ALONA (e) 10

160 28 1
                                    

"Jangan pernah dekat apalagi mencoba untuk mendekati. Paham! Masih ngertikan bahasa manusia?"

Alona Ray Zeena

Ana baru saja sampai di rumahnya. Dilihatnya lampu rumah yang sudah gelap. Dengan sangat pelan Ana mendorong motornya memasuki garasi, tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Dia tidak mau menganggu mamanya yang sedang istirahat. Lagi-lagi, dia harus diam-diam untuk pergi ke panti dengan membuat berbagai alasan yang logis.

Dengan perlahan, Ana membuka pintu rumah dengan kunci yang selalu dibawanya untuk cadangan jika diperlukan. Contohnya, seperti saat ini.

"Untung Ana selalu bawa kamu," gumam Ana dengan sangat pelan.

Saat pintu sudah terbuka, pemandangan pertama yang dilihat adalah gelap. Ya, semua ruangan memang dimatikan lampunya jika sudah istirahat.

Dengan perlahan Ana melangkahkan kakinya menuju kamar.

Klik

Seketika langkah kakinya terhenti saat lampu di seluruh ruangan hidup. Ana menarik napas dan menghembuskannya napasnya dengan berat. Kemudian badannya memutar ke belakang untuk melihat siapa yang telah menghidupkan lampunya. Ya, walaupun Ana sudah tau sebenarnya.

"Ma," ucap Ana lembut kemudian berjalan mendekat, menghampiri mamanya.

"Kamu dari mana aja, Sayang? Kenapa jam segini baru pulang? Mama telpon dari tadi juga nggak diangkat?" tanya Geana kemudian melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Maafin Ana, Ma, ponsel Ana lowbat, terus Ana juga lupa bawa charger. Ana juga pulang malam karena Ana ngerjakan tugas, Ma. Mama kok belum tidur jam segini? Ini udah malam, Ma," Ana mencoba mengalihkan pembicaraan agar mamanya tidak menanyainya lagi.

"Kamu aja baru pulang, gimana Mama mau tidur. Mama kan khawatir sama kamu, Sayang. Kamu itu cuma punya Mama satu-satunya. Mama nggak mau kamu kenapa-napa," ucap mamanya penuh kekhawatiran.

"Mama, Ana baik-baik aja. Mama nggak perlu khawatirin Ana, Ana bisa jaga diri. Lagian Ana nggak bakal tinggalin Mama, kan Mama satu-satunya yang Ana punya. Yaudah sekarang Mama tidur ya, Ana juga udah pulang jadi nggak perlu khawatir lagi," ucap Ana kemudian mengantarkan mamanya menuju kamar.

"Selamat malam Ma, selamat istirahat," ucap Ana kemudian mencium pipi mamanya. Lalu berlalu meninggalkan mamanya di kamar, menuju kamarnya sendiri.

Maafin Ana Ma, entah sudah keberapa kalinya Mama khawatirin Ana, tapi Ana masih menutupi semuanya dari Mama dan selalu bohong ke Mama. Ana belum berani untuk bilang semuanya. Maafin Ana, Ma. Batin Ana saat berada di depan pintu kamar mamanya.

"Mama tahu kamu menyembunyikan sesuatu dari Mama. Berharap agar Mama tidak khawatir, padahal semua itu hanya menambah kekhawatiran Mama, karena kamu nggak pernah cerita apapun," ucap Geana dengan sangat pelan, nyaris tanpa suara.

...

Ana baru saja bangun tidur saat secercah sinar matahari masuk melalui jendela kamarnya yang sengaja dibuka oleh seseorang. Mengusik tidurnya yang nyenyak.

"Emmmghh ...." Ana mengangkat kedua tangannya dan menyibakkan selimutnya asal.

"Bangun, Sayang! Memangnya kamu nggak ada kuliah pagi ini, hmm?" Mamanya berjalan mendekati ranjang Ana dan duduk di sampingnya.

ALONA (e) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang