Chapter 33

115K 3.6K 91
                                    

Jangan lupa pencet bintang ya⭐

Difollow
✅Instagram author : @ayukhdryh_
✅Instagram wp : @lalayuane_
____________________________________

Difollow✅Instagram author : @ayukhdryh_✅Instagram wp : @lalayuane_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia hanya diam sepanjang perjalanan bisnisnya, tidak akan berbicara jika bukan hal yang penting.

Matanya memandang jalanan, ia sudah sampai di ibu kota, jakarta. Tubuhnya terasa remuk, mungkin setelah ini ia benar-benar harus istirahat.

Seminggu ini kegiatan ken cukup padat, dirinya harus bekerja extra agar semuanya terselesaikan lebih cepat.

" Langsung ke apartement." Kata ken pada Sopir.

Ken memejamkan matanya, tidurnya sungguh tidak teratur belakangan ini. Kadang juga ia tidak tidur sama sekali, sungguh menyebalkan.

Sesampainya dikamar, ken menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar lalu ia mendesah pelan.

Seminggu ini ia berusaha mengabaikan keberadaan vani dipikirannya, Dengan bekerja tiada henti. Namun, tidak bisa. Hampir setiap hari ia memikirkan vani, setiap detik, menit dan jamnya.

Sejujurnya ken sangat merindukan stevani, amat sangat merindukan gadis itu. Namun ia harus menahan perasaannya. Agar vani tetap merasa nyaman.

Karena asik melamun, ken tertidur dengan pakaian kerja yang ia kenakan.

¤♥¤

" Makasih jul, mau mampir gak?."

Mereka berdua kini berada di mobil yang berhenti dihalaman rumah vani. Jangan lupakan bocah kecil yang sedang cemberut dikursi belakang saat ini, karena sepertinya vani melupakan kehadirannya.

" Abaang..." panggil bocah kecil itu.

" Ya ampun, kakak lupa kalo ada kamu." kata vani sontak menoleh kearah belakang.

Wajahnya masih tertekuk, lucu sekali.
" Lain kali deh van, gue mau nganter ni bocah ke nyokapnya."

" Nyokapnya juga nyokap lo kali." kata vani mencibir

Julian terkekeh. " Makasih ya van, udah mau nemenin gue hari ini."

" It's oke, santai aja."
" Ya udah gue masuk dulu ya.!"

Sebelum keluar dari mobil, vani menoleh kearah belakang.
" Oca, kakak pulang ya. Ntar kapan-kapan kita main lagi." kata vani tersenyum manis dan mengelus rambut bocah yang dipanggil Oca.

" Benelan ya kak.. "

Vani mengangguk mengiyakan lalu ia keluar dari dalam mobil. Melambaikan tangannya ketika mobil yang ditumpangi julian perlahan mengilang dari pandangannya.

Langit mulai gelap, sepertinya akan turun hujan. Benar saja dugaan vani, kakinya baru saja menginjak teras rumah, hujan sudah turun dengan derasnya.

" Untung udah sampe rumah." kata vani sambil melangkah masuk ke rumah dan ia berjengit kaget.

" Dari mana aja van, kok baru pulang." suara mama menguntrupsi.

" Mamaaaa..., bikin kaget aja." kata vani menggerutu.

" Siapa yang ngagetin, mama cuma nanyain kamu."

Vani mendengus, lalu melesat pergi kekamar tanpa menjawab pertanyaan mamanya.

¤♥¤

Ken terbangun karena suara petir yang menggelegar, diliriknya jam dinakas sudah pukul 9 malam. Ia tertidur lama sekali. Kepalanya agak pening karena bangun tiba-tiba.

Ia berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, ken berjalan cepat menuju dapur. Perutnya sudah berbunyi sejak ia berada dikamar mandi.

Untung saja persediaan bahan makanan masih lengkap didalam kulkas. Apartement juga terlihat rapi dan bersih.
Itu semua karena asisten yang ia pekerjakan seminggu dua kali untuk membersihkan apartement miliknya.

Ken jadi teringat stevani, yang memasakan sop ayam untuknya, rasanya benar-benar lezat. Bukannya ken tidak bisa memasak, ia hanya malas. Penyakit itu selalu menggelenyutinya disaat-saat tertentu.

Seperti saat ini, niat hanyalah niat yang tak akan terlaksana. Yang tadinya ia ingin memasak sesuatu jadi terhambat karena penyakit itu.

Ken sangat ingin memakan sop ayam buatan vani, akan tetapi hari sudah malam dan diluar sedang hujan lebat. Bukan hanya sop ayam buatan vani yang ken rindukan, tetapi gadis itu juga.

Ken juga tidak bisa berdiam saja seperti ini, perutnya sudah meronta ingin diisi makan.

Tanpa pikir panjang ken mengambil jaket dan kunci mobil. Ia akan datang kerumah stevani walau hujan sekalipun.

Saat ini ken sudah berada didepan pintu utama mansion keluarga jackson. Ia memencet bel perlahan.

Semoga saja tuan rumah belum tidur, dan apa alasan yang akan ken berikan, jika ditanya untuk apa bertamu selarut ini. Itu bisa ia pikirkan nanti yang terpenting ia bisa melihat vani saat ini.

Ken memencet bel sekali lagi, pintu terbuka. Seorang wanita mengenakan daster yang membukanya, sama dengan orang yang membukakan pintu tempo hari saat ia datang kemari.

Ken tersenyum kikuk, tidak tau harus bicara apa.
" Nyari non vani ya?. " tanya bi ijah

" A.. hmm iya bik, Orangnya ada?."

" Masuk dulu, diluar dingin."

Ken berjalan perlahan memasuki mansion keluarga jackson, matanya celingak-celinguk mencari keberadaan vani. Lalu ia duduk disofa yang ditunjukan bi ijah.

" Tunggu sebentar, bibi panggilkan dulu." kata bi ijah kemudian ia menghilang dibalik tangga.

Ken menoleh ketika deheman seseorang terdengar ditelingannya, ia berdiri canggung. Bahkan jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya.

Bukan, ia bukan melihat hantu tetapi hal yang lain. Ia melihat wanita yang sebaya dengan mamanya, dan ken rasa ini mamanya stevani.

" Halo tante ." kata ken menundukan kepala, sebagai rasa hormatnya.

" Kamu siapa ya?." tanya mama levi, mamanya stevani.

___________________________________
I'm back :)

Disela-sela kuliah onlen author menyempatkan untuk melanjutkan ini, karena banyk bngt yg nymangatin🤗

Thankyou for u all😘

Dosen Is My Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang