🐺49_chapter_1🐺

407 20 2
                                    

Suasana senyap semakin terasa ketika paus putih yang membawa Cetta dan Arthur sampai di depan istana Lucas. Para penjaga yang berada di bawah pengaruh sihir Zaza, mulai mengacungkan trisula mereka kepada paus Arthur.

"Siapa kau?" teriak salah satu penjaga.

"Sampaikan kepada Zaza kalau aku ingin bertemu dengannya." balas paus Arthur tanpa membuka mulutnya.

Salah satu dari penjaga itu mulai memasuki istana yang tidak lain untuk menyampaikan pesan dari paus Arthur. Sedangkan penjaga yang tersisa masih mengacungkan senjata mereka. Sembari menunggu penjaga yang melapor kembali, Cetta dan Arthur membuat rencana B setelah melihat keadaan sekitar istana.

"Aku yakin rencana kita akan berhasil. Baik rencana A maupun recana B. Tujuan kita adalah membakar buku yang dicuri Zaza dan kau lemparkan kalung dari Dingo untuk melenyapkan semua kekuatannya." kata Arthur.

"Tapi bagaimana?" Cetta menatap liontin yang mengalung dilehernya. "Kalung Dingo menyatu dengan Liontin Biru."

Arthur menyerahkan secarik kain kusam kepada Cetta. "Baca mantra ini untuk memisahkan kalung itu dari Liontin Biru."

Cetta memandangi kain kusam di tangannya. "Apa benar akan berhasil?"

"Tentu."

"Rax, bagaimana keadaan di luar?" tanya Arthur yang membuat Cetta bingung. Karena di antara mereka tidak ada yang bernama Rax, kecuali paus Arthur yang namanya belum dia ketahui.

"Siapa Rax? Pausmu?"

"Bukan pausku. Rax adalah plankton yang aku tugaskan untuk ikut menyelinap bersama penjaga tadi. Nama pausku rahasia, kau akan tahu nanti." balas Arthur sambil tersenyum penuh misteri.

'Menyebalkan sekali dia, main rahasiaan dengan kita. Kenapa kau tidak kesal es?' kata Clark.

'Biarkan saja.'

"Tidak aman. Aku merasakan ada ancaman dari bawah tanah," seekor plankton yang berukuran sebesar ibu jari manusia muncul dari luar mulut paus Arthur yang sedikit terbuka.

"Kenapa?"

"Ada megalodon yang dulu pernah bertarung dengan kraken. Firasatku tidak enak dengan itu." kata Rax sambil mendekat ke arah Arthur.

'Jadi hiu itu masih hidup?' batin Cetta ketika mendengar nama hiu legendaris itu.

Menurut manusia hiu itu sudah punah ratusan tahun lalu tetapi, ada juga yang mengatakan kalau hiu itu masih hidup. Kebenaran yang simpang siur itu menjadi rahasia lautan yang tidak diketahui oleh makhluk darat. Bahkan manusia saja yang dibekali akal pintar masih belum mengetahui kebenarannya.

'Aku tahu kau mantan manusia tapi, untuk sekarang kesampingkan sifat norakmu itu. Aku tahu manusia itu banyak yang norak sepertimu.' ejek Clark.

'Aku hanya terkejut.'

'Ya ya ya. Terserahmu.'

"Cetta. Bagaimana?"

Rax menatap Cetta dari ujung sampai ujung. "Jadi dia keturunan Gakasha. Boleh juga tampangnya."

'Apa maksudnya si kecil berkata seperti itu? Apa dia mengejek kita? Berani sekali dia berkata seperti itu. Tidak tahu saja kalau aku ini sangat kuat dan keren. Badanku saja lebih besar dan menawan, tidak kecil seperti dia. Kalau saja sekarang aku bisa mengambil alih, akan kumakan dia hidup-hidup. Makhluk kecil itu membuatku kesal saja.' protes Clark marah.

'Diam. Tidak ada gunanya kau protes seperti itu, dia tidak akan mendengarnya.' balas Cetta.

"Sebenarnya aku punya ide tapi, apa pausmu ini bisa bertarung?"

My Alpha [REVISI]On viuen les histories. Descobreix ara