ALONA (e) 26

84 19 0
                                    

"Aku tau itu salah, tapi berhenti bukanlah hal yang aku mau. Jadi, aku memilih untuk tetap meneruskannya."

Sena Alexandrya

Ia berjalan dengan cepat, kedua tangannya mengepal keras. Bahunya naik turun, menandakan ia sedang menahan emosi.

Wajahnya sesekali memperlihatkan senyuman manisnya saat berpapasan dengan orang yang ia temui. Namun, dalam sekejap ia akan mengubah senyuman itu mirip seperti smirk yang mengerikan.

Sena menertawakan dirinya sendiri. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Ia tidak memiliki tujuan sedari tadi. Sejak ia pergi setelah mempermalukan dirinya di kampus, ia memilih berjalan tanpa arah hingga saat ini.

Bahkan, ia meninggalkan mobilnya begitu saja di halaman parkir kampus.

Sudah hampir dua jam ia berjalan. Kakinya bahkan sudah lelah, tapi ia tetap memaksakan untuk terus melangkah.

"Gara-gara dia."

"Semua karena dia!"

"Aku kehilangan semuanya."

"Ana sialan!!"

"Aku nggak akan diam aja, aku akan balas semua ini. Terutama ke kamu, An!"

Tepat setelah mengucapan kata di kalimat akhir, ia mengukir senyuman miring.

Kemudian masuk ke dalam salah satu tempat mewah dan berkelas yang terletak cukup jauh dari pinggir jalan raya.

Walaupun begitu, tempat ini sangat ramai. Terbukti dengan banyaknya mobil mewah dan juga orang-orang dengan gaya mewahnya berlalu lalang di sekitar tempat itu.

Ya, sepertinya Sena membutuhkan tempat ini untuk beristirahat sejenak.

Ia tidak sadar sudah berjalan cukup jauh. Dan menemukan tempat yang memang sering ia kunjungi saat ia sedang merasa tidak baik.

Tempat itu bertuliskan 'Alx Bar'. Mungkin terlihat biasa saja, seperti bar pada umumnya. Namun bar itu berbeda bagi Sena.

...

Apa mereka pacaran?

Selera Leo berubah drastis setelah putus sama Sena.

Mungkin cuma cari popularitas, makannya deketin Leo!

Masih cakepan juga aku, dari pada si dingin itu!

"Jangan dengerin mereka!" ucap Leo yang berjalan disisi Ana.

Sedangakan Ana, gadis itu tetap seperti biasa. Datar dan tanpa ekspresi. Bahkan, ucapan tadi tidak berpengaruh apapun baginya.

Tanpa diduga Leo meraih tangan Ana dalam gengamannya. Ana yang memang selalu bermuka datar sedikit tersentak saat tangannya diraih oleh Leo secara tiba-tiba.

Ana berusaha melepaskannya saat banyak pasang mata yang semakin menatap sinis ke arah mereka, terutama pada Ana.

"Lepas!" ujar Ana dingin. Tapi tetap berjalan mengikuti langakah Leo di sampingnya.

Leo, lelaki itu tidak menuruti ucapan Ana. Bahkan, genggamannya lebih erat dari sebelumnya.

"Jangan suruh aku untuk melepasnya. Aku lebih nyaman seperti ini, dan aku rasa kamu juga begitu," ujar Leo santai dengan mata yang menatap dalam retina milik Ana.

Jantung Ana berdetak kencang saat ditatap seperti itu.

Ini pertama kalinya Ana merasakan detakan yang sama saat ditatap seperti itu setelah beberapa tahun lalu. Tatapannya sama, tapi orangnya berbeda. Batin Ana.

ALONA (e) | ENDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant