Chapter 7

235K 5.4K 26
                                    

(Mature content 21+)
ADEGAN TIDAK UNTUK DITIRU

Happy reading😘
__________________________________
Posisi wanita itu sekarang berada diatas, ini merupakan salah satu posisi yg ken sukai karena penisnya masuk seluruhnya keliang vagina.

Wanita itu mengangkat sedikit pinggulnya.

Blesh...

"Ahh yeah," Desah keduanya, merasakan sensasi yang berbeda dari sebelumnya.

Dengan gerakan cepat wanita itu menaik turunkan pinggulnya dibantu tangan ken yang memegang pantatnya.
"Aahh, shh...ouhh," desah wanita itu lalu menaikan temponya, sehingga terdengar bunyi kulit yang saling bertubrukan.

Sedangkan Ken, merem melek dibuatnya, kepalanya pening. rasanya ia ingin meledak sekarang juga.

"Fuck... Mhh," desah keras wanita itu.

Ken membantu dengan menghentakkan kejantanannya berlawanan arah, sehingga penis dan vagina itu saling menumbuk menimbulkan sensasi yang sangat nikmat.

"Aahh, I wanna cum," desah Ken merasakan miliknya membesar didalam sana dan akhirnya memuntahkan cairannya.

"Aashh..." desah wanita itu meliukan badannya, merasakan orgasme yang entah keberapa kalinya.

Ken mencabut penisnya dengan nafas tersengal, ia segera memakai celana bokser lalu menuliskan cek bernilai uang.

"Cepat pergi dari sini," perintah Ken.

"What?, are you seriously beb. kamu mengusirku setelah apa yang kita lakukan." ujar wanita itu tidak terima.

"Aku hanya menyewamu, jadi jangan berlagak seperti kekasihku!" seru Ken tajam.

Wanita itu mendengkus diam, lalu segera berpakaian dan melenggang pergi setelah aksi mereka yang panas.

¤♥¤

"Akhirnya selesai juga!" desah Vani lega, seraya merentangkan tangannya untuk menghilangkan rasa pegal.

Vani segera merapikan tumpukan kertas yang merupakan tugas milik teman-temanya, lalu ia masukan kedalam tas dan berbalik menghadap kaca untuk bercermin.

Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat mengoreksi pekerjaan dari sang dosen demi sebuah nilai. Dasar dosen gila, dengus vani dalam hati.


Ia bergegas keluar untuk mengantar tugas itu kerumah Om Om sekaligus dosennya.

Sesampainya disana, Vani sudah berdiri didepan pintu apartement. Ia menunggu sang empu untuk segera membukakan pintu. Tapi, sedari tadi tidak ada yang keluar walaupun ia sudah memencet bel berkali-kali.

Vani hampir putus asa, ia menekan bel sekali lagi. kalo gak keluar juga mending gue balik, gerutu Vani.
Baru saja ia akan berbalik badan suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. dilihatnya sang dosen hanya mengenakan boxer saja, memperlihatkan perut yang berbentuk seperti roti sobek.

Vani memalingkan wajahnya menatap kearah lain, jantungnya berdetak tidak karuan melihat itu. tubuhnya panas dingin, ia bisa merasakan tatapan mata dosen itu kearahnya, memperhatikannya sedari tadi.

"Hmm." Vani berdehem pelan.

"Sudah selesai?" tanya Ken menaikan sebelah alisnya.

"Sudah O-eh ken." Vani gelagapan hampir salah memanggil namanya, " Coba periksa ulang, takutnya ada yang salah," tambah Vani mengulurkan tumpukan kertas.

"Baiklah, nanti saya periksa," jawab ken mengangguk.

"Kalo gitu saya permisi," pamit Vani .

"Kenapa buru-buru sekali, gak mau mampir dulu?" tawar ken.

"Gak usah, makasih Ken." jawab Vani cepat seraya melangkah pergi dari sana.

Ken menyunggingkan senyum tipis, ia tau apa yang vani rasakan. terlihat dari gerak-geriknya.

Vani mendesah lega, mengapa disana tadi terasa sangat panas dan jantungnya tidak berhenti berdetak apa ia punya penyakit jantung. oh tidak tidak ia harus memeriksanya ke dokter. Vani masuk ke mobil dan meninggalkan pelataran apartement.

¤♥¤

"Dari mana lo kak?."

Vani terlonjak kaget lalu menoleh, "Jangan ngagetin juga kali!" dengus Vani mengelus dadanya, melihat Vano sedang rebahan dikursi.

"Eh, gue serius nanya."

"Kenapa nanya?" dengus Vani melemparkan tubuhnya menduduki Vano yang berada dibawahnya.

"Berat kutil, badan lo itu kaya gajah. minggir gak dari punggung gue?!" seru Vano meringis.

"Kalo gue gak mau, lo mau apa?" tantang Vani terkekeh.

"Ayolah kak, minggir tau. sakit nih punggung," ucap vano memelas .

"Ada syaratnya!" ujar Vani tersenyum miring.


Vano memutar bola matanya malas, dikit-dikit syarat, batinnya.
"Iya apaan dah?" Sahut Vano pasrah.


"Beliin gue es cream yang didepan kompleks."

"Iya iya entar deh, minggir dulu dari punggung gue."

"Yuhuuu, Awas lo kalo bohong" teriak vani kegirangan.

"Iya iya." Vano mendengus melihat kelakuan kembarannya, yang tidak berubah sejak dulu.

_________________________________

Hai hai readers , how are you ?
Terimakasih yang udah ngikutin ceritanya sampe disini

Aku tuh bakal semangat nulis lagi kalo kalian vote , comment gitu hehe

Follow dulu ya para pembaca yang bijakkk 😂 akutu gak ada apa-apanya tanpa kalean

Aku bakal publish kalo aku sempet buat nulis cerita ini soalnya belakangan ini lagi sibuk ngospek adiks adiks gemess wkkwwk

Happy reading guys 🤗

Dosen Is My Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now