Chapter 20

185K 4.4K 34
                                    

Sejak Vani ditinggalkan Ken diruang makan sendiri, ia belum melihatnya lagi. Sudahlah itu tidak penting. Vani masuk kedalam kamar dan menjatuhkan dirinya ke ranjang, tubuhnya sangat lelah dan ia mengantuk setelah perutnya terisi. Matanya yang baru terpejam harus terbuka karena suara bedebum pintu yang ditutup, Vani mengerang memiringkan tubuhnya dan menutup telinganya dengan bantal, melanjutkan kembali tidurnya. Tetapi harus gagal karena sebuah suara.

"Sudah kenyang lalu tidur, heh!" ucap Ken mengintrupsi.

Vani nenegakkan tubuhnya bersandar di ranjang dengan mata yang masih terpejam, Demi apapun Vani saat ini mengantuk sekali.
"kyaaaaaaaaaaa... " jeritnya menutup mata dengan tangan setelah melihat Knzie hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya.

"Ke-kenapa kau ti-tidak berpakaian?" tanya Vani terbata-bata. ia rasa wajahnya sekarang memerah karena malu.

Ken terkekeh gemas melihat reaksi alami Vani yang tidak dibuat-buat, sangat lucu.
Ia merasa hidupnya kini penuh warna setelah bertemu Vani.
"Aku baru selesai mandi." Ken berlalu mengambil pakaian.

"Kau mandi, saat tengah malam seperti ini?" Vani menatap Ken heran. Pasalnya suasana disini sangat dingin. ia saja hanya berganti pakaian dan tidak menyentuh air sama sekali.

"Aku tidak bisa tidur, jika tidak mandi." Ken mendekat lalu duduk dipinggir ranjang.

"Kau mau tidur disini?" tanya Vani menujuk ranjang.

Ken mengangguk, ia berjalan kearah balkon melihat ke langit, dilangit sana banyak sekali bintang . Ken jadi teringat masa kacilnya dulu bersama kedua orangtua nya.

¤♥¤

Flashback

Ditaman belakang rumah keluarga maxime, Ken sedang duduk dipangkuan papa sedangkan mama duduk disebelah mereka berdua. Ken kecil yang baru menginjakan umur 5 tahun saat itu sudah mengerti banyak hal .

"Paa... Lihat... Banyak sekali bintang!" ujar ken kecil yang sangat antusias menunjuk langit yang bertaburan bintang.

Kedua orangtuanya ikut mendongak melihat kearah yang di tunjuk Ken,
"Iya sayang, nah ituu ada bintang yang paling terang." tunjuk Mama tersenyum.

"Wahh iya Ma... Papa? coba hitung bintang-bintang dilangit itu." Ken menatap Papanya berbinar.

Papa tersenyum sembari mengelus rambut Ken dan mama yang bersandar dibahunya.
"Sayang .. Bintangnya banyak sekali dan papa gak bisa menghitungnya, kamu tau bintang itu kaya kalian berdua," ujar Papa menatap Mama dan Ken bergantian.

Ken memandang bingung papanya, ia tidak mengerti apa maksud perkataan itu.

"Kalian berdua itu kaya bintang , bedanya bukan bintang dilangit yang tempatnya jauh dan tinggi, tidak bisa papa gapai. Tapi, kalian berdua adalah bintang dihati papa, yang akan papa jaga selamanya," tutur papa tersenyum lebar.

"Papaa... " Mata Mama berkaca-kaca.

Papa tersenyum lalu mencium kening Mama dan mencium pipi sang putra yang tengah tersenyum manis kearahnya.

"Kita sayang papa," ucapa Mama dan Ken bersamaan , mereka bertiga tertawa bersama ditengah keheningan malam.

"Papa juga sayang kalian!" balas Papa lirih.

Flashback off

Ken tertawa sinis mengingat kenangannya dulu bersama sang papa, sekarang semuanya sudah berubah! tidak seperti dulu lagi, tidak ada ken kecil yang manja.

¤♥¤


Tubuhnya berbalik dan menemukan Vani berdiri dibelakangnya, ia sempat terkejut namun sebisa mungkin ia menormalkan ekspresinya.

"Kamu tuli ya!" cetus Vani.

Ken menaikan sebelah alisnya, mengapa Vani tiba tiba mengatainya tuli padahal pendengarannya masih sangat jelas.

"Aku sudah memanggilmu berkali-kali, tapi kamu nggak dengar," sungut Vani kesal.

"Ada apa?" tanya Ken datar.

"Aku bertanya, apa ada kamar lain selain kamar ini? Tapi kau malah diam saja seperti patung," Vani memalingkan wajahnya mengeram kesal.

"Tidak ada!" Ken masuk kekamar menghindari Vani yang penampilannya benar benar menguji dirinya. benarkah jika Vani memanggilnya sejak tadi, lalu kenapa Ken seolah tak mendengar atau karena ia sedang melamun, entahlah ia juga tidak tau.

"Ap-aa... tap-tapi kau bilang tadi ada." Vani menatap punggung ken tidak percaya.

"Aku berbohong, sebenarnya kamar di Villa ini hanya satu," jawab Ken merebahkn tubuhnya di ranjang  dan tidak menghiraukan kekesalan Vani.

"Mana mungkin Villa hanya memiliki satu kamar."

"Apa yang tidak mungkin, Villa ini milikku." Ken tersenyum miring.

"Jadi kau tidur sini, disebelahku!" Ken menepuk sisi ranjang disebelahnya yang kosong.

Vani menggelang keras menolak, ia tidak mau satu ranjang dengan kenzie. Tidak, ia tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Semua yang dilakukan ken masih membekas di ingatannya .

"Jangan harap!" Ketus Vani sinis lalu keluar dari kamar, ia lebih memilih tidur disofa dari pada satu ranjang bersama ken.

Tubuhnya ia jatuhkan ke sofa yang memanjang, lumayan empuk, pikirnya.
Tangannya merogoh saku celana, dan ia tidak menemukan ponselnya. Gue taruh dimana tu ponsel, batinnya.

Vani menghembuskan nafas lelah , ia ingat ponselnya masih berada dikamar. haruskah ia mengambilnya, tidak perlu,  biarkan saja sampai besok. Ia mengantuk saat ini, Vani memilih memejamkan mata perlahan dan setelahnya ia tertidur.

Dikamar, ken menutup wajahnya dengan bantal lalu membuangnya asal, ia berganti posisi menghadap kekanan dan kekiri tapi tetap saja ia tidak bisa tidur. Otaknya dipenuhi oleh wajah Vani yang begitu cantik dan jangan lupakan jika matanya tadi tidak sengaja menatap gundukan daging kenyal yang sedikit menyembul dari tempatnya dan Vani tidak sadar akan itu semua. Jangan salahkan kenzie, ia juga laki laki normal tubuhnya akan bereaksi jika melihat hal hal yang seperti itu seperti sekarang saja adik kecilnya sudah tegang .

______________________
Ada yang frustasi tu hehe jangan hiraukan kenzie .
Sorry author lama update

Dosen Is My Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now