1. TaeGi: Dinamit

2.3K 123 6
                                    

"Kabel merah atau kabel biru?" Sersan Kim Taehyung bergumam. Wajahnya semakin pucat kala dirinya harus memilih salah satu dari dua kabel di tangannya. Tangan kanannya memegang sebuah tang kecil sementara jari telunjuk dan jempol kirinya menjepit dua kabel berbeda warna.

Sersan Kim Taehyung mencoba menenangkan diri. Ia mengingat hal-hal menyenangkan agar tubuhnya santai supaya asupan oksigen mengalir lancar ke otaknya. Barangkali, ia akan menemukan jawaban setelahnya.

"Berpikirlah, Kim Taehyung. Kalau sampai salah, akibatnya sungguh mengerikan."

"Sersan Kim Taehyung."

Sebuah suara masuk ke telinganya dari earphone nirkabel di telinganya.

"Sersan Kim Taehyung di sini, Jendral."

"Apa kau ragu?"

"Tidak." Sersan Kim Taehyung menghembuskan nafas perlahan. "Mungkin, sedikit, Jendral."

"Tenang. Santai saja."

Sang Jendral berbicara dengan nada lembut dan diselingi tawa. Namun sayangnya, tidak berhasil membuat Sersan Kim Taehyung tenang. Ia justru semakin tegang.

"Jendral?"

"Ya?"

"Apa tidak ada rekan lain yang bisa membantu saya?"

"Kau tahu, Sersan. Kau yang paling ahli menjinakkan bom di antara penjinak bom yang dimiliki negara kita. Sekarang, fokuskan pikiranmu pada benda di hadapanmu. Segera selesaikan dan minimalkan resiko kerusakan dan kerugian. Mengerti?"

"Mengerti, Jendral."

Sersan Kim Taehyung mengutuk dirinya sendiri. Mengapa pula ia harus memilih bergabung dengan kepolisian dan memutuskan menjadi penjinak bom? Jelas sekali, ia pasti kehilangan akal sehat saat memutuskan semuanya.

"Aku pilih pekerjaan ini karena tidak ingin kuliah dan bayaran sebagai penjinak bom tinggi sekali." Ia menyuarakan pikirannya. "Uangku banyak dan bisa dipakai modal pernikahan." Sersan Kim Taehyung memejamkan mata. "Memikirkan pernikahan membuatku gugup. Sebaiknya pikirkan yang lain dulu."

"Hei, Taehyung-ah."

Seseorang memanggilnya dengan suara yang sangat ia kenali.

"Apa, Jin?"

"Hei...suamiku itu kakak sepupu pacarmu. Kau harus sopan padaku."

"Ada apa, Kim Seokjin?"

"Kenapa lama sekali? Kau tidur?"

Rasanya ia ingin memelintir bibir Kim Seokjin yang sialnya adalah temannya sejak kecil yang sama-sama berpangkat Sersan Polisi. Dan, sejak Kim Seokjin menikah dengan sepupu kekasihnya, ia menjadi seseorang dengan kadar menyebalkan super tinggi dan senang sekali menyindir dirinya yang belum berani melamar pemilik hatinya.

"Kau tuli? Kalau aku tidur, kau bicara dengan siapa sekarang memangnya?"

"Begitu saja marah. Makanya nikah. Biar ada seseorang yang bisa kau ajak menyalurkan kebutuhan biolo-"

Taehyung melepaskan earphone-nya. Dunia di sekelilingnya kembali tenang setelah suara cempreng Seokjin hilang.

"Bagaimana Namjoon Hyung betah bisa cinta mati pada orang cerewet seperti Seokjin? Telinganya pasti bermasalah!" gerutu Taehyung.

Ia kembali menimbang-nimbang kabel yang harus ia potong.

"Roses are red, the sky is blue. Roses are pretty...and so are you*"

Taehyung memotong kabel biru dan sedetik kemudian memejamkan matanya rapat-rapat. Setelah lima detik, ia membuka sebelah matanya dan memandang sekitar. Tidak ada yang berubah. Ia masih berada di dalam sebuah ruangan putih dengan dua jendela kaca di dinding kanan dan kiri.

"Kim Taehyung!"

Taehyung menoleh. Ia bertatapan dengan kekasihnya, Min Yoongi, yang melangkah masuk dari pintu sebelah kanan.

"Iya, Sayang?"

"Kau berhasil mematikan bom tapi kau lebih lambat lima detik dari rekor terbaikmu. Kau gagal, Kim Taehyung."

"Terus...? Lamarannya diundur lagi?" Taehyung bertanya dengan nada lesu.

"Tentu saja...tidak." Min Yoongi merentangkan kedua tangan sambil menampilkan senyum gusinya. Taehyung segera berlari memeluk kekasihnya. "Aku sudah cukup lama menunggu lamaranmu, Tae. Kali ini aku tidak mau menunggu lagi gara-gara bandot tua itu!"

Taehyung tertawa dan mengecup pipi Yoongi. "Bandot tua itu ayahmu, Sayang."

"Biarkan saja. Bandot tua itu bisa terus bermain misi menjinakkan bom bohongan konyol buatannya ini dengan calon suami adikku suatu hari nanti!" Yoongi berteriak agar Sang Ayah yang berada di balik salah satu kaca mendengarnya. "Ayo, pulang. Aku akan memasak makan malam di apartemenku untuk Sersan kesayanganku ini. Dan...bagaimana kalau kau menginap malam ini?"

Taehyung mencium kening Yoongi lama.

"Tawaran yang tidak baik untuk dilewatkan."

Keduanya berjalan ke luar sambil bergandengan tangan. Mereka langsung lupa pada seorang perwira tinggi bernama Min Jiyong di balik kaca yang tengah tertawa terpingkal-pingkal.

"Tidak kusangka Si Taehyung itu mau-maunya aku kerjai. Dia sudah berhasil sepuluh kali menjinakkan bom palsu ini tapi saat kubilang dia gagal, dia menurut saja. Hahaha!"

Min Jiyong berjalan keluar dari gudang yang bagian dalamnya ia sulap menjadi tempat seleksi calon menantunya yang berasal dari kepolisian itu. Ia tersenyum senang saat mengeluarkan ponsel dari kantung celananya.

"Jimin, kau masih berpacaran dengan Jeon Jungkook dari Angkatan Laut itu?"

"Tentu saja masih, Yah. Ayah baru saja bertemu kami berdua tadi pagi."

"Bawa dia ke rumah besok."

Tut!

"Akan kulihat setangguh apa pacar anak bungsuku itu."

- Selesai -


*Terinspirasi dari film Rush Hour (1998)

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now