Chapter 16

169K 4.7K 63
                                    

Author kembali mengharapkan respon dari kalian , vote dan komen okey

Happy reading 😘

______________________________
Hari ini Vani kuliah seperti biasa, ia tidak bisa jika terus terusan terpuruk memikirkan laki-laki brengsek itu, Semoga saja ia tidak bertemu dengannya.

Vani menghembuskan nafas perlahan, ia mulai berjalan memasuki area kampus. matanya sedari tadi tak berhenti menelisik sekelilingnya, takut jika tiba-tiba laki-laki itu datang menghampirinya.

Langkah kaki vani membawanya sampai kedalam ruangan, tak banyak mahasiswa yang berada didalam kelas hanya beberapa orang termasuk vani.

Mata nya melirik arloji di tangannya, pukul 7 lewat 15 menit. wajar saja jika sedikit orang yang berada dikelas, Vani datang terlalu pagi sedangkan kelas pagi masuk pukul 8 lewat 15.

"Eh Van tumben lo dateng cepet," cetus Sherin yang baru saja datang.

"Lagi pengen aja." Vani memutar bola matanya malas dan mendudukan pantatnya ke kursi.

"Oh iya, kemaren lo kemana heh?" tanya Sherin penasaran, ia menghampiri Vani setelah meletakan tas nya.

"Gue dirumah Rin," jawab Vani menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangan.

"Lo sakit ya?" tanya Sherin pelan. "Van kalo ada apa-apa cerita, jangan dipendem sendirian!" imbuh nya lagi.

"Maaf ya, gue belum bisa cerita sekarang." Vani mengangkat kepalanya menatap Sherin sendu, ini terlalu rumit untuknya.

"Iya gak papa, ntar kalo lo mau cerita jangan sungkan."

Vani mengangguk dan kembali menenggelamkan kepalanya.

Sherin menghembuskan nafas pelan, jarang sekali vani bersikap seperti sekarang kecuali sewaktu dulu saat mereka Sekolah senior high school.

Sherin dikagetkan dengan tepukan dibahunya, ia menoleh dan menemukan Vivi dengan raut bingung. Sherin mengedikkan bahunya.

¤♥¤

Seorang lelaki berjalan tergesa-gesa kearah lobi kantor, ia segera memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan rata-rata, Ken akan pergi kekampus untuk menemui seseorang.

Sesampainya dikampus, langkah kaki Ken membawanya kesebuah kelas, ia tau bahwasannya kelas itu sudah berakhir sejak beberapa menit yang lalu. Mata nya menangkap sosok gadis yang ia cari tengah berjalan bersama kedua temannya.


"Bisa bicara sebentar?"

Ketiga gadis itu terkejut, tentu saja. Karena dihadapan mereka kini ada seorang dosen yang sangat terkenal karena wajahnya yang tampan. bukan hanya mereka tetapi beberapa mahasiswa yang berlalu lalang pun melirik penasaran. Vani membuang muka enggan menatap Ken, perasaannya campur aduk sekarang, rasa marah memenuhi rongga hatinya, berani beraninya dia datang setelah melakukan hal keji padaku, batinnya bergemuruh.

"Maaf, bapak ngomong sama siapa ya?" tanya Vivi bingung.

"Bisa saya bicara dengan Vani." Ken melirik ke arah Vani.

Vivi dan Sherin langsung menoleh kearah Vani dengan raut wajah penasaran, yang dilihat hanya berpura-pura tidak tau.

"Ya udah, kita berdua duluan ya Van," bisik Sherin, ia tersenyum canggung kearah Ken.

Sherin pergi dengan menarik lengan Vivi, memberikan keduanya ruang untuk berbicara.

Vani kembali berjalan tanpa menghiraukan Ken hingga lengan nya ditarik paksa oleh Ken. Ia dibawa ke koridor yang lebih sepi.

"Lepas!" desis Vani tajam.

Ken langsung melepaskan cekalannya, ia menatap Vani, terlihat jelas gadis dihadapannya ini enggan bertemu dengannya. Dan hal itu membuat perasaannya sedikit tercubit

"Aku minta maaf!" seru Ken to the point.

Vani tersenyum sinis, Kenzie berpikir Vani mau memaafkannya, setelah apa yang dilakukan oleh laki-laki itu terhadapnya.

"Maafkan aku?" ulang Ken.

"Setelah apa yang kau perbuat padaku dengan seenaknya kau minta maaf," teriak Vani marah.

"Aku minta maaf atas kejadian malam itu, A-Aku... "

"Aku tidak akan memaafkan mu, tidak. akan. pernah." ucap Vani dengan penuh penekanan disetiap kata, ia meninggalkan ken seorang diri dikoridor.

Air mata yang sejak tadi Vani tahan akhirnya lolos dengan derasnya, Vani menangis disepanjang koridor seraya membekap mulutnya, beberapa mahasiswa menatapnya heran.

Langkahnya semakin cepat menuju parkiran, ia segera masuk kedalam mobil. tangisnya pun pecah, ia kembali teringat perbuatan laki-laki yang telah merenggut kesuciannya. Dasar brengsek, makinya dalam hati.

Ken mengacak rambutnya frustasi, ia kesal benar benar kesal. Mengapa susah sekali Vani memaafkannya, lebih baik ia pulang sekarang dan memikirkan cara lain.

¤♥¤

Malam harinya, Vani sedang melamun dibalkon, ia terkejut karena suara ponsel yang berbunyi, dilihatnya nama Sherin terpampang dilayar ponsel.

"Halo Van,"  ujar Sherin diseberang.

"Ada apa rin?" tanya Vani.

"Lo ikut gue ya!"

"Emang lo mau kemana?" Vani mengerutkan alisnya.

"Udah lo ikut aja, temenin gue dateng ke party temennya edo."

"Gak mau ah gue, males."

"Yeee lo mah, temenin gue ya ya. masa gue datengnya sendirian."

"Si edo mana? Kenapa lo gak bareng dia aja sih."

"Doi lagi nganter mamanya, makanya gak bisa jemput gue."

"Ck, alesan lo."

"Ayo lah Van, biar lo juga gak murung terus dirumah."

Vani menghela nafas, "Ya udah iya, jangan sampe Vano tau."

"Aman terkendali, jam 9 gue jemput."

Panggilan terputus, Vani melempar ponsel ke atas ranjang, ia masuk ke walk in closet untuk memilih pakaian. Ia tau acara party ini biasanya diadakan di Club malam. sebenernya Vani takut pergi kesana, takut jika Vano tahu dan melaporkan ke orang tuanya, semoga Vano gak banyak nanya deh, batinnya.

_________________________
Author seneng kalo banyak yg suka cerita ini , jangan lupa difollow dulu biar gak ketinggalan kelanjutannya

Oke see u in next part 😘

Dosen Is My Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now