" ucap Lia dan Edwin bersamaan.

Leo menatap mama dan papanya semakin kesal. "Kompak banget ngejek anaknya," desis Leo semakin kesal.

"Leo berangkat, jangan heran lagi kalau Leo berangkat pagi-pagi. Ini udah jadi kebiasaan baru Leo mulai sekarang." Leo sudah selesai dengan sarapannya, ia pun kemudian beranjak dari kursi dan menyalami mama dan papanya.

"Awas ya, kalau besok tiba-tiba kesiangan lagi!!" sahut Lia serius.

Leo tersenyum, "Itu tidak mungkin!"

Pasalnya, Leo sudah mengatur alarm sepagi mungkin. Jadi, ia yakin pasti tidak akan telat.

"Jangan lupa sama yang kita bicarain semalam!" Edwin mengingatkan Leo saat Leo sudah berjalan menuju pintu keluar.

Ia pun berhenti berjalan dan membalikkan badan menatap papanya. "Itu adalah salah satu alasan aku berangkat sepagi ini," sahut Leo lalu melanjutkan jalannya yang tertunda.

"Mama bersyukur Leo makin berubah jadi lebih baik," ucap Lia kearah Edwin. Edwin pun membalas senyuman Lia sambil mengelus pelan rambut istrinya.

"Iya, Papa juga seneng lihat Leo berubah. Papa juga udah nggak sabar lihat kelahiran dia." Edwin mengelus perut Lia pelan. Sedangkan Lia, dirinya tersenyum dan menikmati sentuhan di perutnya.

...

Sena duduk di salah satu kursi yang berada di teras rumahnya. Ia sesekali menatap kecarah gerbang.

Dari dalam rumah terdengar suara langkah mendekat ke arahnya. Dia Seina-mama Sena.

"Nunggu jemputan pacar?" tanya Seina lalu duduk di kursi sebelah Sena.

Sena mengangguk menjawab ucapan mamanya. "Masih sama Leo?" tanya Seina lagi, pasalnya ia sudah jarang melihat Leo akhir-akhir ini.

ALONA (e) | ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu