XIX - Retrouvailles

595 38 0
                                    

Good people will not be harmed by God. If it happens only test God for patience.

***

Dua hari telah berlalu. Tak ada kabar apapun lagi dari Seano, semenjak terakhir kalinya Zahra menghubungi perihal untuk tak menjemputnya. Walau bukan urusan Zahra, beberapa kali ia juga mencoba menghubungi ponsel Seano yang tetap tak aktif--khawatir dengan keadaan Ayah Keano yang masih belum cukup pulih.

Putranya juga sama saja, dua hari ini Keano terus-terusan menanyakan perihal sang Ayah. Zahra sendiri bingung untuk menjawabnya, karena ia juga tak tahu pasti keadaan Seano. Benar-benar sibuk atau Seano pergi ke Singapura? Tak mungkin juga, biasanya jika akan berangkat Mama Regina akan menghubunginya sekedar untuk pamit.

Ting...

Pintu toko berbunyi, tanda bahwa ada pengunjung yang baru datang untuk masuk ke toko. Zahra segera berdiri untuk menyambut pengunjung--yang ternyata adalah Ibu dari Seano, Mama Regina. Setelah pesan beberapa roti, Regina mengajak Zahra untuk segera duduk di meja dengannya.

"Sayang, kamu dua hari ini ketemu sama Seano, kan?" Tanya Regina to the point, sebab dua hari ini putranya tak pulang dan mengabari dirinya.

"Zahra juga terakhir ketemu sama Ayahnya Keano, dua hari yang lalu, Mah." Jelas Zahra yang memang sepenuhnya tak tahu keberadaan Seano.

"Duh, ini tumben banget Seano ngilang begini. Tapi kamu sama Seano nggak lagi berantem kan, sayang?" Ujar Regina menatap cemas pada Zahra, khawatir jika Seano kembali berulah.

"Nggak kok, Mah. Waktu itu Ayahnya Keano sempet jemput ke kontrakan, bahkan nganterin ke toko juga. Cuman sebelumnya Ayahnya Keano janji akan jemput, tapi nggak dateng." Zahra menjelaskan keadaan dimana terakhir kalinya ia berhubungan dengan Seano.

"Mamah kira dia lagi sama kamu, ini jadinya dimana, sih. Nomernya juga nggak aktif, buat khawatir jadinya. Sebentar ya, Mamah coba kabarin Papah dulu." Regina mengomel sendiri mengingat keadaan putranya yang baru sembuh dari kecelakaan, dan kini ia berniat untuk memberitahukan kepada suaminya atas hilangnya Seano.

Setelah beberapa menit berbicara, akhirnya Regina memutus panggilan. Buru-buru Regina bangkit, meminta maaf tak bisa berbincang banyak dengan Zahra juga tak sempat bertemu cucunya. Hatinya sedang gelisah, Regina juga tak tahu mengapa bisa seperti itu. Regina berpamitan setelah sebelumnya membayar pesanan yang kini malah diberikan pada Zahra, saat ia terburu-buru keluar dari toko.

"Balusan ada Omah ya, Bun?" Tanya Keano saat melihat sosok yang tak asing baru saja keluar dari pintu.

"Iya, sayang. Omah kesini, ini ngasih Keano kue." Ujar Zahra memperlihatkan beberapa roti yang baru saja diberikan oleh Regina.

"Omah ndak temu Keano?" Keano mengerjap bingung menatap Zahra yang mencoba tersenyum.

"Omah lagi buru-buru, sayang. Omah tadi titip salam, nanti kapan-kapan main bareng lagi." Balas Zahra yang membuat Keano mengangguk, kemudian keduanya pergi ke arah ruang khusus bermain untuk menyantap makan siang mereka.

***

"Comel, Bun! Ini siapa?" Ujar Keano antusias saat menatap sebuah foto di ponsel Zahra.

"Ini Bunda, kalau yang ini Om Alden." Jelas Zahra menunjukkan foto dirinya yang tengah dipeluk oleh sosok laki-laki.

"Om Alden?" Keano nampak bingung, sepertinya ia tak mengenal sosok yang disebut Zahra.

"Om Alden itu, kakaknya Bunda. Sama seperti adek Rani, yang punya kakak Reno." Zahra mengumpamakan kedua saudara yang tinggal di sebelah kontrakannya.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now