V - Retrouvailles

1.2K 76 0
                                    

Not all the things that you worry could happen in your life. Stop worrying about something, because worries make you more afraid to do everything.

***

"Bubun!"

Zahra menolehkan kepalanya pada sosok Keano yang akan menghampiri dirinya. Sebelum Keano benar-benar mendekat, Zahra segera mematikan kompor dan berjalan menuju sang putra--takut terkena cipratan minyak. Sangat jarang sekali, Keano bangun sendiri. Apalagi langsung menghampiri Zahra yang berada di dapur.

"Ugh, pinternya Keano udah bangun sendiri." Ujar Zahra dan menggendong Keano menuju meja makan.

Keano hanya tertawa menanggapi Zahra yang sekarang sedang menyiapkan sarapan. Kemudian Keano turun dari duduknya dan kembali menghampiri Zahra yang sedang memindahkan masakannya pada wadah. Keano menarik ujung baju Zahra yang sedang menuju ke meja makan.

"Sebentar, Keano. Bunda lagi bawa sup, nanti tumpah." Zahra berusaha menjelaskan yang tak ditanggapi oleh Keano.

"Mau itu!" Keano menunjuk arah kulkas yang membuat Zahra seketika mengangguk paham.

"Keano tunggu disana, ya? Nanti Bunda ambil." Keano mengangguk dan segera menuju ke ruang tengah.

Tak lama setelah membawa sup ke meja makan, Zahra segera kembali ke dapur untuk mengambil sesuatu yang Keano inginkan. Setelah mendapat apa yang putranya inginkan, Zahra pergi ke ruang tengah untuk memberikannya pada Keano.

"Nih! Keano tunggu disini sebentar, ya? Bunda lanjut masak sebentar, nanti sarapan." Ujar Zahra seraya menusuk minuman dengan sedotan sebelum diberikan pada Keano yang langsung menyedotnya.

Keano kemudian mengangguk dan tersenyum, membuat Zahra yang gemas dengan tingkah sang putra mencium pipi gembulnya. Keano berteriak histeris karena kegelian akibat ulah sang bunda. Tak tega, Zahra menghentikan ciumannya pada Keano.

"Geli, Bun!" Ujar Keano yang masih tertawa tak hentinya.

"Ayo minumnya dihabisin, setelah itu langsung sarapan." Balas Zahra seraya beranjak pergi ke dapur.

"Bun! Keano tadi waktu tidul di peluk sama Yayah!"

"Kenapa?" Zahra kembali berbalik untuk menemui Keano yang tersenyum manis menatapnya, sepertinya pendengaran Zahra mulai bermasalah.

"Huum! Yayah bilang kalo linduuuuu banget sama Keano!" Keano menjelaskan dengan raut wajah yang serius, meyakinkan Zahra bahwa ia tak berbohong.

"Maksud Keano, mimpi?" Zahra berusaha tersenyum menutupi kegugupannya, saat Keano mulai bertanya dan menceritakan tentang sang Ayah. Lagi pula, Keano belum pernah bertemu dengan sang Ayah, jadi tak mungkin mengetahui wajahnya.

"Mimpi?" Keano bertanya dengan tampang polosnya, tak mengerti.

"Udah, yuk! Keano sarapan, setelah itu langsung mandi." Zahra menggendong Keano yang masih bertanya tentang sang Ayah, untuk menuju ke meja makan.

"Bun! Nanti kalo Keano pintel sama nulut, Yayah bakalan pulang?" Keano kembali bertanya mengenai kepulangan Ayahnya.

Zahra yang mendengar hal tersebut dari mulut Keano hanya tersenyum tipis, menenangkan. Bagaimana Ayah Keano akan pulang, jika kehadiran Keano saja tak diketahui olehnya? Bahkan, Zahra berharap tak akan bertemu lagi dengan sosok yang merangkap sebagai Ayah kandung Keano tersebut.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now