XX - Retrouvailles

645 41 1
                                    

Your biggest weakness is when you give up and your greatest power is when you try one more time.

***

"Astaga! Ini ada maling!?" Zahra melototkan matanya terkejut saat melihat pintu kontrakannya terbuka lebar, padahal ia baru saja pulang bekerja.

Buru-buru Zahra mempercepat jalannya seraya tetap menggendong Keano yang masih terlelap. Baru saja akan memasuki pintu, Zahra kembali dibuat terkejut saat di hadapannya berdiri sosok tinggi menjulang. Hampir saja Zahra terjatuh ke belakang, sebelum sosok tersebut menarik dan menahan pinggangnya yang mungkin nanti akan terasa begitu sakit akibat berciuman dengan keramik.

"Mas? Kok kamu bisa disini?" Keterkejutan Zahra perlahan mereda saat melihat ternyata Seano yang ada di hadapannya.

Seano tak menjawab, ia segera meraih Keano yang masih dalam gendongan Zahra untuk dibawa ke kamarnya. Walau baru beberapa hari tak bertemu, Seano benar-benar merindukan sang putra. Akhirnya Seano bisa bertemu putranya kembali, setelah sebelumnya terhalangi dengan sesuatu yang benar-benar memuakkan.

"Kenapa? Aku ganggu kamu?" Ada apa dengan nada suara Seano?

"Ganggu gimana? Aku cuman kaget pintu kontrakan kebuka lebar begitu, ternyata ada kamu." Zahra berujar seraya meletakkan tas yang berisi perlengkapan Keano serta dirinya yang ikut duduk di kursi.

"Aku pikir ganggu waktu kencan kamu."

"Apa sih, Mas? Kamu dateng-dateng malah ngajak ribut. Siapa yang kencan?" Zahra tak habis pikir dengan kalimat yang Seano ucapkan tersebut.

"Kamu yang kencan. Siapa lagi?" Seano masih tak menyerah menganggap Zahra berkencan dengan seseorang.

"Terserah kamu, lah. Aku capek." Zahra beranjak dari duduknya untuk pergi membersihkan tubuhnya yang lengket.

"Mau kemana? Aku belum selesai!" Teriak Seano yang membuat Zahra kembali menghentikan langkahnya saat akan memasuki pintu kamar.

"Kenapa lagi, Mas? Kamu jangan kelamaan disini, nggak enak sama tetangga dan Bu Dira. Mending kalau mau ketemu, nanti diluar aja." Ujar Zahra yang memang merasa tak nyaman ada Seano di kontrakannya, jadi jika memang ingin bertemu putranya lebih baik di tempat lain saja.

"Ceritanya kamu ngusir, gitu?" Seano bertanya seraya terkekeh pelan.

"Kamu kenapa sih, Mas? Aku nggak ngusir, cuman nggak enak sama tetangga, kita udah nggak punya hubungan lagi." Zahra memperjelas semuanya.

"Oh, gitu? Aku ini Ayahnya Keano, kenapa harus nggak enak?"

Zahra memijat pelipisnya pelan, tak habis pikir dengan sikap aneh Seano hari ini. Beberapa hari tak ada kabar, tiba-tiba Seano datang dengan berbagai tuduhan anehnya. Biarlah, Zahra tak akan memperpanjang masalah ini lebih lanjut.

"Mas, aku nggak mau ribut. Sekarang terserah kamu, mau pulang atau tetep disini." Zahra berujar sebelum memasuki kamarnya untuk mandi.

***

"Sebentar, sayang." Teriak Zahra seraya keluar dari kamar mandi dengan tergopoh-gopoh, lengkap dengan pakaian santainya yang sebelumnya ia pakai saat di dalam kamar mandi.

"Keano kenapa, sayang?" Zahra mendekatkan dirinya untuk memeluk putranya yang menangis, padahal disebelahnya terlihat sang Ayah.

"Keano kenapa, sayang?" Zahra mendekatkan dirinya untuk memeluk putranya yang menangis, padahal disebelahnya terlihat sang Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang