🐺26_🐺

1.4K 70 3
                                    

Cahaya hangat matahari menerobos masuk hutan melalui dedahanan pohon. Suara dedaunan yang tertiup angin di tambah lagi dengan kicauan burung memberikan ketenangan dan kedamaian tersendiri. Tidak akan ada yang tega untuk mengusik semua itu. Hutan yang lebat ini masih sangat asri, udaranya segar serta aroma kayu yang wangi menambah keistimewaan hutan ini.

Pegunungan Trears memang belum banyak yang mengunjunginya, hutan penuh tipuan dan ilusi ini masih sangat terjaga.

"Lalu bagaimana?" Cetta duduk di bawah pohon rindang, dia dan Zoe tengah berada di hutan untuk mencari sesuatu.

"Secepat yang kau bisa, kau harus segera menandai matemu! Karena jika kau terbunuh dalam peperangan itu, matemu akan sangat tersiksa dan perlahan akan mati!" terang Zoe.

"Baiklah akan aku lakukan!"

Zoe menperhatikan Cetta yang tengah bersandar di sebuah pohon. Daun pohon tersebut bergoyang goyang, menimbulkan udara yang segar. Zoe mendekatinya, menatap ke atas ke puncak tertinggi pohon tersebut.

"Kau kenapa?"

"Ini tempatnya! Kau lihat pohon ini sangat menyukaimu, lihatlah dahan dan daunnya bersorak riang!" balas Zoe.

"Maksudnya?"

"Menurut legenda pedang Orion dapat muncul di 7 tempat, salah satunya adalah pegunungan ini. Ada beberapa titik di pegunungan ini dan salah satunya adalah di pohon ini!" terang Zoe.

"Aku tidak mengerti!"

"Payah! Intinya di pohon ini adalah satu titik dari beberapa titik yang dapat membantumu mendapatkan pedang Orion!"

"Dan 7 tempat itu?"

"7 tempat itu adalah Pegunungan Trears, Segitiga bermuda, dasar sungai Amazon, Gua Tail di dunia Halfie, Piramida kembar, Gunung Fuji, dan samudra Atlantik. Di tempat itu juga tersebar beberapa titik, jika titik titik itu di hubungkan akan membentuk gambar kristal salju!" jelas Zoe. "Jadi kau harus bermalam di sini, kau harus melakukan meditasi di bawah pohon ini. Kau tidak perlu khawatir jika ada gangguan, karena pohon itu akan melakukan tugasnya untuk melindungimu!"

"Aku tidak mengerti, tapi intinya aku harus meditasi di sini selama semalam?" Zoe menganggukkan kepala, "tapi jika tidak dapat bagaimana?"

"Tidak apa, menurut legenda jika percobaan ini tidak membuahkan hasil maka pedang itu akan muncul ketika kau dalam kesulitan. Itu ada di dalam buku milik Klan Gabrill!"

"Baiklah!"

'Kenapa duniaku jadi serumit ini, setiap kejadian di kaitan dengan legenda. Aku rindu kehidupanku yang dulu, aku rindu keluargaku.' batin Cetta.

"Cetta apa kau dengar aku? Kenapa kau melamun?" tanya Zoe.

"Tidak!" balasnya, "aku tidak apa!"

"Jika kau gagal dalam melakukannya kau hanya perlu pergi menemui matemu dan menandainya! Masalah pedang Orion itu pasti akan muncul, karena pedang itu pedang pemilih. Dia akan memilih waktu yang tepat untuk dia muncul!" terang Zoe, "kami akan pergi bersamamu ke packmu, karena rencana kami sudah matang! Serahkan perang ini pada kami, kau hanya perlu memimpinnya!"

"Terima kasih Zoe! Kalian sudah banyak membantu kami!" balas Cetta.

******

Langit hitam kelam tanpa bintang dan rembulan membawakan hawa dingin yang berbeda dari malam sebelumnya. Empat hari lagi menuju bulan purnama, menuju gerbang peperangan yang sangat besar antar makhluk immortal. Anehnya tidak ada bulan maupun bintang yang menghiasi langit malam ini, seharusnya malam ini bulan menampakkan diri.

"Aneh kenapa tidak ada bulan maupun bintang malam ini?" tanya Cetta yang dari tadi menatap langit. Perasaan yang aneh muncul dalam dirinya membuatnya tak nyaman.

"Perasaan aneh apa ini? Apa yang akan terjadi?" sambungnya, namun untuk beberapa detik kemudian dia tidak menghiraukannya. Dia sibuk dengan api unggun kecilnya. Hanya untuk malam ini saja dia tidur di hutan, di dekat pohon besar yang dia dan Zoe temukan siang tadi.

"Aku jadi rindu kehidupan lamaku! Membakar untuk menghangatkan tubuh itu memang menyenangkan!" gumamnya.

Angin bertiup tiup kencang membuat dahan dahan bertabrakan, daun daun bergesekan sehingga menimbulkan bunyi yang khas. Jauh di depan saja keadaan sangatlah gelap, tidak ada cahaya apapun.

'Es apa kau merasakannya?' tanya Clark lewat mindlink.

"Entahlah aku tidak tahu perasaan apa ini!" balas Cetta. Dia masih saja memainkan api unggunnya.

'Bodoh! Bukan perasaan itu yang aku maksud. Kau lihat di depan sana? Kekutaan yang sangat besar itu seakan menarikku untuk pergi ke sana! Kau merasakannya?' tutur Clark.

"Memang betul Clark tapi itu hanyalah godaan bagi kita untuk meninggalkan tempat ini!"

Benar sekali yang di katakan Clark, hutan di depannya seakan berusaha menariknya ke dalamnya dan mengusik malamnya. Walaupun begitu pohon besar di belakangnya seakan memberikan perlindungan baginya. Sama juga dengan lingkaran yang di buat oleh Zoe.

'Baiklah! Aku mau tidur!' Clark memutuskan mindlinknya.

Cetta mengambil pososi meditasi, tangannya di atas kedua lututnya, perlahan kedua kelopak matanya terpejam damai. Pikirannya yang tadinya berkecamuk sekarang mulai mengosongkan kepalanya.

Beberapa jam kemudian, Cetta masih dalam posisi yang sama dengan mata terpejam namun tidak tidur. Perlahan gangguan yang sesungguhnya mulai muncul.

"Dane! Hai Dane! Kau dengar aku?" sosok Mark tiba tiba ada di depan Cetta. Walaupun matanya terpejam namun dia masih dapat melihat sekelilingnya.

'Mark? Tidak mungkin pasti ini hanyalah ilusiku, karena aku sangat merindukan mereka!'

"Kak Dane! Hai bukalah matamu, ayo ikut denganku ayo kita pulang kak!" sekarang sosok Leen yang muncul. Ekspresi wajahnya sangat gembira, tangannya terulur untuk mengajak Cetta ikut bersamanya.

'Tidak!'

Kedua sosok itu menghilang lenyap karena omongan mereka tidak di respon. Hitam. Seluruh hutan ini berwarna hitam.

Tiba tiba ada ombak yang menggulung gulung dari samping kanan Cetta, dalam hitungan detik dapat di pastikan dia akan terhantam ombak itu dan mati tenggelam.

'Fokus Cetta! Jadilah seperti air, elemen yang kuat!'

Suara suara itu terus memenuhi otak Cetta. Entah suara siapa dia juga tidak tahu, yang jelas itu bukan suara Clark.

"To..loong! Tolong aku! Ku mohon siapa saja tolong selamatkan aku!"

Suara yang tidak asing lagi bagi Cetta, suara perempuan yang terdengar merdu walaupun sedang ketakutan. Rasanya kematian yang begitu nyata di depannya. Bagaimana tidak, gadis itu tergulung gulung ke dalam ombak besar tersebut.

"Selamatkan aku toloong! Cetta selamatkan aku!"

Dia memanggilnya, memanggil nama itu. Suara suara itu tampak nyata, terus mengusik dan mengganggu konsentrasinya. Jika dia gagal entah jadi apa dunia ini, walaupun peluang berhasilnya kecil.

"Cetta selamatkan aku!"

Nama itu, panggilan itu, dan suara itu terdengar lagi.

"Cetta!"

'Jesslyn!'

**************************************

Halo! Bingung gak sama ceritanya? Gak ya udah! Saia cuma tanya:)

Vote sangat di butuhkan, komen dibutuhkan juga buat menaikan semangat nulis, dan follow kalau kalian mau:)

Salam
-kimjihyun752

My Alpha [REVISI]Where stories live. Discover now