XXIV - Retrouvailles (c)

703 42 1
                                    

Forgive and forget, not revenge and regret.

***

"Anjir! Makan tuh cemburu, yaw. Duh, ada yang bakalan nggak dapet restu, nih!" Andrian masih berusaha menahan perutnya yang sakit akibat terlalu lama tertawa meratapi nasib sepupunya.

"Sial--awh!" Seano yang akan mengumpat, berubah menjadi meringis saat Zahra sedang mengobati dan dengan sengaja menekan luka yang ada pada pelipisnya.

"Omongannya, Mas. Disana ada Keano." Ujar Zahra mengingatkan seraya menunjuk putranya yang tak jauh dari mereka bertiga sedang bermain dengan Omah dan Opahnya.

"Iya, aku kelepasan." Sesal Seano menatap wajah serius wanita yang melahirkan putranya tersebut.

"Sumpah! Lo kualat, hahaha. Siapa yang nyuruh buat matiin telpon gue, hah? Padahal tadi gue mau ngabarin kalau bokap sama nyokap mau terbang kesini." Jelas Andrian yang dibalas tatapan datar Seano.

Seano menghiraukan Andrian yang masih terus mengoceh tiada henti. Kemudian Seano berdiri, menarik pelan lengan Zahra agar mengikuti dirinya. Andrian yang melihat hal itu pun melototkan matanya kaget, bisa-bisanya ia ditinggalkan begitu saja oleh kedua orang yang mulai memasuki sebuah kamar. Andrian kembali melotot, berteriak heboh saat melihat Zahra yang masuk ke dalam kamar Seano.

"Heh! Kalian mau ngapain, hah!? Gue laporin Tante Gina sama Om Naren, ya?" Ancam Andrian yang tetap tak dihiraukan oleh Seano dan Zahra.

***

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah kamar, terdapat dua sosok manusia dewasa yang masih duduk bersebelahan di ranjang. Namun, Zahra masih menyempatkan untuk membuka pintu kamar Seano, agak tak terjadi kesalahpahaman. Seano juga hanya menurut, Zahra masih mau menganggapnya saja ia sudah sangat bersyukur--setelah lagi-lagi melakukan kesalahan.

"Aku harus gimana, Bun?" Tanya Seano pada Zahra yang duduk di sampingnya seraya menatap cemas mengingat perbuatannya.

"Nggak papa. Nanti aku yang bilang sama Mas Al. Lagian, ini salahku juga yang nggak ngasih tau dari awal." Ujar Zahra yang sebenarnya merasa risih saat Seano memanggilnya dengan sebutan yang sama seperti putranya, Bunda--bukan dengan namanya.

Jadi, sesaat setelah sampai di kediaman keluarga William, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan adik dari Papah Narendra. Galendra William, adik satu-satunya Papah Narendra yang dengan sengaja mengunjungi Indonesia untuk bertemu dengan cucu mereka, Keano.

Memang, tak banyak yang tahu tentang pewaris tunggal perusahaan Williams tersebut telah memiliki putra. Galendra dan istrinya juga ikut terkejut, pasalnya mereka hanya tahu jika keponakan mereka--Seano dahulu hanya pernah menikah kemudian berakhir dengan perceraian.

Kejutan yang terjadi lagi adalah saat Zahra juga baru mengetahui fakta soal orang tua angkat kakaknya, yaitu adalah keluarga Galendra. Saat memasuki kediaman keluarga William, kedua pasangan paruh baya yang masih terlihat awet muda langsung saja menyambut kedatangan kakaknya, Alden. Ternyata, Galendra dan istrinya--Karina adalah sosok yang merawat Alden selama kakaknya tersebut berada di London, Inggris.

Takdir memang tak ada yang tahu. Bahkan, Zahra tak menyangka bahwa dunia sesempit ini. Ayah dari putranya--Seano ternyata memiliki sepupu yang menjadi saudara angkat kakaknya, yakni Andrian. Takdir juga tak bisa disalahkan, bahwa Zahra akhirnya bisa bertemu dengan Alden setelah sekian lama. Zahra juga tak perlu menyesal, saat mengingat kejadian lalu.

"Mas Al tadi kemana?" Tanya Seano menatap Zahra yang masih setia duduk di sebelahnya.

"Mas Al tadi pamit ke apartemen, katanya ada janji sama temennya." Ujar Zahra sedikit terkekeh, mengingat Seano yang turut memanggil kakaknya dengan sebutan 'Mas', padahal tadi hanya memanggil nama saja.

