🐺11_elevan🐺

2.8K 130 0
                                    

Angin semilir menerbangkan helaian rambut hitam legam. Berkibas kibas bagai tangan melambai. Seorang perempuan tengah duduk di bukit, dimana di tumbuhi oleh berbagai tanaman.

"Hm.. bau harum apa ini?" gumamnya ketika mencium aroma yang terbawa angin.

Perempuan itu mendekati sumber dari bau harum yang dia cium. Semakin dekat, ternyata wangi harum itu berasal dari bunga mawar peach kesukaannya.

"Bunga ini sangat cantik.. entah sejak kapan kau menjadi kesukaanku!" perempuan itu memetik setangkai demi tangkai bunga mawar peach itu dan merangkainya menjadi sebuah piara. Meletakkannya diatas kepala menambahnya semakin cantik.

"Putri Jesslyn! Ya Mulia mencari anda putri!" teriak seorang perempuan muda seumuran dengannya menghampirinya. Perempuan bernama Jesslyn itu menoleh dan tersenyum.

"Ada apa Tasya? Apakah aku cantik?" tanya Jesslyn.

"Yah putri.. kau selalu cantik. Ayah anda mencari putri, kau harus kembali ke istana..!" balas Tasya.

"Baiklah.. ayo!" Kedua perempuan itu berjalan beriringan menuju sebuah istana, menyusuri sungai dan memasuki sebuah hutan.

Perempuan tadi adalah Jesslyn Amarissa Swan, seorang putri raja dari bangsa peri. Jesslyn memiliki wajah yang sangat cantik, rambutnya berwarna hitam legam dengan mata biru samudra. Kulitnya putih seputih pualam. Jesslyn adalah peri cahaya, cahaya sebagai kekuatan alami yang dia miliki. Namun dia juga menguasai kekuatan lain karena dia istimewa.

Sebuah istana berdiri dengan gagahnya diatas tanah. Istana yang sangat cantik dengan warna putih. Taburan bunga warna warni memperindah istana itu. Patung angsa terletak di samping kanan dan kiri istana tersebut.

Jesslyn sampai di depan sebuah pintu besar yang terbuka sendirinya. Nampak sepasang suami istri sedang duduk bersanding di kursi singgahsana mereka.

"Ada apa dad memanggil?" tanya Jesslyn tanpa basa basi.

"Putriku kau darimana? Apa kau dari bukit itu lagi?" tanya wanita yang bisa dibilang ibunya.

"Iya. Kenapa apa aku tidak boleh kesana mom?" tanya Jesslyn cuek.

"Jesslyn! Jesslyn! Ternyata kau tak banyak berubah yah!" seorang pria muncul entah dari mana, yang kini tepat di belakang Jesslyn.

"Kak Peter? Kaukah itu?" tanya Jesslyn masih terkesan dingin.

"Hei harusnya kau terkejut!" sewotnya.

"Oh my god! Aku kaget, kak Peter. Apa itu sudah cukup?" tanya Jesslyn lagi. Jesslyn memang dingin kepada siapapun, namun dia sangatlah manja pada Peter kakaknya.

"Ayolah jangan seperti itu padaku!" Peter mendekat dan mengacak acak rambut adiknya.

"Hei! Kau lihat rusak piaraku. Ayo benarkan?" kesalnya ketika rangakian bunga yang ada di kepalanya jatuh dan rusak.

"Baiklah! Kecil.." Peter memungut rangkaian bunga itu seketika rangkaian bunga itu kembali semula. Peter menaruhnya kembali diatas kepala adiknya.

"Sudahkan Rissa. Apa kau tidak merindukan kakakmu yang tampan ini hm.." tanya Peter penuh percaya diri menyebutnya tampan.

"Hei! Kau tampan? Emang kau tampan. Kakakku yang menyebalkan ini, bahkan sangat aku merindukanmu.." Jesslyn memeluk Peter dengan sangat erat. Peter hanya tersenyum dan membalas pelukannya.

"Kau tidak banyak berubah Rissa! Aku menyayangimu..." ucap Peter membelai rambut hitam adiknya.

"Khem.. apa kalian akan terus berpelukan hm..?" ucap dad mereka.

"Yah. Kalau dad iri peluk saja Momy.." balas Jesslyn.

