🐺9_nine_chapter 3🐺

2.7K 137 0
                                    

Peperangan terus berlangsung. Di tempat lain Amely sedang diselimuti rasa khawatir dan takut. Amely mondar mandir dengan rasa yang tidak menentu. Tiba tiba seekor burung putih yang sangat cantik hinggap di jendela kamarnya.

'Burung apa itu?' batin Amely. Dia mulai mendekati burung itu yang juga seakan membalas tatapannya.

"Burung jenis apa dirimu? Sangat cantik.." Amely mengusap kepala mungil dari burung itu.

'Amely aku sudah membekali Alex dengan pedang legenda dari Orion dari klan kita.. kau tidak perlu khawatir..!' sebuah suara yang tidak asing memenuhi pikirannya. Membuat Amely kebingungan.

Amely menatap burung itu lekat lekat, terlihat burung itu tersenyum. Membuatnya semakin bingung.

"Kau bisa senyum? Ah.. tapi tidak mungkin itu terjadi." gumam Amely sembari terus menatap burung itu, perasaannya tenang ketika berada si sampingnya.

Burung itu terbang masuk ke dalam kamar, seketika sinar putih yang sangat terang terpancar dari tubuhnya. Sangat terang membuat Amely menutupi matanya dengan telapak tangannya. Seketika sinar itu memudar, redup dan menghilang. Amely membuka matanya, seorang pria berwajah tampan berada di hadapannya sekarang. Sayap putihnya terbentang, pakaian putih yang dia kenakan menambah karismanya.

Amely terkejut melihatnya, mulutnya ternganga memperhatikannya.

"Kak Angelo? Kau kah itu?" Amely menghampirinya megusap wajah tampannya memastikan itu bukan mimpi atau khayalannya.

"Iya. Ini aku apa kabarmu adikku?" Angelo memeluk adiknya dengan erat. Amely membalas pelukannya.

"Bagaimana kakak ada di sini?" Amely bertanya tanpa melepas pelukan mereka.

"Aku terlahir kembali, karena aku tidak seutuhnya mati. Ada sebuah urusan yang belum terselesaikan. Kau ataupun aku tidak perlu mengorbankan nyawamu untuk mengakhiri peperangan ini.. Amely" Angelo melepas pelukannya dan menatap lekat adiknya.

"Kenapa?"

"Karena kata kakek kau ataupun aku tidak perlu melakukannya. Pedang Orion sudah ku berikan pada Alex, pedang itu mungkin hanya legenda bagi makhluk bumi. Namun pedang itu nyata, dan kekuatan dalam pedang itulah yang mampu mengakhiri peperangan ini. Kekuatannya akan muncul jika bulan purnama ada di atas kepala.. namun aku baru ingat kekuatannya tidak akan muncul jika digunakan oleh seorang devil atau keturunannya.." terang Angelo membuat Amely sedikit lega kembali khawatir.

"Kekuatan seperti apa? Kenapa?" Amely penasaran dengan topik pembicaraan mereka.

"Pedang Orion tersebut adalah milikku. Sesepuh Klan Gabrill mempercayaiku untuk menjaganya. Karena pedang itu akan memilih siapa tuannya. Jika amarah Alex tidak terkontrol maka kekuatan pedang itu juga akan lepas kendali dan akan berakibat buruk. Entah salah atau benar aku memberikan pedang itu pada Alex, tapi firasatku mengatakan bahaya. Karena aku baru tahu di dalam darah Alex mengalir darah Devil. Pedang Orion tidak akan bisa menyatu dengan Devil. Karena pedang itu hanyalah dapat digunakan sepenuhnya oleh para ksatria Klan Gabrill. Mungkin kau sudah pernah mendengar ceritanya. Amely lapisi pack ini dengan pelindung, aku akan ikut berperang. Jaga dirimu! Aku akan berbuat yang terbaik, walau aku harus meninggalkanmu seutuhnya.." Angelo mencium kening adiknya, meraih pedang dan mengepakkan sayapnya terbang meninggalkan Amely. Amely menatap punggung kakaknya yan perlahan mengecil dan menghilang.

Di tempat lain, peperangan mulai menjadi jadi. Warna tanah sudah berubah menjadi merah. Bau amis darah menyeruak.

"Alex kau tau aku sangat mencintaimu.. sangat! Tinggalkanlah malaikat itu pergi bersamaku, jika kau turuti aku perang ini akan berakhir.." ucap Pricil lembut disertai senyum liciknya.

My Alpha [REVISI]Where stories live. Discover now