Chapter 8

212K 5.6K 18
                                    

Happy reading😘
_____________________________
Vani tersenyum manis setelah permintaannya terpenuhi, ia sekarang berada di kedai es cream depan kompleks bersama Vano. ini kali pertama mereka jalan berdua, setelah kembarannya itu kuliah diluar negeri.

"Mbak pesen es cream vanila topping chocolate double scoop, sama vanila topping green tea double scoop ya," ucap Vani kepada mbak Rina.

Mbak rina adalah pemilik kedai es cream, ia juga sudah sangat hafal dengan Vani dan Vano, karena sering datang kemari sewaktu SMA dulu.

"Iya Van, tunggu bentar ya mbak buatin dulu," jawab mbak Rina ramah.

Vani dan Vano berjalan kearah bangku kosong didekat jendela yang memperlihatkan taman diluar.

"Udah lama banget gue gak kesini," gumam Vano memperhatikan seluruh ruangan.

Vani memandang luar jendela, "Itu lo! Gue hampir tiap minggu kesini."

"Lo sendirian kalo kesini?" tanya Vano.

"Engga kok, kadang sama Sherin sama Vivi juga."

Vano menghela napas lega, ia takut Vani merasa kesepian karena tidak ada dirinya. bagaiman pun juga Mama dan Papa nya jarang berada dirumah, mereka sering pergi untuk urusan bisnis. akan tetapi Vano dan Vani tidak mempermasalahkan itu semua.

"Loh ada nak Vano juga ternyata," cetus mbak Rina seraya meletakan pesanan diatas meja.

lamunan Vano buyar karena suara mbak Rina yang sepertinya tidak melihat dirinya saat bersama Vani sewaktu memesan.

"Vano lagi libur mbak, jadi pulang deh," ucap Vano tersenyum.

"Biasanya nak Vani kesini sendirian, kadang juga bertiga sama temennya." Cerita mbak Rina.

"Maklum mbak, Vani kan gak punya pacar makanya sendiri mulu," sindir Vano tertawa, mbak Rina pun ikut tertawa. ia pamit kembali kebelakang pada dua saudara kembar tersebut.

Vano berhenti tertawa setelah melihat muka vani yang masam, "Gue becanda kali kak."

Vani mendengus mendengarnya, becanda apanya , pikirnya.
"Kaya lo punya pacar aja," sinis Vani menyendok es cream.

"Gue punya ya, masih gebetan sih belum jadi pacar." Vano menyengir.

"Siapa orangnya? Emang ada yang suka sama lo," cibir vani membenarkan duduknya menatap Vano serius.

"Dasar kutil, lo kira gue gak laku," seru Vano menyentil kening Vani.

"Aarggh," ringis Vano memegangi tulang keringnya yang ditendang oleh Vani, "Sakit kak."

"Rasain," dengus Vani.

"Awas lo gue bales ntar," ancam Vano sembari memakan es cream.

Vani menjulurkan lidahnya mengejek Vano yang kesakitan akibat ulahnya, mereka menghabiskan es cream disertai pertengkaran kecil yang membuat suasana menjadi lebih ramai.

Setelah keluar dari kedai es cream Vani mengajak Vano untuk menemaninya menonton bioskop dan belanja sepatu di mall terdekat, sekaligus makan malam karena hari sudah semakin gelap.

"Kak!" panggil Vano.

"Hm," jawab Vani berdehem tanpa menoleh kearah Vano.

"Kak?!" panggil Vano lagi.

"Apaan si Van?" jawab Vani menatap Vano kesal.

"Kayanya ada yang ngeliatin lo deh dari tadi," bisik Vano.

Vani mengernyit, siapa yang memperhatikannya, pikirnya.

"Itu, cowok yang duduk disana," tunjuk Vano kearah cowok yang berada tidak jauh dari mereka.

Vani mengikuti arah pandang Vano, ia terkejut, ternyata yang memperhatikannya adalah pak Kenzie, dosennya dikampus. Vani memalingkan wajahnya dengan cepat, ia menggandeng lengan Vano menuju bioskop.

¤♥¤

Kenzie merasa kesal melihat Vani bersama laki-laki lain disebuah mall, apalagi mereka terlihat akrab sekali. Awalnya Kenzie tak sengaja melihat sesosok gadis yang seperti ia kenal, dan benar saja dugaannya, ternyata yang dilihatny itu adalah Vani, gadis incarannya, sedang bersama laki-laki lain.

Ken mengetatkan rahangnya, Ia memperhatikan Vani dari tempat duduknya dengan tatapan tajam. rupanya laki-laki yang bersama Vani menyadari jika ada yang memperhatikan keduanya, tak lama dari itu Vani pun menoleh, gadis itu sepertinya terkejut. terlihat dari wajahnya yang tegang lalu pergi begitu saja menggandeng lengan laki-laki itu.

"Shit," umpat Ken mengacak rambutnya.

Ken memilih pergi meninggalkan pusat perbelanjaan dengan perasaan kesal dan marah.

Disisi lain, Vani sudah duduk nyaman dikursi bioskop bersama Vano. akan tetapi pikirannya melayang kemana-mana, ia memikirkan Kenzie yang menatapnya tajam. Kenapa, batinnya. alah bodo amat lah ngapain gue pikirin, batinnya lagi sembari memfokuskan matanya untuk menonton.

________________________________

Hey hey gimana penasaran gak sama kelanjutannya wkwk

Follow dulu yaa

Terimakasih yang udah ngebaca cerita aku , semoga makin banyak readersnya biar aku makin semangat ngetik wkwkw

Dosen Is My Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now