Chapter 18

165K 4.5K 41
                                    

Happy reading😘

_________________________________
Ken meremas rambutnya kasar, mengapa Vani cepat sekali hilang dari pandangannya, ia berjalan keliling melihat setiap ruangan dan sudut Club itu barangkali keberuntungan sedang berpihak padanya dan ia dapat menemukn Vani.

Sepanjang jalan yang ia lihat hanyalah manusia yang sedang asik bercumbu bahkan ada yang make out dipojokan, kenapa tidak menyewa kamar saja, dengus Ken.

Ken tidak meneruskan pencariannya karena sesuatu yang mendesak ingin segera keluar, ia kebelet buang air kecil langkah nya berbelok menuju toilet .

Samar samar ia mendengar suara orang yang menangis minta tolong, langkahnya melambat tetapi rasa ingin buang airnya lebih besar. Dengan cepat ia masuk ke salah satu bilik toilet.
Setelah selesai buang air kecil, telinganya menangkap suara orang yang menangis bahkan berteriak minta tolong dan suara itu berasal dari toilet di ujung lorong yang sedang diperbaiki.

Dengan langkah cepat Ken mencari asal suara, matanya seketika membola, rahangnya mengeras. Tanpa babibu ia memukul pria yang berani-beraninya menyentuh miliknya.
Ken marah sangat marah , emosinya tak terkontrol ia memukul pria yang tak dikenalinya itu membabi buta.


¤♥¤

Kenapa rasa nya ia tidak rela jika laki laki brengsek itu bersama wanita lain, ah tidak tidak apa yang kau pikirkan, Vani menggeleng keras. Ia telah membuat hidupmu hancur berantakan yang benar saja, jangan sampai ia memiliki rasa pada laki laki itu.

Ia melangkah terburu buru tanpa memperhatikan jalan, tubuhnya terhempas kebelakang , "Awshh," lirih Vani.

Ia melihat laki laki dengan perut buncit yang menabraknya, sialan.
Vani tak mau ambil pusing ia segera melangkah melewati Laki-laki itu dan melanjutkan jalannya seraya mengotak atik Ponselnya untuk menelpon sherin.

Tetapi langkahnya terhenti karena cekalan seseorang ditangannya, belum sempat ia melawan ia sudah diseret dan mulutnya dibekap oleh sebuah tangan, Laki-laki buncit tadi lah yang menyeretnya.

Vani meronta minta dilepaskan, ia berteriak minta tolong tapi suara nya teredam oleh tangan itu, ia mencoba memberontak tapi sial laki laki itu terlalu kuat.

"Kau cantik sekali," bisik laki-laki itu dengan suara parau akibat pengaruh alkohol .

Tubuh Vani bergetar ketakutan , laki laki didepannya ini sedang mabuk.
"Toloooooooong!" teriak Vani saat tangan laki-laki itu terlepas dari mulutnya dan beralih membelai pipinya.

"Diam jalang!" umpat laki-laki itu.

"Toloooooong... Hiks... hiks... " isak vani berteriak. Air matanya merembes keluar, kalo boleh jujur sebenarnya Vani sangat takut tetapi ia mencoba meyakinkan hatinya bahwa ia akan baik baik saja.


Plak...

Tangannya memegang pipi bekas tamparan laki laki itu. Tangisnya semakin deras, perih dipipinya amatlah sakit, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini.

"Diam atau kau akan tau akibatnya!" ancam laki-laki itu semakin merapatkan tubuhnya dan mendekat kan wajahnya dengan wajah Vani. Bau alkohol menyeruak dari nafas laki-laki itu, Vani menggelengkan kepalanya dan memejamkan mata menghindari itu semua.

"Toloong," ucap Vani lirih.

Vani tak tau apa yang terjadi akan tetapi ia merasa bahwa laki-laki itu sudah pergi dari hadapannya, ia membuka mata dan terkejut. Laki laki itu sudah tergeletak tak berdaya akibat seorang laki-laki lain yang memukulnya tanpa ampun.

Tangis Vani semakin kencang, ia takut benar benar takut. Tubuhnya bergetar, kaki nya meluruh tidak kuat lagi untuk berdiri.
"Stoop!"

¤♥¤

Mendengar suara gadis yang memintanya untuk berhenti, Ken terpaksa menghentikan pukulannya. Nafasnya memburu, emosinya belum stabil, tubuhnya menoleh kearah Vani dan langsung memeluknya.

Vani lagi lagi dibuat terkejut karena laki-laki yang menyelamatkannya adalah Kenzie , tangisnya pecah dan membalas pelukan itu. Saat ini dirinya butuh sesorang yang mampu membuatnya merasa aman walaupun orang itu adalah orang yang telah membuat hidupnya hancur.

Kenzie mengangkat tubuh Vani, menggendongnya ala bridal style dan membawanya keluar dari Club itu.
"ssh... Jangan nangis!" lirih Ken mengelus rambut Vani.

"Hikss... Hikks...," timpal Vani sesegukan.

"Sudah kamu aman sekarang!" ucap Ken menenangkan Vani.

Hatinya terasa sesak melihat vani seperti ini, untung saja ia datang tepat waktu bagaimana jika tadi ia tidak disana apa yang akan terjadi pada gadisnya ini, sialan kau pak tua.

Mobilnya melaju membelah jalanan yang lumayan padat , ditolehnya Vani yang masih sesegukan disampingnya.
"Sudah jangan menangis!"

Vani menoleh menatap ken dalam, terlihat jelas raut khawatir di wajahnya. Apa ia khawatir padaku, batinnya. Matanya beralih menatap jalanan didepan, lalu kembali menoleh menatap Kenzie.

"Ini jalan kemana?" tanya Vani lirih.

"Kita akan ke villa milikku dibogor," jawab Ken menatap Vani.

"Mengapa kesana?" ujar Vani membola.

"Lalu harus kemana lagi, mau ke apartementku?" tawar Ken tersenyum miring.

Vani memutar bola mata nya, tangisnya mereda karena kekesalan menguasainya. oh tidak bagaimana bisa ia ke bogor malam malam begini lagi pula ia tidak izin dengan Vano dan jangan lupakan Sherin... oh iya Sherin ia lupa mengabari sahabatnya itu.

Dilihatnya ada beberapa panggilan dilayar ponsel, semua itu dari Sherin.
Vani meringis melihatnya, pasti sahabatnya itu tengah khawatir karena dirinya menghilang. Vani mengirim pesan pada Sherin mengatakan bahwa ia baik baik saja dan sekarang ia berada dirumah, i'm sorry, Sherin. Aku terpaksa bohong, batin Vani.


___________________________
I'm sorry slow update readers
Semoga kalian suka alurnya

Dosen Is My Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang