Chapter 38

114K 4.3K 220
                                    

" kamu tidak akan pernah tau jika belum mencoba, menulislah walaupun sedikit. Karena ide bisa datang setelah tulisanmu setengah jalan."
Happy reading guys 😘
__________________________________
Sepertinya pikiran vani terlalu melantur.
Ia hanya diam mengikuti langkah kaki kenzie yang lebar.

Langkah kaki ken terhenti, membuat vani yang berada dibelakangnya menabrak punggung lebar miliknya.

Vani mengaduh kesakitan, keningnya seperti menabrak dinding, punggung ken keras sekali.

" Ayo masuk." kata ken menarik lengan vani untuk masuk kedalam ruangan.

" Siapa yang sa.. " kata vani sembari menjajarkan langkahnya dengan langkah ken, suaranya terhenti.

" Whoaa, jadi ini gadis yang kau maksud." kata laki-laki yang tak lain adalah dimas sahabat ken.

Vani terdiam kaku, dirinya tidak tau jika ken mengajaknya kemari.

" Gimana keadaan lo. " kata ken menepuk bahu sahabatnya, frans. yang tengah terbaring diatas ranjang rumah sakit tanpa menghiraukan ucapan dimas.

" Keliatannya. "

Cukup parah, karena tangan frans harus memakai gips. Hal ini terjadi akibat kecelakaan balap motor yang dilakukan frans tiga hari yang lalu. Saat itu kenzie memang tidak ikut serta karena ada perjalanan bisnis. Dan kebetulan hari ini ken menyempatkan waktu untuk datang menjenguk.

Vani menatap prihatin laki-laki yang menjadi sahabat ken, frans kalo tidak salah namanya. Laki-laki ini juga yang ia lihat diklub malam saat menghadiri party dari temannya kekasih sherin.

Ken tidak melepaskan genggaman tangannya, walaupun ada kedua curut ini.

" Halo cantik, namanya siapa?." goda dimas .

" Hmm.., Vani." jawab vani pendek. Ia merasa tidak nyaman berada diruangan ini.

Vani juga merasa sepasang mata tengah menatapnya sejak tadi, dia frans. Vani mengernyitkan dahinya. Menggenggam tangan ken lebih erat.

Ken yang peka dengan ketidak nyamanan vani, segera membawanya keluar.
" Gue ada urusan, cabut dulu." kata ken sebelum pintu ruangan frans ia tutup.

" Kenapa?." tanya ken.

Vani tidak menjawab, ia berjalan melangkah mendahului ken. Tapi sebelum vani terlalu jauh, ken memegang lengannya.

" Jangan pulang dulu." kata ken.

" Mau ngapain lagi ken?." tanya vani.

" Ayo ikut, jangan banyak tanya."

Vani menurut, dari pada ia beradu mulut dengan ken Itu lebih melelahkan.

Ken berhenti didepan pintu, mata vani melebar seketika. Ken membawanya ke dokter kandungan. Vani mencoba kabur tapi sayang sekali ken sepertinya mengetahui niatannya tersebut.

" Ngapain ken?." kata vani parau.

" Kita cek kandungan."

" Aku gak hamil, mending kita pulang aja."

" Habis ini kita pulang."

Perkataan ken tidak bisa dibantah. Wajah ken juga terlihat kaku saat ini, ken gugup. Semoga saja vani benar mengandung anaknya agar semuanya lebih mudah.
" Ayo masuk." kata ken menggenggam tangan vani, mengelus pelan telapak tangannya seolah memberikan kekuatan.

¤♥¤

Tangan vani berkeringat, ia takut. Takut jika memang benar ia mengandung anak kenzie.

" Loh ken, kamu bawa siapa?."

Vani menunduk, sepertinya dokter dihadapannya ini mengenal kenzie, buktinya saja dia memanggil nama ken langsung.

" Calon ken tante." kata ken tersenyum.

" Wah wah wah, mama kamu gak bilang apa-apa tuh sama tante."

" Mama juga belum ken kasih tau tan."

" jadi tante nih yang pertama tau." kata dokter itu terkekeh.

Vani masih betah menunduk, ia tidak berani mengangkat kepala. Tangan Ken tiba-tiba menyentuh dagunya, ia membisikan sesuatu yang membuat vani mau tak mau mengulum senyumnya.

" Jangan nunduk, nanti cantiknya gak keliatan."

Vani mengakat kepalanya perlahan, ia melihat dokter perempuan yang kenzie kenal tengah menatapnya lalu tersenyum.

" Pinter ya ken pilih calon istri, kamu cantik sekali. namanya siapa?"

" Stevani tante." jawab vani tersenyum.

" Duh vani, kamu kok mau sama kenzie sih?" tanya tante lalu tertawa.

Ken mendengus, " Jangan dengerin." kata ken bicara pada vani.

" Nama tante, asmarita. Panggil tante rita aja ya." kata tante rita.

Tante rita ini masih satu keluarga dengan ken. Ia merupakan Adik kandung dari mamanya.
" Jadi kesini ma.., ken kamu ngehamilin vani?" kata tante rita seolah tersadar maksud kedatangannya kemari.

Ken meringis, dugaan tantenya sebentar lagi akan terbukti benar atau tidaknya.
" Tante bisa cek langsung."

" Dasar laki-laki, apa susahnya tunggu sah dulu baru bikin bayi. Lah ini malah." kata tante rita mengomel tak habis pikir.

Vani terkekeh pelan, ia juga ikut andil dalam hal tersebut.
" Yaudah, vani baring dulu ya."

Vani mengikuti ucapan tante rita, tubuhnya ia baringkan diatas ranjang pasien.
Ia melihat tante rita mengoleskan gel  berwarna putih kebagian perutnya yang terbuka. Rasanya dingin.

" Ken, lihat ini." kata tante rita antusias.

Ken melihat sesuatu yang ditunjukan tantenya dilayar monitor tetapi ia tidak mengerti.

" Vani hamil, dan lihat ini ken janinnya sebesar biji kacang hijau." kata tante bersemangat.

Ken yang mendengar hal itu tersenyum haru, hati kecilnya begitu bahagia. Yang ia harapkan benar terjadi, ia akan menjadi ayah.

Ken mendekat kesisi vani, lalu mencium kening vani cukup lama. Vani menutup mulutnya, ia sungguh terkejut sekaligus bahagia. Perasaan haru meliputinya, didalam perutnya kini ada kehidupan lain yang harus ia jaga.

Kening vani terasa basah, ken menangis dalam diamnya. Ia ikut meneteskan air matanya.

" Selamat ya ken, kamu akan jadi ayah." kata tante rita menepuk-nepuk bahu ken.

___________________________________
Pasti ngiranya author ga update😂😂 ya kan hhhe.

Maaf ya tadi author ada urusan dan baru sempet up sekarang.
Selamat membacaaaa 😘
JANGAN LUPA VOTE YAWW

Dosen Is My Husband (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt