ALONA (e) 38

83 9 0
                                    

"Kehilangan? Entahlah, hanya saja semua terasa berubah dan ... sedikit berbeda tanpa dirinya."

ALONA (e)

Gadis cantik dengan kaos longgar berwarna putih dan celana baggy pants-nya. Kini nampak berjalan beriringan dengan seorang wanita paruh baya. Sambil mengendong sebuah tas ransel berwarna hitam yang berukuran sedang. Sesekali, gadis itu nampak membenarkan letak kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung.

Cuaca sedikit panas, saat mereka sampai di depan sebuah gedung dengan tulisan besar 'Bandara Internasional Beijing'. Wajar saja, mereka datang saat jam telah menunjukkan angka dua siang.

Ana nampak menarik nafasnya pelan, menetralkan degupan jantungnya yang sedikit berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

Ia nampak gugup.

Atau, ia sebenarnya belum siap mendengar sebuah kebenaran dari sumbernya?

Dilihatnya dua orang yang cukup familiar di matanya. Ana nampak ragu, namun tepukan lembut di bahunya membuatnya sedikit tenang.
Perlahan, ia bisa kembali menguasai dirinya dari kegugupan yang sejenak mengambil alih dirinya.

"Mama yakin, kamu bisa, An," ucap Geana dengan senyum menenangkan.

Ana menganggukkan kepalanya samar, "Iya, Ma."

Kemudian, mereka melangkah untuk lebih mendekat ke arah kedua orang yang belum mengetahui kedatangan mereka.

...

2 jam sebelum keberangkatan.

Setelah mengutarakan maksud dan tujuannya kepada mamanya usai sarapan tadi. Gadis itu langsung beranjak dari kursi dan pergi ke kamarnya.

Sedangkan Geana, wanita itu memasang wajah sedikit bimbang, sesaat, setelah anaknya beranjak dari ruang makan.

Di dalam kamar, Ana nampak membereskan barangnya. Ia memasukkan beberapa pakaian yang ia rasa perlu. Tidak banyak, namun cukup untuk beberapa hari ia berada di sana.

Setelah mendapatkan izin dari Geana, Ana memutuskan untuk tidak menunda lagi. Walaupun awalnya Geana nampak kaget, namun wanita itu akhirnya menyetujui dan ikut bersama dengan anaknya.

Seorang ibu tidak akan meninggalkan anaknya sendiri, bukan?

Drtt Drrtt

Ana menolehkan kepalanya sejenak, menatap ponselnya yang ia letakkan di atas nakas. Sejenak, ia merasa asing saat melihat nomor yang tertera di layar ponselnya.

Jika biasanya gadis itu hanya membiarkannya begitu saja, kali ini berbeda. Gadis itu langsung mengangkat panggilan telepon tersebut, entah atas dasar apa ia melakukannya.

Suara sapaan di seberang sana terdengar. Suara seorang lelaki yang tidak asing bagi Ana.

Ana tidak menyahuti sapaan lelaki itu, ia hanya ingin mendengar maksud orang tersebut menelepon dirinya.

Terdengar helaan nafas kasar di seberang sana, mungkin saja kesal karena lawan bicaranya terus diam.

Hingga, akhirnya lelaki itu menyampaikan tujuan dirinya menelepon Ana.

"Oke," jawab Ana mengakhiri percakapan.

...

"Jadi?" tanya Ana to the point kepada lelaki di depannya. Bahkan, lelaki itu belum sempat mendudukkan dirinya di sofa rumah Ana.

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now