Chapter 9

209K 5.3K 124
                                    

Sudah 2 jam berlalu, akhirnya film dibioskop berakhir. Vani dan Vano melangkah menuju kafe terdekat untuk makan malam.

"Makan dulu ya kak, laper gue!" Ajak vano merangkul bahu Vani.

"Iya kita makan, gue juga laper."

Mereka duduk disalah satu bangku yang kosong, Vano membuka buku menu untuk memesan makanan.

Tak jauh dari kursi yang ditempati Vano dan Vani, ada seseorang yang mengawasi gerak-gerik mereka berdua, orang itu adalah  Kenzie. Kenzie memang pergi sewaktu Vani masuk bioskop bersama laki-laki itu, akan tetapi rasa penasarannya tidak dapat dibendung lagi, siapa laki-laki itu, batinnya. Ia memutuskan masuk kembali dan menunggu disalah satu kafe, yang dekat dengan bioskop agar bisa mengawasi Vani. Entahlah mungkin Kenzie sekarang sudah seperti mata-mata.

Amarah didalam dirinya bergejolak saat melihat gadisnya bersama laki-laki lain, tunggu dulu gadisnya. sejak kapan ia menganggap Vani gadisnya. Tidak mungkin, Ken hanya penasaran saja dengan tubuh Vani bukan yang lain. Tidak mungkin ia memiliki perasaan terhadap gadis itu, iya itu tidak mungkin, batin Ken.

"Halo, bisa kamu carikan data-data tentang Angelia Stevani Jackson," ucap Ken menelpon seseorang, akan tetapi matanya tak lepas melihat objek disana yang sedang menikmati makanannya.

"Saya minta secepatnya!" tegas Ken memutus panggilan.

Ken beranjak pergi dari kafe itu menuju apartementnya, ia punya rencana bagus malam ini. kau akan kudapatkan manis , batinya tersenyum.

¤♥¤

Selama perjalan pulang Vani tertidur disamping kemudi, Vano yang melihatnya tersenyum tipis. Giliran perut kenyang molor nih anak, pikirnya.

Mobil sudah sampai dipelataran mansion kediaman Jackson, Vani menggeliat membuka matanya perlahan.
"Udah sampe ya?" tanyanya menutup mulut sehabis menguap.

"Lo tidur kaya kebo sih sampe gak kerasa kita udah nyampe dari tadi," seru Vano terkekeh.

"Salah siapa gak dibangunin," sungut Vani, ia keluar dari mobil berjalan masuk ke mansion sesekali menguap.

Vano pun keluar dari mobil menyusul Vani dari belakang, memang belum terlalu larut. Ia melirik jam ditangannya, baru pukul 09.30.

Vani melangkah menaiki tangga menuju kamarnya, sedangkan Vano berjalan kearah dapur untuk mengambil minum.

Baru saja vani merebahkan tubuhnya diranjang, bunyi telpon mengganggu pendengarannya, siapa sih yang nelpon malem-malem begini, sungutnya kesal.

Diraihnya ponsel tanpa melihat siapa yang menelpon,"Halo!"

"Halo, Vani."  ujar suara orang disebrang telpon.

Vani mengerjapkan matanya, ia melirik ponsel dan matanya melotot melihat nama yang tertera , OM DOSEN! Ia bangkit berjalan kearah balkon kamarnya.

"Kenapa pak, nelpon malem-malem begini?" tanya Vani penasaran, ia mondar-mandir menggigiti kukunya.

"Bisa dateng ke apartement saya sekarang!" ucap Ken dengan suara seraknya.

"Bapak kenapa?" tanya Vani mulai khawatir.

"Ada hal penting yang mau saya bicarakan sama kamu."

Jantung vani hampir copot mendengarnya, apa ia tidak salah dengar? Hal penting apa yang mau dibicarakan malam-malam begini. jangan-jangan, eh tidak-tidak jangan ngawur.

"Besok aja ya pak," tawar Vani, siapa tau Ken mengiyakan perkataannya.

"Malem ini saya tunggu kamu!" tegas ken memutuskan panggilan.

"Hal... Haloo pak... pakkk," kata Vani sedikit berteriak.

Ia melihat layar ponsel, ternyata panggilannya sudah terputus, sialan.

Vani keluar kamar celingak-celinguk melihat kanan kiri, ia berjalan mengendap-endap kearah kamar Vano dan membuka pintu perlahan mengintip. syukur udah tidur, batinnya.

Vani bergegas keluar mansion menuju bagasi mobil, ia mengendarai mobil melewati post satpam.
"Mau pergi kemana neng malem-malem begini?" tanya pak satpam membuka pagar.

"Vani ada janji kerumah temen pak, ntar kalo Vani gak pulang bilang aja sama Vano nginep dirumah temen ya," jelas Vani ke pak satpam.

Entahlah mengapa ia bisa berbicara seperti itu seolah-olah ada firasat jika ia tidak akan pulang malam ini.

"Oke neng," jawab pak satpam

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, karena malam semakin larut dan jalanan cukup lenggang. Vani menghembuskan nafas kasar, masih menerka-nerka apa maksud pak dosen menyuruhnya datang malam-malam begini.

Disisi lain, Ken sudah siap dengan rencana awalnya, ia ingin membuat stevani jatuh kepelukannya. kenzie menyeringai tipis membayangkan Vani berada dibawahnya, mendesahkan namanya berkali kali. Ia sengaja menyiapkan minuman yang sudah dicampur obat perangsang kedalam botol jus yang sudah terbuka.

Ia menyuruh vani datang kesini dengan dalih karena ia merasa lapar dan sangat malas keluar atau memesan makanan secara online akan tetapi vani belum tau rencananya itu, nanti saja kalau gadis itu bertanya.

Terdengar suara bel berbunyi. ken beranjak bangun dengan mengenakan celana panjang dan atasan shirtless. memperlihatkan otot-otot perutnya yang menggugah iman.

Pintu terbuka, Vani tersenyum kikuk melihat pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.

"Ayo masuk," ucap Ken mempersilahkan Vani masuk.

Ken menutup pintu lalu berjalan masuk kedalam apartement melewati vani yang hanya berdiri canggung, Vani sedari tadi meremas tangannya gelisah, ia tidak tau untuk apa ia kesini.

"Kenapa kamu nyuruh aku datang kesini?" tanya Vani, ia memberanikan diri bertanya tanpa menatap seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.

_________________________________
Selamat hari minggu gaes !!!
Penasaran gak sama kelanjutannya jangan lupa follow, comment and vote ya jangan baca baca aja wkwk

Rasanya aku pengen cepet cepet nyeleseiin cerita ini tapi sayangnya gak bisa gaes tangan aku cuman 2 wkwk sabar yaaa readers setia ..

Dosen Is My Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang