Chapter 48

109K 3.7K 107
                                    

JANGAN LUPA PARTISIPASINYA YA DENGAN CARA PENCET BINTANG DIBAWAH 🤩🤩🤩
HAPPY READING💣
___________________________________
Dokter bilang ken sudah boleh pulang, karena luka memarnya sudah mendingan. Sejak mereka berdua keluar dari ruang inap sampai mendekati mobil, vani enggan berdekatan dengan ken, dirinya selalu menjauh jika ken mendekat.
" Sayang, kenapa sih?." tanya ken yang mulai kesal karena vani terus-terusan menjauh jika didekati.

" Gak apa-apa." jawab vani singkat.

Ia tidak mau ken mendekat dan merasa tak nyaman karena vani belum mandi sejak kemarin. Ia hanya mencuci wajah dan gosok gigi saja selama dirumah sakit. pasti aku bau banget, batinya.

" Kenapa jauh-jauh gitu jalannya?." tanya ken mulai tak senang.

Vani mundur kebelakang ketika ken mendekat kearahnya. " Tuh kan ngapain mundur?." kata ken menghentikan langkahnya.

" Gak apa-apa ken."

Ken menghela nafas, ia menyuruh vani untuk masuk kedalam mobil. Baru saja vani akan membuka pintu mobil, seseorang mencekal lengannya. Menariknya sedikit menjauh dari mobil itu berada.
" Pulang sama gue." kata vano dengan raut wajah datar namun vani masih bisa melihat raut khawatir disana.

" Lo kenapa bisa disini?." tanya vani pelan, ia melirik kearah kenzie yang masih menatapnya.

" Gak penting, sekarang kita pulang." jawab vano menarik vani.

" Tunggu." cegah ken. Ia melangkah mendekat kearah mereka.

Vano beralih berdiri didepan vani, memasang badan jika saja ken akan membawa kakaknya.
" Sebentar, gue mau ngomong sama vani." kata ken pada vano, ia menggenggam tangan vani dan membawanya menjauh.

Vani mengikuti langkah kaki ken, mereka berhenti ditempat yang cukup jauh dari tempat vano menunggu. Tanpa aba-aba ken memeluk vani, cukup lama. Kemudian ia melonggarkan pelukannya, memegang kedua sisi wajah vani agar mau menatapnya.
" Kamu harus janji, apapun yang terjadi jangan pernah pergi ninggalin aku." kata ken menatap mata vani, menyelami mata indah itu.

Vani mengangguk mengiyakan. Matanya berkaca-kaca, cengeng sekali dirinya. Begini saja sudah mau menangis. Hormon kehamilannya membuat moodnya berubah-ubah.
" Kamu harus bisa bujuk orangtua aku ken." kata vani serak.

" Pasti sayang, kamu jangan nangis. Besok aku coba bicara lagi sama papa kamu." kata ken mengusap bulir air mata yang mengalir dipipi vani.

Vani memeluk ken, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang ken. Menghirup aroma tubuh ken yang begitu menenangkan.
Vani melepaskan pelukan dan mengusap kedua matanya. " Aku duluan, kamu hati-hati." kata vani tersneyum. Ia menarik leher ken agar sedikit menunduk Lalu mengecup pelan sudut bibir ken yang membiru.
" Biar cepet sembuh." imbuh vani terkekeh.

Ken tidak bisa menyembunyikan senyumnya, mendapat kecupan hangat dari orang yang dicintai membuat jantungnya meletup-letup. Ken terkekeh, melambaikan tangannya kearah vani yang menghampiri adiknya, vano.

Ken memegang sudut bibirnya, ia tersenyum kecil. Jatuh cinta mampu membuat orang berbeda dari sebelumnya. Ia melangkah kembali ke mobil setelah vani hilang dari pandangannya.

¤♥¤

" Lo kenapa gak pulang sih kak?." tanya vano.

Dua saudara kembar itu sedang dalam perjalanan pulang menuju mansion. Jika saja vano tidak mencari kakaknya, bisa dipastikan jika vani tidak akan pulang.

" Gue jagain kenzie dirumah sakit." jawab vani memalingkan wajahnya menatap jendela mobil.

Vano mendengus keras, tidak senang dengan pengakuan kakaknya.
" Laper gak lo?." tanya vano mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau terlalu banyak bertanya dan menambah beban pikiran vani.

Dosen Is My Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now