XXI - Retrouvailles

652 36 0
                                    

If you want to change different, start from your self.

***

Langit mulai berubah warna menjadi jingga, suara hiruk-pikuk kendaraan mulai mengisi jalanan Jakarta sore ini. Perlahan suara bising kendaraan berganti menjadi sahutan riuh yang memekakkan telinga, dan juga suara klakson yang dibunyikan beberapa kali saat lagi-lagi mereka terjebak oleh kemacetan.

"Bun! Ayo cepet, Keano udah lindu Omah sama Opah!" Seru Keano menatap Zahra yang sedang mengemas beberapa mainan berserakan ke dalam tas.

"Nggak rindu sama Ayah juga?" Tanya Zahra seraya menutup tasnya dan keluar dari ruang khusus bermain, kebetulan beberapa karyawan lain telah pulang terlebih dahulu.

"Keano masih malah sama Yayah!" Keano menggembungkan pipinya sebal, mengingat sikap Seano beberapa hari kemarin tak menepati janjinya.

"Ayah kerja juga buat Keano kan, sayang." Zahra berujar lembut seraya mengelus pelan surai hitam Keano yang sekarang telah berada di gendongannya.

"Duh!" Kaget Zahra saat seseorang menabrak tubuhnya yang akan keluar dari toko.

"Mbak Zahra, maaf ya mbak, barusan saya buru-buru dan nggak liat jalan." Ujar petugas keamanan dengan raut wajah gelisah, yang tempo hari memberikan pesanan Seano berupa pizza pada Zahra.

"Eh, saya nggak papa, Pak. Bapak sendiri baik-baik aja? Bapak kenapa buru-buru begitu?" Zahra mengelus pelan punggung Keano yang tadi juga ikut ditabrak, kemudian matanya beralih pada sosok petugas keamanan yang seperti kebingungan mencari sesuatu.

"Anu mbak, istri saya mau melahirkan. Barusan pas disuruh nganter pesenan, tiba-tiba anak pertama saya telpon kalau ketuban Ibunya udah pecah." Jelas petugas keamanan tersebut masih dengan raut wajah yang gelisah.

"Oh? Kalau begitu, biar saya yang anter pesanan, Pak. Bapak langsung saja ke rumah sakit tempat Ibu, biar saya yang ganti nganterin pesanan." Zahra berusaha memberi solusi yang membuat wajah petugas keamanan sedikit lega.

"Beneran, mbak? Duh, maaf banget saya jadi ngerepotin. Nanti saya bilang sama Pak Vero ya mbak, terima kasih sebelumnya."

"Nggak papa, Pak. Istri bapak lebih penting." Zahra tersenyum menanggapi ucapan terima kasih dari petugas keamanan tersebut.

"Ini mbak, pesenan kue sama alamatnya juga ada disini." Petugas keamanan tersebut memberikan sebuah kantong, didalamnya terdapat kue dalam kotak yang dipesan, kemudian lengkap juga dengan alamat tujuan pengiriman.

"Iya, Pak. Semoga proses persalinan istri bapak lancar, ya." Zahra menerima kantong tersebut, kemudian petugas keamanan pamit untuk pergi ke rumah sakit setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kembali.

Apartemen L'Avenue, kamar nomer 135X.

"Sayang? Kita anter kue dulu, ya? Nggak papa, kan?" Tanya Zahra pada Keano yang hanya menganggukan kepalanya, matanya kini berat dan sebentar lagi akan menuju ke alam mimpi.

Zahra sendiri sebenarnya merasa kasihan dengan sang putra. Setiap hari selalu ikut dengannya untuk bekerja, tanpa bisa merasakan main sepuasnya seperti anak seumuran pada umumnya. Seharusnya hari ini Zahra dan Keano langsung pergi ke rumah, kemudian menyiapkan beberapa perlengkapan untuk menginap di rumah Ayah Keano.

Namun, tak disangka terjadi sebuah halangan. Tetapi Zahra tak masalah, karena seharusnya sesama manusia memang saling membantu. Selama Zahra mampu untuk memberikan bantuan, maka akan ia lakukan--walau harus membawa putranya kesana-kemari yang akan membuat Keano lelah.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now