ALONA (e) 37

80 15 0
                                    

"Andai saja bisa mengubah, penyesalan itu tidak akan pernah hadir di akhir."

ALONA (e)

Sejak dikabarkan jatuhnya pesawat Adiwijaya Airlines pada 8 Maret 2021, di perairan Laut China Selatan. Sejak saat itu juga, Edwin dan Lia berada di Beijing, tepatnya di dekat Bandara Internasional Beijing. Selama itu pula, mereka terus mendatangi bandara tersebut, berharap ada kemajuan mengenai kabar anaknya, Leo.

Namun, nyatanya nihil. Hingga, saat ini mereka belum juga menemukan keberadaan Leo.

Kemarin yang mereka lihat bukanlah Leo, melainkan orang lain yang memiliki jam yang sama persis dengan anaknya.

"Kamu di mana, Leo? Mama kangen sama kamu. Hampir tiga minggu Mama nunggu kabar dari kamu," Lia memandang salah satu foto Leo di ponselnya. Berharap Leo segera memberitahu tentang kabar keberadaannya.

Wajah Lia nampak lesu, badannya nampak sedikit menyusut. Edwin yang melihat istrinya yang seperti itu, tentu saja hatinya ikut sakit.

Tiga minggu tanpa kabar dan kepastian. Hanya sebuah harapan yang entah sampai kapan akan selesai.

...

Tepat saat minggu ketiga jatuhnya pesawat Adiwijaya Airlines, tim penyelamat gabungan secara resmi menghentikan pencarian korban dan puing pesawat Adiwijaya Airlines.

Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa pertimbangan tentunya.

Lia, tentunya wanita itu semakin sedih. Mengingat Leo, yang notebene nya adalah salah satu dari puluhan penumpang yang tidak ditemukan.

"Pa, Leo tidak ditemukan. Apa kemungkinan dia masih hidup?" Lia memandang lelaki di sampingnya yang juga terlihat muram.

Kemungkinan Leo masih hidup hanyalah kemungkinan yang sangat kecil, atau nyaris tidak ada. Mengingat tiga minggu bukanlah waktu yang singkat untuk seseorang bisa bertahan hidup di lautan lepas.

"Kita ikhlaskan kepergian Leo, Ma," jawab Edwin. Walaupun, kenyataannya ia juga belum ikhlas dengan kepergian anaknya secara tidak terduga.

"Kamu bisa bilang semudah itu, karena Leo bukan anak kamu!" sentak Lia. Emosinya saat ini menjadi tidak stabil karena mendengar ucapan Edwin tadi.

"Leo juga anak aku, Lia. Dia sudah aku anggap sebagai anak kandung aku sendiri. Aku tau ini berat untuk kita, tapi semua ini sudah takdir dari Tuhan. Kita hanya bisa berdo'a dan mengikhlaskan kepergian Leo," jawab Edwin. Walaupun berat bagi aku untuk mengikhlaskan kepergian anak kita. Lanjutnya dalam hati.

Lelaki itu memeluk istrinya. Lia tidak membalas pelukan Edwin, juga tidak menolaknya.

Edwin hanya tidak ingin memperkeruh suasana di antara keduanya.

...

"Gimana kuliah kamu, An?" tanya Geana, kini wanita itu sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keduanya.

Ana yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi pun langsung menatap wajah mamanya.

"Sejauh ini biasa aja, Ma. Nggak beda jauh sama yang dulu," jawab Ana.

Bedanya, kini dirinya sering bertemu dengan Ken. Ana baru mengetahui, bahwa lelaki itu juga kuliah di universitas yang sama dengannya. Bahkan, kini mereka sekelas.

"Udah dapat teman?" Geana kembali bertanya. Pasalnya, teman yang pernah dekat dengan Ana hanyalah Leo, walaupun tidak terlalu dekat sebenarnya. Dan tidak bisa disebut sebagian teman juga.

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now