"Aku minta maaf ya, udah kasar sama Mas Al tadi." Berulang kali Seano meminta maaf, ia hanya takut Zahra kembali membencinya karena memukul kakaknya.

"Minta maafnya sama Mas Al, dong. Yang sakit bukan aku, Mas." Balas Zahra yang malah membuat Seano tersenyum tipis, mengingat ia memukul Alden cukup keras tadi.

"Aku nggak tau, ternyata adik yang selama ini dicari setengah mati sama Mas Al itu kamu, Bun." Seano mengingat kejadian lalu, saat pertama kali mengetahui bahwa ia memiliki sepupu baru yang kehilangan adik serta kedua orang tuanya, yakni Alden.

"Keluarga Om Galen, termasuk Papah juga udah ikut bantu cari tentang keluarga Mas Al, tapi hasilnya nihil. Nggak ada satupun informasi mengenai keluarga Mas Al." Seano berujar yang membuat Zahra mengangguk, kembali mengingat cerita kakaknya.

"Waktu itu aku sama orang tuaku udah pindah, Mas. Lagian, pihak kepolisian juga angkat tangan, belum nemuin Mas Al." Balas Zahra seraya mengingat kedua orang tuanya.

"Aku pengen tau ke makam Ayah sama Bunda." Ujar Seano tiba-tiba yang membuat Zahra seketika menatapnya.

"Maaf. Selama kenal kamu, aku belum pernah ketemu Ayah sama Bunda." Lanjut Seano yang merasa bersalah, selama ini ia ingat betul bahwa belum pernah menemui orang tua dari Ibu Keano tersebut.

"Tadi aku sama Mas Al juga dari makam, Mas. Nanti kita kesana, ya?" Ujar Zahra yang membuat Seano mengangguk, ternyata tadi Ibu Keano tersebut pergi ke makam untuk menemui kedua orang tuanya.

Seano tak tahu banyak mengenai kedua orang tua Zahra. Dulu, saat menikah saja ia benar-benar tak tahu tentang seluk-beluk keluarga Zahra. Mengingat hal itu, rasanya Seano benar-benar seorang pengecut yang tega membiarkan Zahra mengurus putranya sendirian. Namun sudah cukup, untuk saat ini Seano akan berusaha agar putranya dan Ibu Keano tersebut tetap bahagia, apapun yang terjadi nanti.

"Rasanya aku brengsek banget dulu. Ninggalin kamu sendirian dalam keadaan hamil Keano. Harusnya aku nggak pantes buat di anggap sebagai Ayah Keano, dia ada aja selama ini aku nggak tau." Seano tau selama ini belum cukup baik menjadi Ayah bagi putranya, namun ia benar-benar tak bisa jika membayangkan Keano akan memanggil orang lain dengan sebutan Ayah.

"Kamu nggak salah, Mas. Aku yang dengan egois saat itu memilih pergi. Lagipula, kamu juga mengalami kecelakaan sampai amnesia, jadi bukan salah kamu." Zahra menahan gejolak rasa yang tiba-tiba muncul dalam dadanya, mengingat hal itu membuat hatinya kembali sakit.

"Ayo kita mulai kisah ini dari awal lagi. Serumit apapun masa lalu kita, kita perbaiki dan mulai kisah ini dari awal lagi." Seano tiba-tiba berujar seraya memeluk Zahra yang terkejut, heran untuk menanggapi situasi yang terjadi saat ini.

"Kita kembali sebagai keluarga. Apapun yang terjadi, aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama, termasuk kejadian dahulu. Aku mencintaimu, Zahra." Seano menenggelamkan kepalanya pada pundak mulus Zahra yang masih bingung harus bersikap bagaimana, ia benar-benar terkejut atas tindakan Ayah Keano tersebut, hingga membuatnya terdiam selama beberapa saat kemudian.

***

Paham ya, Narendra itu punya adik yang namanya Galendra. Terus Galendra itu punya istri bernama Karina, kemudian mereka punya satu anak yaitu Andrian. Duh, agak belibet aku jelasinnya, yawh eheheh.
___________________________

Udah tau, kan? Siapa yg ngerawat Mas Al selama di London? Yup, keluarga Galendra. Semoga kejutannya nggak bikin belibet, yawh wkeks.

Nanti satu persatu bakalan aku kupas bagaimana kisah kelam mereka. Ini nggak tau alurnya kecepetan atau lambat. Malah, alur yg aku bikin ini keliatan banget nggak jelasnya, yawsh mueheuheh~

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now