"Dasar kalian! Sudahlah Jess, kakakmu pasti lelah. Dia baru saja pulang.." ucap momynya yang pipinya merona.
Jesslyn melepas pelukannya.

"Momy! Dad! Ada apa kalian memanggilku?"

"Tidak ada apapun. Ini hanya permintaan Peter.." balas Rion ayahnya. Jesslyn menatap seorang pria di sampingnya, yang bernama Peterpan De Swan yang menatapnya dengan wajah pura pura tidak tahu apa apa.

"Ih. Kakak.."

"Apa? Ayo tunjukan kamar kakak sekarang..!" pita Peter tanpa rasa bersalah.

Jesslyn hanya memanyunkan bibirnya kedepan beberapa centi. Sembari terus melangkah menuju kamar kakaknya.

'Hadeuh. Apa kak Peter sudah pikun? Kamarnya saja tidak ingat dasar tua!' ejek Jesslyn dalam hati.

"Hei Rissa! Aku mendengarnya.." ucap Peter tanpa memandang adiknya.

'Shit. Persetanan dengan semua ini. Kenapa aku jadi pelupa?' batinya lagi.

"Itu juga!" Jesslyn hanya menundukkan kepala malu, dia kini seperti kriminal yang tertangkap basah.

Peterpan De Swan adalah kakak kandung Jesslyn. Dia sibuk dengan pendidikannya di dunia manusia hingga membuatnya tidak pulang selama dua tahun terakhir. Pada saat masih kecil hingga sekarang dia memanggil Jesslyn dengan nama Rissa. Peter merupakan peri yang hampir menguasai semua kemapuan peri. Namun kekuatan alaminya adalah menyembuhkan semua yang telah rusak.

"Rissa kau sudah punya.."

"Tidak. Aku tidak punya kekasih.." potong Jesslyn cepat.

"Hey! Aku tidak akan menanyakan itu. Kau sudah menguasai kekuatanmu?" Peter menjitak kepala adiknya.

"Aduh! Sakit..! Uh.. jelas, belum.."

"Payah! Seharusnya dalam umurmu yang dewasa ini kau harus bisa mengendalikannya.." cibir Peter.

"Yayayah.. tapi aku sibuk!"

"Sibuk apa dirimu..?"

"Menanti kakakku yang tidak pulang pulang..!" Peter mengacak acak rambut adiknya itu.

"Yah.. aku sudah pulang. Memangnya tidak ada yang bisa mengajarimu hm? Kenapa harus kakakmu yang tampan ini..?" Peter membenarkan tatanan rambutnya.

"Tidak usah terlalu percaya diri, kata dad hanya kau yang paling menguasai itu.." balas Jesslyn mengacak tatanan rambut kakaknya.

"Oh.. yah? Tapi kekuatanku Vitakinesis, bagaimana aku lebih menguasai Lunarkinesis darimu?" Peter terheran setelah mendengar perkataan adiknya. Mengingat kekuatan yang dia miliki secara alami adalah Vitakinesis, dan dia selalu gagal dalam menggunakan kekuatan cahaya.

"Entah. Seingatku kau payah dalam hal cahaya. Kau memang hampir menguasai semua kekuatan peri, kecuali Lunarkunesis yang aku miliki.." ucap Jesslyn sedikit berbangga, mengingat kakaknya lebih payah darinya dalam menggunakan kekuatan cahaya.

"Sudah sampai, ini kamarmu kak! Berbereslah dan istirahat, jangan ganggu aku!" Jesslyn membukakan pintu kamar kakaknya. Sebuah kamar dengan domisani berwarna hijau muda, menampakkan keindahan bagi sang pemilik.

"Kenapa?"

"Aku mau tidur! Hoam.. ngantuk! Bye my brother!" Jesslyn melenggang meninggalkan kakaknya melangkah menuju kamarnya. Menikmati siang ini dengan tidur di kamar sangat menyenangkan. Jesslyn lebih sering di kamar atau ke bukit di ujung hutan daripada berkeliaran di istana atau duduk manja di kursi.

**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**

Hola! Sampai disini dulu kenalan sama Jesslyn dan Peter nya yah! Maaf singkat!
#typo bertebaran, segera lapor jika bertemu atau berpapasan dengannya. #budayakan vomen, jangan biarkan budaya itu luntur.

Salam
~kimjihyun752

My Alpha [REVISI]Where stories live. Discover now