ALONA (e) 34

98 13 1
                                    

"Mungkin Ana yang terlalu berharap, bahwa yang terdengar tadi adalah suaramu."

Alona Ray Zeena

"Ana,!"

Suara itu--

Ana menghentikan langkahnya, saat ia mendengar suara seseorang yang memanggilnya.

Siapa yang sudah mengenal Ana di hari pertama Ana keluar rumah, bahkan baru kemarin Ana berada di negara ini? Batin Ana semakin penasaran.

Tapi, sepertinya Ana mengenali suara itu. Lagi-lagi Ana hanya berbicara dalam hati.

Akhirnya, Ana memilih untuk melihat langsung orang yang memanggilnya tadi.

Terlihat seorang lelaki dengan hoodie hitam dan celana jogger yang berwarna senada dengan hoodie-nya. Yang kini sedang menatap Ana, begitu pun Ana yang juga menatap lelaki itu.

"Ana, 'kan?" tanya orang itu ingin memastikan.

"Sepertinya memang benar," jawabnya atas pertanyaannya sendiri.

Ana terlihat masih diam di tempat. Siapa dia? Kenapa seperti tidak asing? Batinnya lagi.

"Apa kamu nggak ingat sama aku?" tanya lelaki itu kembali.

"Sepertinya kamu memang belum mengenalku." Lagi-lagi ia menjawab pertanyaannya sendiri. "Kenalin, aku Ken. Orang yang pernah membangunkanmu saat tertidur di taman belakang kampus yang sepi," ujarnya menjelaskan.

Bahkan, tangannya saat ini terulur di depan. Berharap Ana menyambut uluran tangan itu kembali.

Anggap saja sebagai formalitas perkenalan, bukan?

Ternyata itu dia. Batin Ana setelah mengingat siapa lelaki itu.

Akhirnya, Ana menyambut uluran tangan lelaki itu. "Ana," jawab Ana sembari masih berjabat tangan dengan Ken. Raut wajahnya benar-benar masih datar tanpa ekspresi yang menujukkan keramahan.

Ken tersenyum, menatap tangannya yang berjabat dengan tangan milik Ana.

Setelah Ana menyebutkan namanya, ia langsung melepasnya begitu saja.

"Nggak nyangka ya, kita bisa ketemu di sini," ujarnya nampak basa-basi.

Ana yang notebene-nya tidak suka basa-basi pun hanya menatap Ken datar.

Ken berdehem pelan, untuk sekedar membuang rasa canggung di hadapan Ana. Ia sadar saat ini dirinya sedang berbicara dengan Ana, gadis yang tidak akan berbicara jika bukan karena hal-hal penting saja.

Dan yang Ken baru saja lakukan termasuk hal yang tidak penting.

"Udah?" tanya Ana dingin, perjalanannya jadi terganggu karena lelaki itu.

"Oh, okey. Maaf, karena udah ganggu perjalanan kamu tadi. Tadi aku hanya ingin memastikan dirimu atau bukan, ternyata iya. Ya sudah kalau begitu, kamu bisa pergi sekarang," jawab Ken masih dengan senyumnya.

Untuk apa ia harus memastikan ini Ana atau bukan? Batin Ana.

Setelah Ken mengucapkan kalimat tadi, Ana langsung pergi dari hadapan Ken tanpa mengucapkan kalimat apapun.

ALONA (e) | ENDWhere stories live. Discover now