XXVII - Retrouvailles √

770 28 7
                                    

Sometimes the smallest step in the right direction end up being the biggest step of your life for your success.

***

Setelah dua minggu dari kejadian Seano dan Zahra melakukan hubungan layaknya suami-istri yang sesungguhnya, tiba-tiba Zahra merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Akhir-akhir ini Zahra merasakan lelah, padahal ia tak melakukan pekerjaan yang berat atau begitu banyak. Setiap pagi, saat bangun tidur Zahra juga selalu merasakan mual juga pusing.

Merasa ada sesuatu yang aneh, segera saja Zahra memeriksakan diri ke rumah sakit mengenai kondisinya. Zahra hanya pamit kepada pelayan untuk pergi mencari udara segar dengan keluar rumah sebentar, kemudian tak lama ia akan pulang kembali. Lagipula orang tua Seano belum kembali juga ke Indonesia, apalagi suaminya yang memang tak betah di rumah.

Saat memeriksakan dirinya ke dokter, dari situ Zahra mengetahui bahwa dirinya hamil. Zahra yang mendengarnya begitu campur aduk akan perasaannya, antara bahagia bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu, dan sedih di saat bersamaan mengingat sepertinya buah hatinya tak akan merasakan kasih sayang seorang ayah.

Sejak itu juga, Zahra mengenal seorang dokter kandungan yang bernama Alvero. Boss di tempat kerjanya tersebut memang telah banyak membantu saat kehamilan Zahra. Vero juga tak tahu mengapa ia begitu tertarik saat melihat Zahra untuk pertama kalinya memeriksakan kondisinya. Sebenarnya Vero sedikit kecewa, bahwa ternyata Zahra hamil dan pastinya sudah memiliki suami. Namun, selama Zahra memeriksakan kandungannya, Vero tak pernah melihat suami atau siapapun yang mengantar Zahra ke rumah sakit.

Saat Zahra ingin menceritakan pada Seano bahwa dirinya hamil, ia mengurungkan niatnya setelah suaminya tersebut menyerahkan beberapa berkas di hadapannya. Zahra mengernyit bingung saat membaca tulisan yang terpampang di kertas, hatinya terasa sakit seketika. Memang, Zahra tak berharap banyak pada pernikahannya.

Seano menyerahkan beberapa berkas yang menyangkut perceraian mereka, lagipula waktu yang mereka tentukan hanya tersisa dua minggu lagi. Seano pikir memang tak ada apapun yang terjadi pada Zahra, jadi sebaiknya mereka bercerai saja. Zahra juga mengambil berkas tersebut, namun tak langsung menandatanganinya, ia masih berharap bahwa perceraian tak ada di dalam rumah tangganya.

Saat memeriksakan kandungannya kembali pada Vero, tiba-tiba Zahra melihat seseorang yang tak begitu asing. Perempuan yang tengah memeriksakan dirinya pada Vero tersebut juga menyadari kehadiran seseorang yang sejak tadi menatapnya. Setelah keduanya selesai memeriksakan diri masing-masing, tiba-tiba perempuan tersebut menarik tangan Zahra dengan cengkraman kuatnya, mengajak berbicara empat mata.

"Istri Seano, kan?" Tanya perempuan tersebut seraya tersenyum miring.

"Maaf, mbak siapa?" Balas Zahra pada perempuan yang kini menatap rendah dirinya.

"Lo tau, nggak? Gue tunangan Seano, dan sekarang gue lagi hamil anaknya." Jelas perempuan tersebut menyunggingkan senyumnya.

"A-apa?" Zahra cukup terkejut mendengarnya, ia juga baru ingat bahwa perempuan yang mengaku hamil anak suaminya ini memang terlihat cukup dekat dengan Seano, saat itu Zahra tak sengaja melihatnya di ponsel sang suami.

"Lo tau apa yang harus lo lakuin, kan? Tinggalin Seano, cerai sama dia karena anak gue butuh Ayahnya!" Ujar Claretha yang membuat Zahra tersenyum tipis menanggapi.

Memang sebaiknya begitu, lagipula waktu tiga bulan pernikahan mereka hampir selesai. Tak mungkin juga Zahra menyalahkan bayi yang tak bersalah dalam kandungan tunangan suaminya, jadi sebaiknya ia saja yang pergi. Serasa belum puas, Claretha turut kembali mengancam Zahra jika masih belum bercerai dengan Seano.

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang