Chapter 47

109K 3.7K 116
                                    

JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYAAA⭐
FOLLOW JUGA BAGI YANG BELUM 🤩
HAPPY READING 😘
__________________________________
Vani keluar dari kamar kecil, dilihatnya ken tidak seorang diri. Ada laki-laki lain yang berdiri disebelah ranjang pasien.

" Kalau begitu saya permisi pak." kata laki-laki lain itu lalu keluar setelah terseyum sopan pada vani.

" Dia bawa apa? Kok banyak banget." tanya vani mendekat kearah ken.

Ken sudah duduk bersandar pada ranjang, orang suruhannya lah yang membantunya untuk duduk. Ia melihat dua kantung plastik yang didalamnya berisi makan siang dan buah segar. " Liat aja." kata ken.

Vani membuka isi plastik, ada banyak macam buah-buahan termasuk buah kesukaannya, buah anggur. Dan plastik satunya berisi 2 kotak, yang vani tebak makan siang untuk mereka.
" kamu jadi beliin aku ayam geprek?." tanya vani sembari mengeluarkan kotak itu dari dalam plastik.

" Enggak." kata ken enteng.

Vani memberengut, hilang sudah hayalannya untuk makan ayam geprek. Padahal ia sangat ingin. Vani membuka satu kotak, isinya berupa bubur ayam yang masih hangat.
" Katanya gak suka bubur." sindir vani.

" Ya gak semua bubur yang, bubur yang ini enak banget." kata ken terkekeh pelan.

Vani mencibir, ia membuka kotak yang satunya lagi. Matanya berbinar, ada nasi ayam saus asam manis dengan beberapa perintilan lainnya.

" Gak dapet ayam geprek, ini juga boleh." kata vani terkekeh.

Ken tersenyum kecil, ia sudah menebak jika vani akan menyukai makanan yang ia pesankan. Dilihat dari bentuknya saja mampu menggugah selera, apalagi saat dimakan pasti rasanya lebih enak.
" Duduk sini, kita makan bareng." kata ken menepuk sisi ranjang yang ia tempati.

" Gak mau, sempit. Aku duduk dikursi aja." kata vani menolak halus lalu ia teringat seuatu. " Oh iya, emang bisa makan sendiri?."

Ken mecebik, emang tangannya patah apa sampai tidak bisa makan sendiri. Yang memar itu wajah dan perutnya bukan tangannya. Ken masih sanggup makan sendiri bahkan melakukan hal yang lebih dari itu juga ia masih mampu.
" Tanganku masih berfungsi dengan baik, tapi kalo kamu mau nyuapin juga gak apa-apa."

" Makan sendiri aja." dengus vani.

Vani menyuapkan nasi beserta potongan ayam kedalam mulutnya, rasanya benar-benar enak. Ia tidak menyesal walaupun tidak jadi makan ayam geprek.

Ken ikut menyendok bubur ayam kedalam mulutnya secara perlahan, luka disudut bibirnya sudah mengering tapi masih terasa berdenyut. Ia memperhatikan vani yang makan dengan lahap.
" Enak banget ya?." tanya ken.

Vani mengangguk, ia kesulitan untuk berbicara karena mulutnya penuh. Setelah nasinya tertelan vani mengancungkan jari jempolnya didepan ken.
" Enak, belinya dimana?."

" Nanti kapan-kapan kita kesana bareng."

Mereka makan siang diselingi beberapa keributan, mulai dari vani yang mengeluh karena merasa nasinya kurang sampai ia menginginkan bubur ayam yang seharusnya ken makan.

¤♥¤

Suasana dimansion pagi ini sangat berbeda, tidak seperti biasanya. Tidak ada keberadaan vani ditengah-tengah mereka.
" Kakak mana?." tanya vano memecah keheningan.

Tidak ada yang menjawab, entah itu mama atau papanya. Mereka sama-sama diam.
" Vani gak pulang?." tanya vano mencari kejelasan.

Dosen Is My Husband (TAMAT)Where stories live. Discover now