IX - Retrouvailles

1.1K 65 0
                                    

A strong hope can make your dreams come true.

***

"Zahra?"

Zahra yang merasakan genggaman tangan seseorang pada tangannya segera membuka matanya saat sosok tersebut memanggil namanya. Zahra mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk melalui retina matanya.

"Mas? Kamu udah sadar? Sebentar, aku panggil dokter dulu." Zahra melepas genggaman tangan Seano dengan pelan dan segera beranjak dari duduknya.

"Maaf."

Zahra menghentikan gerakannya yang akan melangkah menuju keluar saat Seano kembali menggenggam tangannya. Zahra tersenyum tipis, mengatakan pada Seano bahwa ia akan memanggil dokter terlebih dahulu terkait kondisi Seano yang baru sadar.

"Sakit." Adu Seano membawa tangan Zahra yang digenggamnya menuju dada kirinya.

"Apanya yang sakit? Makanya, sebentar aku panggil dokter dulu." Zahra kembali akan beranjak, namun Seano dengan cepat menarik Zahra yang membuatnya terjatuh dalam pelukan pria tersebut.

"Mas! Aku ha--,"

"Zahra." Potong Seano yang membuat Zahra seketika diam.

"Maaf untuk semua yang terjadi."

Hanya kalimat tersebut yang bisa dikatakan oleh Seano. Seano tak pandai dalam merangkai kata, akan apa yang ia rasakan selama ini. Seano hanya berharap, bahwa ia bisa memperbaiki kesalahannya dan kembali dengan Zahra sebagai keluarga yang harmonis.

Mendengar hal tersebut, Zahra tak mengatakan apapun. Keduanya saling diam dalam posisi yang masih memeluk satu sama lain. Keheningan yang terjadi antara keduanya digantikan oleh suara seseorang yang membuka pintu ruangan secara tiba-tiba.

"Oh? Maaf, saya mengganggu." Ujar seorang dokter saat melihat acara pelukan antara Seano dan Zahra.

Zahra yang mendengar hal tersebut segera melepaskan dirinya dari pelukan Seano, kemudian perlahan mulai mundur untuk mempersilahkan sang dokter memeriksa kondisi pria yang baru saja sadar tersebut.

"Kondisi Tuan Seano mulai stabil, asal jangan banyak bergerak terlebih dahulu." Dokter tersebut memberi nasehat agar pasiennya tak banyak menggerakkan anggota tubuhnya yang malah dibalas decakan kesal oleh Seano.

"Kapan saya boleh pulang?"

Zahra yang mendengar hal tersebut segera melototkan matanya tajam pada Seano yang kini meringis, bisa-bisanya ia ditatap seperti itu oleh seorang wanita. Dokter yang menangani Seano tersebut turut terkekeh pelan, tak habis pikir akan keduanya.

"Tuan Seano masih harus opname untuk beberapa hari. Apakah Tuan Seano ingin cepat pulang? Bisa saja, ta--,"

"Nggak, Dok. Nggak papa kalau memang harus opname." Potong Zahra cepat yang membuat Seano mengerucutkan bibirnya sebal, seperti Keano saat tak dibolehkan makan es krim saja.

"Baiklah. Sebentar lagi sarapan Tuan Seano akan dikirim, kalau begitu saya permisi." Pamit dokter tersebut seraya mulai melangkah menuju pintu untuk keluar.

"Aku mau pulang." Adu Seano seperti anak kecil pada Zahra yang menghela nafasnya gusar.

"Zahra!"

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang