XXIII - Retrouvailles (b)

605 35 1
                                    

Don't look back with regret, look forward with hope.

***

"APA!?"

"Wah, santai dong, Bro. Gimana kabar lo?" Ujar pria di balik telepon tersebut seraya terkekeh, yang masih dapat di dengar oleh Seano.

"Kalau gak ada yang penting, gue tutup!" Balas Seano sengit, ia tak ada waktu untuk meladeni ocehan sepupunya ini.

"Lo mah begitu terus. Gue cuman mau nanya, gimana berita Claretha? Kok bisa sampek bocor begitu?"

Seano menghela nafasnya kasar mengingat kabar pertunangan dirinya dengan Claretha yang tadi pagi muncul di pemberitaan media. Seano masih tak habis pikir, berani-beraninya Claretha membuat pernyataan seperti itu, padahal sudah jelas bahwa mereka tak ada hubungan apa-apa lagi semenjak lima tahun yang lalu. Tunggu saja terlebih dahulu, Seano secara perlahan akan mengungkapkan semuanya.

"Heh? Seano lo masih hidup, kan? Mau gue bantu biar mereka pada bungkam soal pertunangan ini?" Pria yang menjadi lawan bicara Seano tersebut bertanya seraya tersenyum miring.

"Hm?"

"Aelah gitu amat. Udah bagus mau gue bantu. Gila juga, lo! Bisa-bisanya gue punya sepupu kek lo begini." Gerutu pria di seberang telepon pada Seano yang menurutnya tak berubah dari dulu, terlalu kaku.

"Gimana, An? Cepet atau gue matiin!"

"Gila, nyesel gue baik sama lo! Mentang-mentang lo--,"

Tut... Tut...

"Sialan! Seano Setan!" Maki Andrian pada Seano yang memutuskan panggilan secara sepihak, padahal ia masih belum selesai berbicara.

Sedangkan Seano sendiri di tempat lain sedang menunggu kedatangan seseorang. Menurut tetangga sebelah kontrakan Zahra, katanya Ibu Keano tersebut semalam tak pulang, sampai sekarang juga--yang mulai menunjukkan matahari akan segera tenggelam. Terakhir pesan yang Seano dapat, bahwa Zahra sedang ada urusan dan akan pulang paling lambat sore ini, agar malamnya bisa menginap di tempat keluarga William.

Tin... Tin...

Sebuah suara klakson mobil berwarna hitam terdengar di depan gerbang kontrakan. Seano yang berada di depan kontrakan Zahra, segera menatap mobil yang ia rasa tak asing menurut pandangannya. Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Seano bergerak untuk menghampiri Zahra yang baru keluar dari mobil dengan menggendong Keano.

"Mas Al nggak mau mampir dulu?" Tanya Zahra menatap Alden yang baru keluar dari mobil.

"Lain kali aja, ya. Mas Al masih ada urusan sebentar, nanti kalau nggak kemalaman bakalan mampir kesini lagi." Ujar Alden seraya tersenyum menatap adiknya, kemudian tubuhnya mendekat pada Zahra agar bisa mencium kedua pipi serta kening saudara perempuannya tersebut.

Hal yang dilakukan Alden tentu mengundang kemarahan Seano. Berani-beraninya ada yang menyentuh miliknya. Seano segera berlari dengan cepat menuju ke arah pria yang mencium Zahra tersebut kemudian langsung menarik punggungnya disertai dengan pukulan mentah, langsung mengenai pipi dan sudut bibir Alden yang memerah.

"Beraninya lo nyentuh istri gue, Al!" Seano berteriak dengan wajah memerah menahan amarah, ia cukup terkejut bahwa orang yang mencium Zahra adalah orang terdekatnya.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now