ALONA (e) 23

98 20 0
                                    

Ana baru saja selesai menyiapkan sarapan untuk ia dan mamanya. Ana melepas apronnya dan mengantungkannya. Ia lalu melangkahkan kaki menuju kamar tempat Geana berada.

Ana memasuki kamar Geana. Disana terlihat mamanya yang sudah duduk dan bersandar diranjang.

Geana sudah sadar sejak tadi malam. Dan sekarang Ana akan menjaga mamanya selama seharian penuh. Bahkan, gadis itu sudah izin tidak kuliah.

"Mam," sapa Ana. Geana tersenyum menatap anaknya. Disaat sakit seperti itu, mamanya bahkan masih bisa tersenyum.

Ana duduk disamping ranjang mamanya. "Mama udah enakkan? Masih ada yang sakit?" Ana tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatirannya pada sosok wanita didepannya ini.

Geana kembali tersenyum. Kali ini dengan senyum yang sangat menghangatkan. "Mama udah baikkan Ana. Bahkan mama udah kuat kalau disuruh lari marathon," Geana terkekeh diakhir kalimat yang diucapkannya.

"Mama!" Ana mencebikkan bibirnya. Geana sakit saja masih mampu bercanda.

"Ana udah siapin sarapan buat mama, kita makan sekarang ya." ujar Ana dan diangguki oleh Geana.

Ana pun membantu mamanya untuk berdiri dan memegangi lengan mamanya. Ana terlalu takut mamanya kenapa-napa.

"Mama mampu jalan sendiri sayang." ujar Geana. Tapi sepertinya tidak berpengaruh pada gadis itu.

Ana tetap menuntun mamanya hingga sampai diruang makan. Ia pun dengan hati-hati mendudukkan mamanya dikursi.

"Makasih sayang." ujar Geana dengan senyum manisnya.

'Betapa beruntungnya mama punya kamu, An.' batin Geana.

...

Berulang kali ia keluar masuk kelas hanya untuk memastikan kedatangan seseorang.

Ia sudah melakukannya sejak 20 menit yang lalu. Bahkan ia berangkat pagi untuk menunggu orang yang ditunggunya.

Sebentar lagi jam mata kuliah pertama berlangsung, dan Leo masih saja berlalu lalang didepan pintu kelasnya.

Reno bosan memperhatikan temannya sedari tadi. Tapi Reno tidak juga menghentikan aktivitas temannya itu.

Leo masuk kedalam kelas. Ia lalu kembali duduk dibangkunya.

"Kurang olahraga, mondar-mandir depan kelas?" tanya Reno. Ia bahkan bertanya tanpa melihat Leo. Lelaki satu ini masih asyik bermain games di ponselnya bersama teman sekelas.

"Shit, kalah! Udahan deh." Reno mematikan ponselnya dan memasukannya didalam saku baju kemejanya.

Ia lalu menatap Leo. Sedangkan yang ditatap saat ini sedang menunjukkan raut gelisahnya.

"Kamu ngapa sih sebenarnya? Ana?" pertanyaan Reno mampu membuat raut Leo semakin gelisah.

Reno menghembuskan nafasnya kasar. "Suka sama Ana?" lagi-lagi kalimat Reno semakin membuat Leo gelisah. Tapi Lelaki itu tidak menjawab satupun ucapan Reno.

Reno tidak tau apa yang sedang terjadi antara Ana dan Leo. Tapi dilihat dari wajah Leo, lelaki itu pasti sedang memikirkan Ana.

Ini adalah pertama kalinya Leo seperti itu. Bahkan saat berpacaran dengan Sena, lelaki itu tidak pernah sekhawatir ini.

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now