🐺17_🐺

1.8K 93 0
                                    

"Apa benar kita akan ke dunia manusia?"

"Bukan kita tapi hanya aku dan kau saja Marlin.." Cetta mengoreksi perkataan sahabatnya itu. Kedua tangannya tidak berhenti berkerja merapikan pakaiannya kedalam sebuah koper besar.

'Dan aku akan dapat mengetahui bagaimana keadan mereka sekarang? Apakah benar mereka sudah mati atau hidup..' batin Cetta.

"Ok ok.. baiklah pangeran es aku mau persiapan dulu bye!" Marlin beranjak dan melenggang pergi dari kamar Cetta.

Tak lama setelah kepergian Marlin, pintu kamar Cetta kembali terbuka menampakkan seorang wanita yang cantik. Wanita yang sama persis seperti yang menemui Cetta kemarin.

"Hai Cetta!" sapanya.

Cetta hanya menatapnya sebentar, kemudian dia kembali melakukan aktivitasnya.

'Hai Es! Kau dingin sekali huh! Wanita itu cantik dan.. seksi pula kenapa kau dingin padanya?' Omel Clark memenuhi otaknya.

'Berisik!' sewot Cetta singkat. Pagi-pagi seperti ini Clark sudah sangat cerewet, dan Cetta tidak mau menanggapinya. Tetapi kalau tidak ditanggapi pasti dia akan marah.

'Biakan saja. Kan aku punya mulut, dan gunanya mulut itu buat bicara Es..' balas Clark.

"Cetta.. apa kau tidak mendengarku?" sebuah suara menyadarkan Cetta.

"Tidak. Kenapa aku harus mendengarmu?" tanya Cetta dingin.

"Ok baiklah. Aku hanya bertanya saja kau mau kemana? Apa boleh aku ikut?"

"Pentingkah itu buatmu?" Cetta berlalu membawa sebuah koper berwarna hitam miliknya meninggalkan kamarnya dan wanita itu.

Stella mendengus kasar, dia sangat kesal. Bagaimana tidak, dia di tinggalkan sendirian di kamar pujaan hatinya si pangeran es.

"Huh.. menyebalkan. Tapi bagaimanapun juga aku harus mendapatkannya. Aku harus jadi penguasa.. haha.." Stella tersenyum, senyum yang licik.

Stella menuruni anak tangga dan menghampiri keluarga Heaton yang sedang sarapan bersama dengan Betta Blackmoon.

"Pagi.." sapanya.

"Stella darimana saja kau? Ayo kita sarapan bersama.." tanya Laurine tersenyum hangat.

"Ah.. aku dari atas luna.. terima kasih!" Stella tersenyum senang sembari menatap Cetta yang tengah memakan sarapannya.

"Stella bagaimana keadaan Tom dan Cornellia?" sekarang giliran Dylan yang bertanya.

"Ck. Bisakah kita makan, jangan membicarakan apapun?" Cetta membanting alat makan yang ada ditangannya.

Auranya yang menakutkan keluar, membuat semuanya diam dan menikmati sarapan mereka tanpa ada yang berbicara. Termasuk Dylan dan Betta John. Yah seperti inilah Cetta si pangeran Es. Dia memang tidak suka jika ada yang berbicara saat makan. Jadi wajar dia akan marah, jika ada yang berbicara saat makan. Dan semua orangpun sudah mengenal dan paham akan sifat pangeran es mereka dengan sangat baik.

'Shit. Kenapa auranya begitu mengerikan, dan kenapa mereka begitu menurut padanya?' batin Stella.

Stella yang duduk bersebrangan dengan Cetta hanya menundukan kepalanya. Memikirkan bagaimana caranya agar dia dapat menjadi kekasih dan menaklukan Blackmoon di tangannya. Karena dia sudah terobsesi kepada Cetta dan kekuasaan, maka dia harus mendapatkannya.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan, hanya suara alat makan yang beradu satu sama lainnya.

"Selesai. Terima kasih!" ucap Stella.

My Alpha [REVISI]Where stories live. Discover now